Posts

Showing posts from 2014

Catatan Akhir Seperempat Abad

Image
Rasanya baru kemarin label seperempat abad gaduh mengetuk di depan pintu. Sekarang dia sudah pergi, membawa hal-hal yang harus saya lepaskan, menitipkan hal-hal yang harus saya rawat dan memberikan sebuah hadiah termanis yang pernah saya terima : ketukan di depan pintu yang lain dari Tuan yang selalu datang tepat waktu.

Untittled

Image
Kami mungkin nanti akan selalu menyukai tempat yang sama untuk menyendiri, untuk paling tidak berpura-pura lupa bahwa hidup selalu punya masalah yang harus diselesaikan. Sementara saja, memberi jeda pada tumpukan memori di kepala agar berhenti bergerak. Tanpa sedikit pun berharap takdir akan mempertemukan kami lagi di tempat ini. Aku tau itu dia, bahkan tanpa melihatnya. Hanya dia orang yang mau datang ke tempat ini ketika matahari belum sepenuhnya terbit, masih dibalut kabut dan angin yang menghadirkan gigil. Aku merapatkan jaketku, melindungi dada yang tiba-tiba berdesir pelan. Sangat pelan, tapi entah kenapa itu adalah desiran yang paling aku rindukan.

Saya, Kamu, Kita

Image
Bagi sebagian orang waktu seakan terbang, Yang lainnya menganggap dia sedang berlari. Bagi saya, waktu menjadi sangat relatif. Kadang dia berjalan, kadang juga dia berlari.

Autumn

Image
Sepatu boot-ku menjejak setapak demi setapak jalanan yang telah diselimuti oleh dedaunan berwarna oranye kemerahan ini. Musim gugur ternyata tiba lebih awal daripada prediksi seluruh pembawa acara ramalan cuaca di televisi. Dan kali ini angin musim gugur jauh lebih mampu menghadirkan gigil daripada tahun-tahun sebelumnya. Sudah berapa tahun? Tanyaku dalam hati, tersenyum, kemudian senyum itu terasa sakit. Sudah berapa tahun aku mengenalnya? Apakah usia perkenalan kami jauh lebih tua daripada mantel yang aku kenakan? Mantel yang kubeli di hari pertama aku menginjakkan kaki di Tokyo. Sudah berapa tahun sejak aku tidak ingin beranjak dari sisinya sedikit pun?

Dua Puluh Delapan September

Image
Saya pikir saya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan yang sama dari orang-orang yang berbeda. Saya salah ternyata. "So, what did you see from him?" Hmmm....so what kind of answers do you like to hear? Mungkin karena saya melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Saya tidak sempat melihat 'ketampanan', 'pekerjaan', 'kecerdasan', yang saya lihat adalah 'penghormatan', 'penghargaan', dan 'penerimaan'. Beuh...jawabannya... :))) Tapi itu jawaban paling jujur yang bisa saya berikan. "Kenapa terlalu cepat?" Tidak ada yang terlalu cepat, hanya saja masa perkenalannya yang diselenggarakan secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, tujuh belas Agustus sembilan belas empat lima, atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta. #eaaa Yah tidak mungkin lah saya harus jelaskan lagi di sini apa dan bagaimana konsep ta'aruf itu. Tentu saja singkat mengingat kami ba

Lima Belas September

Image
Dulu saya selalu berpikir Setiap kali menemani teman saya memilih gaun Memilih undangan Sibuk menuliskan daftar nama tamu Memikirkan menu Kapan saya akan mengalami kesibukan seperti dia? Kapan saya akan memilih kartu undangan saya sendiri? Memerhatikan setiap detil dari gaun dan dekorasi? Mengingat-ingat semua teman dan sahabat yang saya ingin mereka hadir? Memasukkan makanan kesukaan saya di daftar menu?

