Posts

Showing posts from 2018

Di-Bully Netijen

Semalam saya membalas twit seorang komika yang saya sudah saya sukai sejak tahap seleksi sebuah acara Stand Up Comedy, berupa ketidaksetujuan saya dengan apa yang dia kicaukan. Tentang video dari Tretan Muslim dan Coki Pardede. Ternyata dia membalas twit saya dengan me-retweet-nya, dan kemudian jadilah saya di-bully netijen follower dia. Awal baca-baca, jujur, saya kaget. They don't even know me tapi ada yang bilang saya g*bl*k. Omo omo... ternyata dunia maya itu memang kejam. Kayanya saya harus memikirkan kapan Ayyub siap punya akun media sosial sendiri. Saya mencoba berpikir positif, mungkin saja lisan mereka sebenarnya tidak akan sekejam itu jika berbicara langsung di dunia nyata. Maka pada hari ini, saya sampaikan rasa salut saya pada Awkarin dan Yonglex, karena ternyata, di-bully itu, meski tidak se-intens mereka, tetap saja cakid walau sedikit. Akuh kan tidak seg*bl*k itu. Huhuhu. Komika itu, menggiring pendapat kalau seisi video yang katanya lucu tapi tidak ada

Untuk Yang Memutuskan Kalah

Untuk yang memutuskan kalah, Terima kasih Untuk pengajaran yang berharga Bahwa bertahan bukan jawaban Pun pergi bukan tujuan Untuk kamu yang kalah, Jangan berlari mengejar musim Atau melambat mengekor angin Pikirlah dan ingat-ingatlah Ada satu hati yang koyak Yang kau tinggalkan di antara jarak Mungkin dia yang menahan kakimu bergerak Kamu yang akhirnya kalah, Puaskah menebas ombak, Melarung kenang, Melucuti tawa Kamu yang memilih kalah, Sekali lagi terima kasih Tanpa ada cerita semua terasa retih Mungkin kemenangan itu memang tidak pernah ada Sejak semula Sejak bermula Hanya sebuah cerita basa basi 12.07 AM

Dikara

"Jika aku meninggalkan orang lain untuk dirimu, apa tidak mungkin suatu saat aku akan melakukan hal yang sama pada dirimu untuk seseorang yang lain?" Tanyaku pelan. Aku menghela nafas, melegakan bisa mengatakan hal yang sudah ada di benakku sejak pertama kami bertemu. Dia menerawang, menyapukan pandangannya sejauh mungkin ke tengah lautan yang berbuih. Dalam banyak hal, setiap melihatnya aku selalu merasa nyaman, seperti melihat sebuah rumah mungil sederhana bercat putih di tengah padang ilalang. Dia seperti manifestasi dari rumah yang selalu ingin aku tinggali, untuk selamanya. "Kamu tau" dia bersuara pelan "bagaimana rasanya bertemu dengan orang yang sejiwa, setelah bertahun-tahun bersama dengan orang yang sama sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam dirimu?" Sebuah perpisahan. Sebelum kami bertemu, dia memutuskan untuk memintal jarak dengan seorang perempuan yang selama ini berjalan di sisinya. Dia hanya berharap, perempuan itu bisa me

Rinai di Langit Biru

Karena kamu adalah awal tanpa akhir, dengan segenap keyakinan dan segunung keraguan. Tapi. Aku ingin. Kamu. Dia selalu datang tiba-tiba, entah darimana, dan sudah berdiri di depanku. Tubuhnya yang tinggi mau tidak mau harus membuatku mendongak untuk hanya sekadar memandang wajahnya yang coklat, yang berkumis tipis, yang rambutnya berantakan, yang tampan dengan kulit gelapnya. Dia tersenyum, memamerkan sederet geligi putih dan rapih yang selalu membuatku iri, menjulurkan tangannya kepadaku, mengajakku pergi, berlari.

Kamu?

Aku suka senja, kamu? Ketika orang-orang melerai lelah Setelah diburu jenuh Menghembus nafas lega Sehari lagi telah tamat Aku suka senja, kamu? Mencicipi sepotong Semburat jingga di pelupuk langit Dan seteguk wajahmu Serta menyesap pandangmu dari dua bola mata, yang hitam, yang pekat Aku suka senja, kamu? Untuk terus mengagumi Penghujung hari yang penuh kasih Menyelimuti diri Dengan aroma asiri Aku tidak pernah tidak menyukai senja, kamu? Membenam risau Melarung cemas Melontar sesak Aku suka kamu, kamu? 11.20 PM

Mamak-mamak Insekyur

Image
Zaman kelam saat masih sendiri, saya sama sekali tidak punya bakat posesif apalagi insecure . Kecemasan dan kekhawatiran saya sama adik-adik saya paling hanya sebatas SMS atau telpon yang isinya tinggal copy-paste dari sebelumnya 'pulang dulu e saya mo pake motor'.

MengASIhi

Image
Source Breastfeeding is bestfeeding. ~Author Unknown Ketika seorang ibu tidak bosan-bosan mengulang hal yang sama tentang anaknya, dia sedang rindu. Ayyub memang belum menyapih, tapi dua tahun berharga yang baru saja kami lewati terlalu membekas untuk dilepas. Keinginan menceritakannya kembali dalam sebuah tulisan terus menerus mengganggu saya. Dan sambil menunggu masker putih telur ini kering, saya ingin mematri kembali sedikit hal yang bisa saya ingat dengan menyulamnya menjadi sebuah hiasan kenangan yang bisa ditengok kembali kapan-kapan jika rindu itu datang.