Posts

Showing posts from January, 2012

Liverpudlian Sejak 2004

Image
Agak aneh sebenarnya kenapa saya bisa menjadi seorang Liverpudlian. Hanya karena saat itu - tahun 2004 - Liverpool mendatangkan seorang pemain Spanyol dari Real Sociedad bernama Xabi Alonso Lozano Olona. Itu saja. Haha. Serta merta saya menjadi seorang Liverpudlian hingga saat ini meskipun sekarang Xabi sudah pindah ke Real Madrid (belakangan saya juga mulai suka Real Madrid meski kalah terus dari Barcelona. Aneh saja, setiap klub yang saya dukung, pasti prestasinya di liga nasional seret. Contoh : Inter di masa Rafa Benitez).

Have I Told You Lately

Have I told you lately that I love you? Have I told you there's no one else above you? Fill my heart with gladness Take away all my sadness Ease my troubles that's what you do

Edelweis

Image
Aku sering menghitungnya. Satu, dua, ah, kini sudah tahun ke tiga sejak aku mengenalmu. Rasanya waktu meloncat-loncat begitu saja, tapi ajaibnya kau masih selalu ada di sana. Bagaimana aku harus mengatakannya ya, Tuan pemilik segala yang aku kagumi? Hmm...mungkin dengan kalimat klise 'aku tak dapat hidup tanpamu'? Tapi masalahnya empat tahun yang lalu aku tetap dapat hidup meski aku belum mengenal mu. Ah, baiklah. Aku memang dapat hidup tanpamu, tapi aku tidak mau.

My Favorite Book Ever!

Image
Pertama saya hanya ingin bilang kalau saya tergila-gila pada semua tulisan Pak Pram (Pramoedya Ananta Toer). Sayang beberapa bukunya sudah out of print. Dan saya senewen setiap kali membaca buku-buku Andrea Hirata (sakit gila nomer berapa ini? Obsesif kompulsif). Terakhir, saya selalu tidak bisa menolak buku-buku milik Tere Liye dan pasrah saja digulung misteri oleh buku-buku Dan Brown. Yah, tanpa bisa saya pungkiri, saya adalah pecinta-buku-fiksi-alias-novel. Ini semua buku-buku favorit saya setidaknya sampai saat ini (21 Januari 2012). Kalau belakangan saya punya buku favorit baru, InsyaaLlah akan saya tambahkan di daftar. Tapi sejauh ini, sejak saya mulai bisa membaca umur 3 tahun, baru buku-buku di bawah ini yang membuat saya seperti ingin menyanyikan lagu Indonesia Raya di negeri antah berantah Russia. Sederhananya, mengharukan. Entah itu karena alur ceritanya yang memang menyedihkan atau karena kejeniusan penulisnya yang membuat saya terharu.

My Memorable Books

Image
1. Sengketa Pohon Mangga Buku ini saya baca pas kelas 3 atau 4 SD (lupa-lupa ingat). Kenapa punya kenangan tersendiri? Karena ini buku pertama yang saya baca waktu saya kanak-kanak dengan banyak sekali humor yang diselipkan di dalam ceritanya dan konflik yang merata. Ada lagi buku yang tidak- happy-ending pertama yang saya baca -- ini kalimatnya susah amat sih -___-". Judul bukunya lupa. Bukit Putih atau Lembah Putih atau apa gitu. Ceritanya teman dari tokoh utamanya meninggal dunia gara-gara tetanus. Sejak saat itu saya jadi sangat berhati-hati sama barang-barang yang sudah karatan. 2. Sejarah Khadijah Alqubra Tidak ada yang spesial dari buku ini sebenarnya. Apalagi isi dari buku ini kurang dapat dipertanggung jawabkan karena begitu memuja muji ahlul bait. Tidak ada yang salah dari memuji mereka tentu saja, tapi mengingat itu adalah ciri khas Syi'ah, bisa jadi ini salah satu buku yang ditulis oleh golongan mereka. Hal yang membuat buku ini jadi berkesan karena

Itu Soal Lain...

Image
Ada banyak wanita-wanita para pejuang yang kehilangan suami, anak dan saudara mereka. Sebuah resiko yang dengan yakin mereka ambil ketika menikah dengan seorang pejuang, mengijinkan anak mereka menjadi pejuang, ataupun memiliki saudara seorang pejuang. Resiko terberat telah mereka ketahui. Hidup atau mati. Tapi toh mereka tidak takut, hanya karena segenggam cinta yang mereka punya di hati mereka untuk para pria-pria pejuang itu. Luar biasa hebatnya kekuatan segenggam cinta para wanita-wanita itu. Apa kita cukup berani untuk mengambil resiko seperti mereka? Saya rasa tidak jika rasionalitas kita yang berbicara.

Indah Itu...