Pulang

Image
Saya tau, suatu saat saya akan pulang Menetap dalam sebuah rumah yang akan saya sebut keluarga Saya tau, suatu saat saya harus pulang Berlindung di balik atap, bersembunyi di balik pintu Pada sebuah rumah yang akan menyebut saya keluarga Pulang Tidakkah saya sudah terlalu lama dan terlalu jauh bepergian? Saya baru menyadarinya, rumah saya berada di tempat dimana saya memulai semuanya Pulang, Saya nyaris melupakan kata itu Terlalu berlama-lama di tempat dimana saya tidak seharusnya berada

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #12

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Mendadak, Paris menjadi tidak penting lagi Mendadak Shakespeare and co. cukup saya kagumi dari jauh saja Mendadak Eiffel tidak terlihat megah lagi Dan mendadak Eropa tidak menarik lagi Kalau saja kita bertemu hari ini, Kita bisa tetap traveling kok Dekat-dekat sini saja Masih banyak yang belum kita datangi kan? Toh kamu nantinya akan jadi dunia saya Dan kehadiranmu sudah lebih dari cukup untuk mengganti mimpi-mimpi saya tentang Eropa Kalau saja kita bertemu hari ini, Siapa peduli dengan my-100-list? Siapa peduli dengan melihat aurora borealis atau bepergian keliling dunia dengan sebuah volkswagen tua? Duduk di sisimu hingga menua, semua itu lebih dari cukup menggantikan petualangan-petualangan yang saya impikan Kalau saja kita bertemu hari ini, Saya akan lupa pernah begitu ingin melihat sunset di Kuta Saya akan lupa pernah begitu ingin kembali makan malam di Jimbaran Saya akan lupa pernah begitu ingin menikmati Jogja le

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #11

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Pakaian apa yang akan kamu kenakan? Saya sudah memilih punya saya. Sehelai gamis berwarna hitam dan jilbab berwarna coklat susu. Terlihat serasi bukan?

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #10

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini Berhenti membuat saya tertawa dengan kepolosanmu itu Berhenti membuat saya tersenyum dengan sikapmu yang kaku itu Berhenti, karena saya takut tawa itu tidak akan hadir lagi nanti

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #9

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Mungkin saja kamu tidak semenarik senja dengan segala saganya Mungkin, tapi siapa peduli?

Telur Ceplok Raksasa

Image
Dua hari yang lalu saya bepergian sendiri dan terpaksa menghabiskan dua belas jam di sebuah warung makan di antah berantah, tak bersinyal dan tanpa kepastian kapan akan kembali melanjutkan perjalanan. Tapi semuanya menyenangkan. Mobil travel yang akan membawa saya ke Luwuk dari Palu tidak bisa melanjutkan perjalanan karena jembatan di daerah Kabupaten Touna putus diterjang banjir setelah hujan semalaman, sehingga beberapa mobil travel dengan tujuan yang sama memutuskan bermalam di sebuah warung makan – tanpa fasilitas tempat tidur tentu saja.

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #8

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Melihatmu seorang di antara kerumunan orang Menemukanmu seorang di antara penghuni bumi Saya akan mencintaimu Sempurna menginginkanmu

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #7

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Tentu saja ini bukan soal siapa yang lebih pantas untuk siapa Seharusnya seperti itu Tapi saya bahkan tidak tau, Ada pada titik mana saya berada Karena saya merasa begitu jauh tertinggal di belakangmu

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #6

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Saya hanya ingin bilang, ternyata cinta tak serumit itu Kamu tau bagaimana saya mendefinisikan cinta? Ketika dada ini berdebar, Ketika pikiran mulai tidak fokus, Ketika rindu berdebam menimpa, Saya akan memejamkan mata dan menyebut satu nama Nama-Nya

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #5

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Hmm...saya membayangkan bagaimana pertemuan kita Dimana tempat yang tepat? Di Praha? Budapest? Paris? Istanbul? Haha...tentu saja saya hanya bercanda Tidak peduli dimana kita bertemu Tapi bagaimana kita menjaga pertemuan itu

