Posts

Showing posts from May, 2012

I (Don't) Love My Boss (Part II)

Image
Pak Arya memang tidak berubah menjadi lebih manusiawi kepadaku sejak kejadian aku pingsan itu. Dia masih tetap menyebalkan dan selalu membuatku ingin melemparinya dengan keyboard di atas meja kerjaku. Tapi dia memang sedikit berbeda akhir-akhir ini. Aku rasa dia diserang sindrom pra nikah sehingga entah kenapa tanpa sengaja aku sering melihatnya sedang memperhatikan aku. Dan jika aku berhasil menangkap basah dirinya, dia langsung berjalan ke arahku dan sok menanyakan hasil kerjaku. Masalahnya dalam sehari bisa lebih dari 5 kali aku memergokinya tengah menatapku sehingga lebih dari 5 kali juga dia terus menerus mengecek pekerjaanku. “Bagaimana kondisimu? Masih sakit?” tanya Pak Arya tiba-tiba saat aku sedang duduk di kantin sambil melamun. Desember baru saja dua pertiga lewat dan hujan sedang rajin menghampiri sudut jendela kantin. Aku terkejut. Refleks aku melirik jam tanganku. Aman. Jam istirahat belum selesai sehingga dia tak punya alasan untuk memarahiku karena berlama-l

I (Don't) Love My Boss (Part I)

Image
Aku tidak pernah suka dengan udara di bulan Desember seperti sekarang ini. Lihat saja, aku diserang flu, hidungku tersumbat, kepalaku pening, badan pun rasanya tak nyaman. Padahal di akhir tahun seperti ini selalu banyak pekerjaan kantor yang menumpuk. Entah itu laporan bulanan lah, laporan akhir tahun lah, belum lagi kalau masing-masing divisi meminta laporan khusus di akhir tahun. Telepon kantor tak pernah berhenti berdering dengan bunyinya yang monoton menyebalkan itu. Kalau saja itu bukan telepon dari kantor pusat yang kadang memberi instruksi khusus atau mengirim faks, sudah sejak pagi aku cabut kabel telepon yang melingkar pasrah di bawah meja. Saat sedang asyik mengetikkan laporan untuk divisi keuangan kantor pusat, seseorang mengetuk-ngetuk kubikelku dengan agak keras sehingga bergetar. Aku menoleh malas-malasan. Pasti Dia lagi. Dan benar saja dugaanku, dia sudah berdiri di depan kubikelku sehingga hanya nampak kepala dan lehernya saja, tersenyum menyeringai sambil men

The Princess' Man

Image
Baiklah, saya akui saya bukan penggemar serial Korea seperti hampir lebih dari separuh teman-teman saya. Sepanjang drama-drama Korea mulai booming di Indonesia, hanya satu yang sempat saya sukai, Hotelier waktu masih kelas 3 SMP. Dan Princess' Man adalah drama Korea ke dua yang saya sukai setelah 10 tahun *mwuahaha... Sebenarnya sih tidak sengaja nonton episode pertamanya di kantor dan tiba-tiba jadi suka! Saya memang tak tertebak. Bisa saja tiba-tiba sangat menyukai sesuatu atau seseorang atau apapun itu. Jadilah setiap setengah tiga siang remote TV di kantor sudah berada di bawah penguasaan saya. Berani ganti, saya manyun! Karena tidak sabar menunggu tiap episodenya setiap hari, jadi saya donwload saja semua episodenya yang ada 24. Dua hari dua malam nonstop sampe-sampe internet di rumah ngos-ngosan dan terseok-seok. Tapi tidak rugi deh, ceritanya memang keren! Jadi garis besar ceritanya itu mirip Romeo dan Juliet versi Korea jaman kerajaan Joseon (sebenarnya saya

Kopi

Image
Meskipun saat ini kopi sudah disajikan dalam berbagai jenis, dicampur susu lah, dicampur krim lah, disajikan panas-panas dengan uap mengepul-ngepul, bahkan disajikan dengan es krim dan belakangan camilan pun memiliki rasa kopi – betapa manusia begitu kreatif mengutak-atik minuman suci oleh para sultan itu – bagiku hanya ada satu kopi di dunia ini. Biji-biji kopi yang berasal dari Sumatra yang kemudian akan dihancurkan dengan mesin di depan mataku, kemudian diseduh dengan gula secukupnya, bagiku itulah kopi yang sejati. Wanginya memesonaku, juga kepulan kecil uap di atasnya. Warnanya hitam, sedikit kental tapi manisnya pas. Cukup secangkir setiap sore di sebuah kafe dekat kantor. Maka soreku pun selalu sempurna. Kalau saja dari dulu aku tau betapa nyamannya setiap sore duduk di tempat ini, dengan cangkir berisi kopi tradisional ini, mungkin sudah sejak dulu aku melakukannya. Keberadaanku di tempat ini adalah sebuah ketidak sengajaan ketika sebulan lalu desakan itu terus datang d

Di Sisi Jendela

Image
Perpisahan itu tidak harus bersinonim dengan sakit, bukan? Katamu saat itu, sambil menggenggam erat kedua tanganku. Genggaman tanganmu yang paling erat yang pernah aku rasakan selama dua tahun kebersamaan kita. Aku tidak melihat ada hal lain yang lebih baik selain perpisahan. Aku rasa perpisahan adalah kesempatan terbaik yang kita punya. Tambahmu lagi. Aku mengangguk. Aku tau kau benar dan kau memang selalu benar. Anggukan kepalaku semakin kencang, bahuku terguncang. Kau memang selalu benar, kita hanya punya perpisahan sebagai hal terbaik yang kita punya. Dan kita memang selalu punya alasan bukan? Alasan kenapa kita saling jatuh cinta ketika banyak orang lain di luar sana yang tidak tau mengapa mereka harus saling jatuh cinta. Kita juga punya alasan mengapa kita harus selalu bersama. Dan kini kita juga punya alasan mengapa kita harus berpisah. Tapi aku tak punya alasan untuk berhenti mencintaimu. Aku tak pernah menemukan alasan untuk membuat hatiku berhenti mencintaimu. Ki