Image
Indah itu ketika kau tertawa karena leluconmu sendiri Sementara aku tidak Atau saat kau marah-marah, sementara aku tertawa Karena gaya marahmu sangat lucu Kita memang penuh dengan paradoks ya? Apa karena itu kita akhirnya hanya bisa jadi sahabat? Maksudku, sahabat sehidup semati, sahabat dari pagi sampai pagi lagi

Definisi Kesempurnaan

Image
Pendar matari di pagi hari itu selalu membingungkan saya. Kadang saya merindukannya. Ketika saya duduk di tepi jendela bermandikan sinarnya sambil minum secangkir susu atau kopi, atau sambil membaca buku yang baru saya beli. Entah kenapa momen seperti itu selalu memberi kehangatan dalam diri saya. Tapi kadang saya tidak menyukainya yang bersinar terlalu terik, ketika saya merindukan mendung membelai langit. Jika saya lebih memilih deretan awan kelabu itu, bisa dipastikan saya hanya sedang ingin tetap berada di pembaringan dengan belaian sejuknya.

Simponi Terakhir di Paris

Image
Pukul 7 pagi, di musim yang masih sama. Orang-orang lalu lalang di sekitarku mengenakan mantel panjang dengan sepatu boot. Sekarang bulan Desember, sedang puncak musim dingin. Angin dinginnya menusuk-nusuk kulit, berhembus dari samudra Atlantik utara. Semua orang berjalan terburu-buru, semua orang tak peduli. Bunga-bunga marigold , mawar, jasmine dan lili yang dijual oleh toko bunga di pinggir jalan tertunduk layu karena tak ada seorang pun yang sudi sebentar saja menengok keindahan mereka. Terlalu dingin untuk berlama-lama di luar. Bahkan sang pemilik florist pun lebih memilih menikmati tegukan kopi yang mengepul-ngepul dari cangkir porselen putih kesayangannya daripada keluar dari batas penghangat toko untuk menyapa setiap orang yang lewat. Suram, benar benar suram musim dingin kali ini. Aku berjalan terseok-seok membawa tas ransel besar berisi peralatan untuk praktek kuliahku pagi ini. Sebuah hasil dari kerja keras berminggu-minggu ditambah tidak tidur, lupa makan da

Saya dan Soe Hok Gie

Image
Sesuai judulnya, saya ingin bilang kalau tidak ada apa-apa antara saya dan Soe Hok Gie (iyalah). Dia lahir tahun 1942 dan meninggal tahun 1969 sementara saya lahir 46 tahun setelah dia lahir atau 19 tahun setelah dia meninggal. Dia tinggal di Jakarta, saya tinggal di Luwuk. Dia suka demo, saya tidak. Dia suka naik gunung, saya…iya, saya suka dengan alam. Dia cina, saya..iya…ada campurannya dikit dan masih mendapat jatah sepasang mata sipit. Halah. Saya suka orang seperti dia. Di buku Catatan Seorang Demonstran miliknya dia banyak mengobservasi sifat-sifat dan karakter teman-temannya dan membandingkan dengan dirinya sendiri. Dia pernah menulis, kalau dia adalah orang yang berpikiran liar, tidak monoton, tidak suka dengan sesuatu yang safe , tidak suka menjadi orang yang hidup di bawah naungan kemunafikan. Saya suka caranya yang terang-terangan menentang kebusukan-kebusukan yang ada, caranya mengkritik, buku-buku yang dibacanya, sikapnya yang berani, caranya memandang cinta dan

(Masih) Tentang Pierre Tendean (lagi) - Sebuah Cita-cita-Kosong-Setengah-Mati-Saya

Image
Jika platonic love -nya Gie adalah Rina, maka Pierre Tendean adalah cita-cita-kosong-setengah-mati saya :D Saya menyukai dia secara pribadi dan prinsip hidupnya, sama dengan Gie. Pierre sudah berencana untuk kembali bertugas di garis depan daripada menjadi seorang ajudan yang hanya duduk di belakang meja. Dia punya jiwa kepahlawanan tapi bukan pahlawan-pahlawan seperti di Tutur Tinular dan Pendekar Pemanah Rajawali ya! (khusus untuk teman-teman saya yang suka nonton dua acara TV itu). Ini dia beberapa fakta kecil tentang Kapten :)

Kolektor mimpi untuk resolusi 2012

Setiap orang pasti punya banyak mimpi-mimpi. Dan hanya orang hebatlah yang berani untuk mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Sayangnya saya belum termasuk saah satu dari orang-orang hebat itu :)   Punya segudang mimpi yang sangat ingin saya wujudkan sebelum saya meninggal nanti. Melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sekaligus menyenangkan untuk saya sendiri. Mimpi yang masih terus mengisi bagian-bagian terindah dalam imajinasi saya dan masih tetap menari-nari dengan bersemangat agar suatu saat saya akan mewujudkannya. Menjadi seorang guru relawan di pedalaman. Mimpi ini telah lama terbentuk secara kontinu di alam bawah sadar saya sejak saya masih bocah dulu. Sejak saya diberi ‘mainan’ berupa buku-buku bacaan dari perpustakaan sekolah tempat mama saya mengajar. Saya mulai menelan kisah-kisah bertemakan keadaan pendidikan di kampung-kampung terpencil dan perjuangan anak-anak kecil seusia saya – kala itu – dalam mencapai cita-cita mereka. Sejak saat itu entah kenapa saya selal