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #4

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Err...sebenarnya saya sedikit takut kamu adalah orang yang pernah saya benci Atau orang yang pernah saya hindari setengah mati Atau kamu adalah tipe keduanya, Saya benci sekaligus sangat saya hindari

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #3

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Tunggu dulu, jangan terburu-buru menghilang Biarkan saya membingkai pertemuan hari ini dalam benak saya Membuatnya menjadi gambar abadi yang tidak akan pernah saya lupa

Es Jeruk Dan Kualitas Diri

Image
"Menurutmu, menyukai seorang laki-laki soleh itu kutukan atau anugerah?" tanya Keni tiba-tiba. "Hah? Apa maksudmu?" aku buru-buru menghentikan aktivitasku menyeruput es jeruk di hadapanku. "Yaa...maksudku, dengan kualitas diri seperti aku" dia menunjuk dirinya "apa pantas menyukai seorang pria yang kualitasnya jauh melebihi aku?" "Kenapa tidak?" kembali aku menyeruput es jeruk. "Tapi katamu kita akan mendapat jodoh yang kualitasnya sama dengan kita" Keni masih bersikeras. "Ken, dengar ya. Biarkan Allah yang menilai kualitas diri kita. Jika kita mendapat jodoh yang menurut kita kualitasnya jauh di atas kita, itu artinya kualitas kita memang sudah setara dengannya. Itu urusan Allah. Terus saja memperbaiki diri" aku menepuk-nepuk bahu Keni.

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini #2

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini Saya akan memarahimu Bertanya dengan kesal kenapa baru datang sekarang Apa susahnya menemukan saya? Mungkin saja kita sudah pernah saling berpapasan sebelumnya Tapi hanya bersitatap Atau hanya duduk berseberang meja di warung kopi Kalau saja kita bertemu hari ini, Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan Mungkin yang bisa saya lakukan adalah berdoa Berharap kamu mau menghentikan langkahmu dan menghampiri saya Kemudian kamu akan tersenyum pada saya dan bilang, 'akhirnya kita dipertemukan juga.'

Kalau Saja Kita Bertemu Hari Ini

Image
Kalau saja kita bertemu hari ini, Saya yakin, kamu tidak akan serta merta menjatuhi saya cinta Karena saya bukan tipe orang yang mudah dijatuhi cinta pada pertemuan pertama Mungkin kita bertemu ketika wajah saya sedang kusut, atau mood saya sedang buruk. Kalau saja kita bertemu hari ini, Saya tidak yakin akan langsung mengenalmu Saya tidak yakin akan langsung paham kamulah orang itu Orang yang sudah saya tunggu nyaris sewindu

Louloudi

Image
“There was a mysterious chasm between this island and the greater world, just like there was between old and young, ancient and new.” (The Sisterhood of the Traveling Pants) Santorini, Agustus yang hangat Aku menyusuri lorong dengan jalanan berundak dan menanjak, sisi kiri dan kanan dipagari oleh dinding-dinding rumah yang semuanya dicat berwana putih dengan daun jendela berwana biru cerah. Di tanganku tergenggam sehelai kertas putih kusut bertuliskan alamat sebuah penginapan yang akan aku tinggali di Oia, sebuah desa di pulau Santorini. Louloudi. Begitu nama penginapan yang tertulis di atas kertas. Aku yang sama sekali tidak bisa membaca abjad Yunani telah mengelilingi nyaris seluruh bagian desa ini demi melihat sebuah papan nama yang bertuliskan Louloudi atau minimal deretan huruf yang mendekati kata ‘louloudi’ itu. English please... Aku menyeka peluh. Meski cuaca di Santorini tidak sepanas Indonesia, berjalan memanggul sebuah carrier 50L dan berputar-putar tanpa ar

Dua Orang Guru Cilik

Image
Kamis subuh, Ketika sebuah ingatan yang telah tiga tahun lewat kembali menghampiri saya dan menampar saya, lagi. Kejadian itu sudah lama berlalu, akhir tahun 2011. Sebuah kejadian yang mungkin bagi sebagian besar orang sebenarnya amat sepele, tapi itulah kejadian yang paling saya sesali sampai sekarang, sampai saat ini, bahkan sampai detik ini. Saya tidak pernah menyangka akan bertemu dua orang yang bertahun-tahun kemudian membuat saya benar-benar mengerti apa itu syukur. Syukur yang bukan hanya sebatas lisan. Syukur yang bukan hanya sekadar merasa cukup. Pada akhir tahun 2011 saya mengunjungi Bandung dan Jakarta.

