An Answer
Aku tak suka dia memunggungiku dan bersikap seolah-olah aku ini tidak ada. “Naz, aku pergi” kataku pelan, sangat pelan malah, aku sengaja sehingga dia tak perlu mendengar kata perpisahan dari mulutku. Tapi nyatanya kulihat dia mengangkat punggungnya – mengiyakan – tanpa sedikitpun membalikkan pandangannya kepadaku. Aku tahu Inaz tak benar-benar sedang menonton siaran berita di TV yang ada di depannya. Aku tahu dia hanya memandang kosong para narasumber yang sibuk komat-kamit mengomentari keadaan negara tanpa sedikitpun mengerti apa yang mereka katakan. Setidaknya, dua tahun menjadi istrinya telah membuatku paling tidak mengenal kebiasaannya. Aku menelan ludah, mengusap sedikit mataku yang entah kenapa tiba-tiba berair. Ah, aku tak suka perpisahan sekalipun aku sendiri yang menginginkan perpisahan ini. Selalu ada air mata di sana, memaksaku mengangkat wajahku ke langit-langit rumah agar air mataku tak segera mengalir ke wajahku. Langit-langit rumah kami – dulunya. Inaz mengenc...