Posts

Showing posts from February, 2012

Little Pieces

Image
1st Piece : Tidak ada orang bodoh. Yg ada hanyalah orang yg tidak tahu (Ni Pollock) 2nd piece : Masih tentang Robert Wagner dari Panorama atau Jean Claude Van Damme atau apapun julukannya di masa itu. Bisa tak dipesan satu yg seperti dia? Yg ramah, low profile, sederhana dan tenang?   3rd piece : Selalu dan akan selalu suka dengan sejarah. Sangat ingin mempelajari perilaku sosial mereka kala itu.

Let It Be...

When I find myself in times of trouble, Mother Mary comes to me Speaking words of wisdom, let it be And in my hour of darkness she is standing right in front of me Speaking words of wisdom, let it be Let it be, let it be, let it be, let it be Whisper words of wisdom, let it be

Senja Terakhir

Image
Dermaga berubah sunyi. Tidak ada hiruk pikuk nelayan maupun bongkar muat barang dari atas kapal. Semua orang turun ke jalan-jalan merayakan kemerdekaan Indonesia. Tadi pagi pukul 10 di jalan Pegangsaan Timur Soekarno telah membacakan proklamasi kemerdekaan. Seluruh rakyat tumpah ruah saling mengabarkan kemerdekaan negeri mereka yang telah sejak lama menjadi cita-cita. Setelah berbagai perjuangan mengangkat senjata, berdiplomasi, dan berorganisasi, setelah penantian panjang selama 350 tahun, akhirnya Indonesia merdeka juga. Hasil dari sekumpulan pemuda yang tak sabaran ketika mendengar Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh Amerika Serikat. Jepang sedang goyah dan saat inilah kesempatan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka. Jepang telah menyerah kepada sekutu. Ayah Senja bersama ke empat adik laki-lakinya telah larut dalam kebahagiaan sejak pagi. di desa kecil seperti ini, kabar apapun langsung menyebar dengan sangat cepat. Semua penduduk berkumpul di alun-alun desa salin

Saya dan Tahun 60-an

Image
Ada semacam rasa suka yang tak terkatakan antara saya dan masa itu. Secara kebetulan (meski saya tidak percaya dengan yang namanya kebetulan, tapi untuk saat ini saya menyebutnya kebetulan saja) saya menyukai tokoh-tokoh tahun 60-an mulai dari John Lennon (1940-1980), Pierre Tendean (1939-1965) dan Soe Hok Gie (1942-1969). Saya menyukai masa-masa itu meski saya tahu kondisi di Indonesia belum stabil dan tahun 60-an sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan PKI. Di jaman yang serba modern, mudah dan praktis seperti sekarang ini, saya malah merasa tidak nyaman meski saya sendiri memanfaatkan semua kemudahan itu. Tapi ya, saya lebih suka jaman dulu ketika orang masih saling berkirim surat untuk berkomunikasi. Ada sisi romantis di dalamnya. Maksud saya, menulis surat itu tidak semudah mengirim email, chatting atau wall di facebook. Untuk menulis surat kita perlu membeli kertas, pena dan amplop. Kemudian menulis isi surat dengan tangan sampai pegal. Setelah surat selesai, kita mas

Perencana Yang Sok Berencana

Image
GWK Saya - dan beberapa teman lain - adalah perencana-perencana yang hebat. Tidak terhitung sudah berapa banyak rencana yang telah kami buat dan semuanya....GATOT alias gagal total. Selain karena rencana-rencana itu terlalu spektakuler (mungkin) untuk ukuran kami, ternyata mengambil cuti di waktu yang bersamaan untuk bepergian bagi kami itu sulit kalau tidak bisa dibilang mustahil. Seperti yang terjadi pada rencana perdana kami saat masih kuliah di Manado tahun 2006 yang lalu. "Ke Bali yuk" "Berlima" "Ambil cuti sama-sama" Dan sampai tahun 2011 kemarin rencana itu sama sekali tidak terrealisasikan. Tapi anehnya rencana yang timbul dari spontanitas malah berhasil kami realisasikan. Mungkin kami ini tipe manusia 'tiba masa tiba akal' karena sesuatu yang terencana malah hanya membuat kami berguling-guling di rencana itu.

Buku Enam Puluh Ribu Kata

Image
Berpuluh ribu kata pun tak mampu untuk mendefinisikanmu. Semakin saya ingin mengenalmu, semakin saya tidak mengetahui apa-apa tentangmu. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kau harapkan? Kau impikan? Kenapa semua terasa begitu gelap bagi saya? Kenapa saya tidak bisa menebak satu hal saja dari keinginanmu, tuan? Paling tidak saya bisa menerjemahkanmu dari mimpi-mimpimu itu. Kau seperti buku yang tertutup bagi saya. Saya tidak akan bisa mendefinisikanmu hanya melalui sampul bukumu, atau melalui sinopsis di sampul belakang bukumu. Tidak semudah itu menarik kesimpulan dari sebuah buku berisi enam puluh ribu kata hanya dengan memandang sampulnya. Kalau seandainya bisa, mungkin saya tidak akan pernah membeli buku The Last Ember karangan Daniel Levin karena isinya ternyata sangat membosankan.

Ordinary Man, Ordinary Me

Dan semua bla bla bla itu akan saya buang jika di hadapannya. Dia yang bahkan hanya kalian pandang dengan sebelah mata. Saya terlalu banyak bicara ini itu, bilang ini itu, sana sini, kesana kemari, tapi ada satu sudut kosong di balik semua bla bla bla itu yang selalu saya sediakan untuk dia yang bahkan tak seorang pun memandangnya. Dia yang biasa-biasa saja, dia yang apa adanya. Bukan dia yang hebat, bukan dia yang pintar, bukan dia yang tahu segala hal, tapi dia yang akan melindungi keluarganya meski hanya sebatas kemampuan yang dimilikinya. Dia yang benar-benar sangat biasa.

Bangkok Traffic Love Story

Image
Ini salah satu film favorit saya dan sebenarnya resensi ini sudah lama saya tulis, sekitar setahun yang lalu. Tapi hingga saat ini, film ini masih tetap menjadi salah satu film favorit saya. Bangkok Traffic (Love) Story Kisah tentang komet McBright Paman itu seperti komet McBright yang lewat di kehidupan Li, begitupun Li bagi Paman. Komet itu hanya akan lewat sekali di bumi dan hanya akan kita jumpai sekali dalam seumur hidup kita. Menghadirkan rasa yang berbeda saat kita melihatnya, penuh kejutan, bercahaya, namun jika sedikit saja kita melewatkannya, maka kita tak akan pernah dapat menjumpainya lagi.