Perempuan Semilyar Mimpi

Image
Perempuan ini percaya, Pramoedya Ananta Toer adalah jodohnya kalau saja dia tidak lahir enam puluh tiga tahun setelah Pak Pram lahir. Jatuh cinta pada kopi dan hujan, yang jika keduanya dikombinasikan maka akan membuat jemarinya tidak berhenti untuk mengalirkan kata-kata di kepalanya ke atas halaman word di laptopnya. Tapi baginya tidak akan pernah sempurna tanpa ada dia . Secangkir kopi, hujan, dan dia . Dia yang saat ini entah berada dimana.

Pergi

"Aku hanya ingin bertanya, kenapa untuk dia, kau mau berusaha sekeras itu. Kenapa untuk dia, kau mau berjuang dan berkorban sebanyak itu? Sementara untukku tidak. Kau tidak mengorbankan apa pun, kau bahkan tidak mau berusaha sedikit pun. Jadi kenapa? Apa kau bisa menjawab pertanyaanku?" Dia memandangiku, kemudian membuang pandangannya jauh ke deretan atap rumah berwarna-warni di bawah sana. Aku menunggu. Bukan menunggu jawaban darinya tapi menunggu dia menyerah untuk tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Karena sebenarnya aku juga takut mendengar jawaban darinya. Takut rasa sakit itu masih ada. Menit-menit berlalu, dia masih diam.

Cerita Senja Kemarin

Image
Hari ini kembali menghabiskan sore berkeliling tak tentu arah bersama sepeda motor butut kesayangan saya. Sepeda motor berwarna biru yang sudah cedera di sana sini. Jadi mau kemana kita? Daftar putar nomor 1 Adhitia Sofyan – Bandaged In you all I wanted, In you everything In to you I believe, everything will fall down in the end Saya memutuskan berkendara menuju bandara, kemudian berputar dan berkendara menuju desa Bunga. Agak jauh sebenarnya untuk ukuran orang yang hanya ingin menghabiskan senja sambil bepergian tak tentu arah. Sedikit menyesal kenapa tidak membawa jaket karena ternyata angin berhembus cukup kencang. Kadang saya spontan saja sepulang kantor singgah duduk di tepi pantai kilo 5 hingga menjelang maghrib atau jika ada orang lain yang datang dan mulai berisik mengganggu ketentraman saya sendirian, atau duduk di lalong tanpa melakukan apapun, hanya memesan pisang goreng dan segelas jus kemudian duduk memandangi bentangan gunung di seberang laut sa

Cangkir Kopi Kedua

Image
Adukan terakhir di gelas kopiku baru saja aku selesaikan. Dari sendok mungil yang aku angkat masih tersisa beberapa tetes yang enggan beranjak. Segerombolan gadis yang duduk dua meja di depanku tertawa, mengalihkan pandangan beberapa orang pria dari lawan bicara mereka. Pakaian mereka ketat seadanya dengan riasan wajah yang mencolok. Pantas saja semua pria di tempat ini menoleh begitu ada kesempatan atau mencuri-curi pandang ke arah gadis-gadis itu. Semua pria kecuali yang kini sedang duduk di hadapanku. Aku mengetuk-ngetukkan ujung sepatuku ke atas lantai ubin berwarna kelabu sembari memandang sekeliling kedai kopi yang seluruh mejanya penuh. Tepat di meja di depanku empat orang pria dengan asap mengepul di tengah-tengah mereka sedang bercakap-cakap seru. Entahlah tentang apa. Sepertinya mereka berempat, yang masih mengenakan kemeja rapi, bekerja di kantor yang sama. Bisa jadi mereka sedang membahas masalah pekerjaan atau bisa jadi mereka sedang membahas gerombolan gadis yang m

Luwuk Sore Ini

Image
Debu beterbangan menutupi pandangan, mobil di depan saya sempurna menyapu seluruh debu yang mengendap di atas aspal. Saya tahu datang ke tempat ini di sore hari bukanlah waktu yang tepat. Masih banyak truk-truk besar lalu lalang di sepanjang teluk ini, menguarkan debu ke segala arah. Belum lagi ditambah kegiatan bongkar muat kontainer di pelabuhan yang terletak di ujung jalan. Memang sore bukan waktu yang tepat untuk datang berkunjung. Tapi saya suka duduk di tepi teluk ini pada sore hari. Sore adalah waktu terbaik untuk memandangi kapal-kapal yang berlabuh, deretan atap rumah yang berundak dari tepi pantai hingga di kaki perbukitan dengan warnanya yang menggelitik mata saya, sore juga waktu terbaik untuk memandangi kubah berwarna keemasan masjid terbesar di kota ini, melihat perpaduan warna emas bercampur birunya langit dan hijaunya gunung. Yah, mau bagaimana lagi. Sore adalah waktu terbaik untuk mengagumi kecantikan kota ini dari sisi teluk ini.

Tacenda

Image
Charles De Gaulle, Paris, Prancis Telepon genggamku bergetar, sebaris pesan singkat via aplikasi chatting gratisan masuk. Dari dia. Penerbangan jam berapa? Sebentar lagi. Ini mau boarding. Transit ya? Iya, di Doha 3 jam. Dia tidak membalas lagi. Selalu. Menyebalkan. Kenapa aku bisa sangat jatuh cinta pada orang menyebalkan seperti dia? Paling tidak dia bisa menanyakan kabarku. Bagaimana cangkir kopi pertamaku hari ini. Aku sangat ingin bercerita padanya tentang bagaimana perjuanganku naik metro ke bandara. Tentang kerudungku yang tanpa sengaja tersangkut di pintu metro. Atau tentang koperku yang membuatku terpeleset ketika memasuki bandara. Ada banyak sekali yang ingin kuceritakan, kalau saja dia menanyakan kabarku mungkin aku bisa membuka pembicaraan itu. bercerita dengannya selalu mampu membuatku tidak merasakan waktu yang baru saja berlalu. Penerbangan delapan jam nonstop menuju Doha. Seorang pramugari menawariku minum yang aku tolak dengan halus. Mesk

Papa

Image
Mungkin, selama saya mulai suka menulis, ini pertama kalinya saya menulis tentang orang tua saya. Entah karena saya merasa saya bukan orang yang pandai menulis rayuan gombal untuk mereka. Bagi saya, tulisan seindah apapun, seromantis apapun, sama sekali tidak bisa melukiskan perasaan saya tentang mereka. Dan inilah pertama kalinya saya mencoba menulis tentang seorang pria yang sampai kapanpun akan selalu ada di urutan pertama doa saya. Bismillah... Saya memandangi arloji putih yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Sudah jam lima sore. Pergi tidak ya? Saya mengetuk-ngetuk layar handphone dengan jari, baru beberapa detik yang lalu papa menelepon, bertanya apa saya jadi datang berkunjung ke tempatnya atau tidak. Ya, kemarin entah kenapa tiba-tiba saya menelepon papa, bertanya kabarnya dan dengan spontan saya bilang kalau saya ingin berkunjung ke tempatnya. Tapi sekarang saya malah ragu untuk datang. Saya khawatir kami akan lebih banyak diam. Saya khawatir kami tidak

Chen

Image
Aku mengenal Chen sudah lama sekali. Kami berkenalan saat usia kami masih tiga belas tahun, kelas dua SMP. Dia gadis yang sedikit pendiam ketika itu. Tapi sama seperti orang tionghoa lainnya, Chen gadis yang ulet dan rajin. Jangan bayangkan Chen berasal dari keluarga tionghoa yang berada meski memang banyak keluarganya yang telah sukses. Sama juga seperti banyak tionghoa di negeri ini, ayah Chen adalah seorang pedagang. Dia memiliki sebuah toko kecil di sudut pasar yang menjual rempah-rempah. Karena hanya toko itu satu-satunya penopang hidup keluarga, ibu Chen ikut berjualan makanan dan Chen berjualan kue keliling kampung setiap pulang sekolah. Aku hafal suara Chen yang kekanakan itu setiap kali dia lewat di depan rumah meneriakkan jualannya. Rumahku berada di ujung kampung sehingga selalu menjadi persinggahan terakhir jualannya. Ayah dan aku suka sekali kue serabi buatan ibu Chen yang memang dimasak di tungku dan masih menggunakan cetakan tanah liat. Bau dan rasanya khas. Kadan

Cheongsam Biru

Image
Aku mengayuh sepeda kumbangku sekuat tenaga, seberapa besar pun tenaga yang bisa aku hasilkan untuk mengayuh. Bahkan sedetik pun terasa panjang setiap kali aku ingin menemui gadis itu. Tapi kali ini aku benar-benar terlambat. Pertama kalinya aku terlambat. Punggungnya menatapku. Rambutnya yang digelung tinggi ikut memandangiku tajam. Menyalahkan. Beberapa anak rambut yang menjuntai dari gelungan rambutnya seolah melambai mengusirku. Bahunya tak bergerak sedikit pun. Gadis itu belum menyadari kehadiranku. Aku melangkah perlahan di atas rumput yang basah setelah hujan mengguyur sepanjang sore. Menyapa beberapa orang yang aku kenal sebelum kakiku membawa aku ke dekatnya. Gadis itu memandangi karosel di depannya dengan antusias - bahkan aku bisa menebak seantusias apa wajahnya meski hanya menatapnya dari punggungnya saja.

Wanderlust : Quiet Down

Image
I’ll fly away tomorrow To far away I’ll admit a cliché Things won’t be the same without you I’ll be looking at my window seeing Adelaide sky Would you be kind enough to remember I’ll be hearing my own foot steps under Adelaide sky Would you be kind enough to remember me (Adelaide Sky) Singgah beberapa jam di Jepara tidak lantas membuat saya hanya diam menunggu kapal berangkat. Dengan menyewa becak, kami keliling Jepara di pagi hari ketika jalanan masih sangat sepi. Ketika orang-orang baru memulai aktivitas mereka. Jepara seperti kota kecil cantik kebanyakan. Mungkin saya akan betah jika suatu saat harus tinggal disini. Saya suka deretan pepohonan yang berjejer di sepanjang jalan. Saya juga suka ukiran-ukiran khas Jepara yang menghiasi sebagian besar rumah-rumah mewah di sini.

Wanderlust : Forget Your Plans

Image
Will you take a moment, just a little moment It wont take much of your plan If destiny is waiting, tell her I’ll be walking Cause I’m not playing the waiting game (Secret) Sekali lagi rasa jenuh dan keingintahuan membawa saya ke tempat yang sama, selalu, untuk memulai semua petualangan. Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, di sudut restoran, mengganjal rasa lapar dengan makanan yang harganya sungguh tak bersahabat. Menjelang pukul 2 siang, menjelang keberangkatan pesawat teman saya dari Gorontalo ke Makassar, dia menelepon. Saya ketinggalan pesawat. Ucapnya dari seberang. Tiba-tiba makanan yang tengah saya santap terasa hambar. Ini pengalaman pertama saya mengalami ketinggalan pesawat meskipun bukan saya sendiri yang mengalaminya. Tapi kami sudah janjian untuk bertemu di Makassar sore ini dan berangkat bersama-sama ke Surabaya. Sebagai budget traveler, haram bagi kami untuk ketinggalan pesawat mengingat harga tiket pesawat di bagian timur Indonesia sungguh tidak perna

Kepada Tuan Di Masa Lalu

Image
Di sudut kota kecil ketika hujan mengguyur Pertemuan yang tak disengaja. Seperti itulah. Meskipun bagi saya tidak ada yang namanya kebetulan. Dan sore itu, sore yang biasa – bahkan teramat biasa – kembali Dia memaksa saya untuk belajar menata hati. Saya berbaik sangka padaNya. Mungkin ketika dulu datang badai menerpanya, saya serampangan saja menata hati saya kembali. Dan sore itu, di sore yang biasa, mau tidak mau saya harus kembali menata hati saya dengan benar. Mengembalikan semua yang berantakan ke tempat asalnya. Kita bertemu lagi. Ya...setelah tiga tahun, kita akhirnya bertemu lagi. Dua orang yang dulunya pernah sangat dekat kemudian tiba-tiba saja harus saling menjauh tanpa alasan, terasa sangat canggung. Saya sangat ingin bertanya bagaimana kabarmu, kemana saja kamu selama ini? Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kabar keponakan-keponakanmu? Apa ayah dan ibumu sehat-sehat saja? Tapi rasanya terlalu berlebihan. Kita bukan lagi dua orang yang sama seperti tiga tahun l

Wanderlust : Episode Nikahan Teman di Bualemo

Image
Sebenarnya jika memungkinkan, saya ingin mengunjungi satu desa setiap akhir pekan. Sayangnya justru jadwal saya padat setiap hari ahad. Jadi kemarin bisa dibilang saya melarikan diri dari jadwal akhir pekan saya demi memenuhi keinginan jalan-jalan (baca : kaki gatal) saya. Alasan lain karena sudah lama saya tidak kemana-mana selain menjalani pola berulang : rumah – kantor cabang – kantor unit – rumah – kamar. Nama desa tempat kondangan berlangsung : Bualemo Yep, Bualemo. Waktu masih keciiiil sekali saya pernah kesini, di ajak sama asisten rumah tangga yang berasal dari sana. Disanalah pertama kalinya saya mencicipi biji bunga teratai yang sampai sekarang tidak pernah saya temui lagi. Jarak Luwuk – Bualemo via darat sekitar 3-4 jam tergantung kondisi. Iya, tergantung kondisi. Misalnya kondisi lapar mau tidak mau harus singgah makan dulu di jalan. Atau kondisi malas-malasan jadi mobilnya jalannya juga malas-malasan. Tapi normalnya sih 4 jam perjalanan dengan pernak-perni

Hey, Miles!

Image
Yes, Miles is enough. Just like Francis is perfect but Ucup is enough. Ekspresi wajah Jack Black itu selalu seperti sedang mengatakan ‘hey, gampar aku!’. Menyebalkan sebenarnya. Tapi ketika saya tanpa sengaja menonton film The Holiday (lagi) dan melihat Jack Black berperan sebagai Miles untuk kedua kalinya, saya justru jatuh suka padanya.

Kepada Hati

Image
Saya tidak tau bagaimana kamu bisa belajar sekuat dan setegar itu Sedang raga sepertinya tak mampu menahannya Hati, luka itu sangat besar kan? Tidak mengapa jika kamu ingin menangis karena rasanya sakit. Sungguh tidak mengapa. Tapi tak setetes pun kamu menangis, tak sedikit pun kamu mengeluh. Hati, mari sini, saya akan membantumu membalut luka itu Maaf, mungkin saya tidak bisa membalut lukamu selembut yang dia lakukan dulu Bukankah dia penyebab luka itu dan kini dia pergi?

Kepada Tuan Selamat Pagi

Image
Hal yang paling saya sukai dari pagi hari adalah mendengar kamu mengucapkan selamat pagi kepada saya. Kemudian kamu akan bertanya bagaimana hari saya kemarin. Dan saya akan menjawab, baik. Hari saya kemarin baik-baik saja. Tapi tanpa kamu, rasanya tidak akan ada hal yang luar biasa yang bisa terjadi. Kamu tertawa dari seberang sana. Meski hanya dari suara tertawamu, saya bisa melihat dagumu yang tertarik ke bawah, atau matamu yang menyipit saat tertawa. Saya bahkan bisa menghidu aroma mint dari pasta gigi yang sering kamu pakai.

Untuk (Calon) Mama (Kelak)

Image
Assalamu’alaikum... Semoga mama selalu sehat dan diberkahi Allah setiap saat Mama, tidak apa kan saya memanggil mama? Mungkin ada sedikit rasa keberatan menerima saya menjadi bagian dari hidup seorang laki-laki, anak kesayangan mama. Tentu saja berat bagi mama melepas anak mama yang paling dekat dan paling manja itu. Bagaimana tidak? Saya sering mendengar tentang mama darinya. Tentang jadwal nonton kalian bersama di bioskop, tentang jadwal makan malam bersama setiap akhir pekan, bahkan tentang hobinya yang selalu meminta mama untuk memijatnya. Kalian berdua begitu dekat dan saya tidak pernah ingin membuat kalian berdua jauh. Jika selama ini mama merasa dia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan saya, saya meminta maaf. Saya sama sekali tidak punya hak apapun atasnya. Mamalah yang memiliki hak yang besar padanya. Mamalah yang melahirkan dan membesarkan dia, hingga dia menjadi begitu luar biasa dan membuat saya jatuh cinta padanya.

Untuk Kamu Yang Tidak Sedang Saya Jatuhi Cinta

Image
Hey, kamu! Saya tidak sedang jatuh cinta Hanya saja, saya mendefinisikan bahagia saya ketika kamu bertanya bagaimana keadaan saya? Bagaimana liburan saya? Atau bagaimana pekerjaan saya di kantor. Dan lagi, saya mendefinisikan sedih saya ketika kamu tidak bertanya lagi apa-apa tentang saya. Seolah kamu tidak peduli lagi dengan semua yang saya sukai dan semua yang saya lakukan. Saya tidak sedang jatuh cinta Hanya saja, kenapa sulit sekali rasanya mendengar kamu berkisah tentang perempuan-perempuan yang kamu kenal? Dan lagi, saya benci setiap kali kamu berkata telah menemukan seseorang yang spesial. Berkali-kali sampai saya nyaris hafal semua dialog yang akan kamu katakan pada saya. Dia spesial. Dia cantik. Dia baik. Aku jatuh cinta padanya.

Kamu tau kan, kota penuh sesak itu tidak mengijinkan kita bersama?

Image
Bukankah kamu meninggalkan saya dulu ketika kita berjumpa di kota penuh sesak itu? Melihat kamu berdiri diam saja di sana, di antara hiruk pikuk bandara di pagi hari, saya tau itulah saatnya kamu harus meninggalkan saya. Saya ingin bilang, tidak bisakah kamu melupakan saja kota itu? Ah, tapi apalah hak saya melarang kamu? Saya hanya bisa tersenyum dan menyemangatimu. Saya ikut senang kamu kembali ke tempat dimana kamu seharusnya berada.

Number One

Lagi suka sama semua lagu Oom Adhitia Sofyan :') (Sejak kapan dia nikah sama tante saya #eaa) Tau lagu-lagunya sih sudah lama. Saya tidak terlalu suka sama lagu-lagu yang berisik (seperti apa pulak itu). Maksudnya lagu yang pakai banyak instrumen, yang ada kepala saya pusing dengarnya. Nah, musik di lagu-lagu Oom Adhitia ini akustik dan tidak berisik jadi enak saja didengarnya. Tapi baru sekarang ini saya ngeh sama liriknya. Ternyata liriknya juga keren-keren. Ohiya, semua lagu-lagunya bisa didownload gratis di blognya adhitiasofyan.wordpress.com (baik ya dia? Hehe) Judul post ini sama dengan judul salah satu lagu di album Quite Down . Cause you don't even have to try You're already my number one...