Saya, Kamu, Kita


Bagi sebagian orang waktu seakan terbang,
Yang lainnya menganggap dia sedang berlari.
Bagi saya, waktu menjadi sangat relatif. Kadang dia berjalan, kadang juga dia berlari.

Mungkin belum saatnya saya menulis sesuatu tentang kamu. Tapi saya harus. Sebelum remah-remah memori itu beterbangan dibawa angin waktu. Sebelum saya lupa apa yang sedang saya pikirkan saat ini. Lagipula menulis menjaga kita tetap waras kan?

Ini tentang saya
Tentang bagaimana Allah membungkus doa dan keinginan saya dengan cara-caraNya yang misterius.


Ketika dulu saya menginginkan seseorang yang sama sekali tidak saya kenal, maka Allah mempertemukan kita di persimpangan jalan. Orang yang benar-benar sama sekali tidak saya kenal.

Bagaimana mungkin di kota sekecil ini, berpuluh tahun, kita belum pernah bertemu sekali pun kecuali saat ta'aruf?

Di kota sekecil ini, setiap orang yang saya tanyai paling tidak pernah mendengar nama kamu, tetapi saya, jangankan mengenal kamu, mendengar nama kamu saja saya belum pernah. Begitu rapinya Allah membungkus dunia kita masing-masing hingga garis hidup kita tidak pernah bersinggungan sampai hari ini, ketika saya membaca nama saya di sisi nama kamu pada sehelai kertas undangan.

Ketika dulu saya menginginkan kehidupan yang sederhana di sebuah desa, bertani dan menghabiskan hari tua di sana, Allah mempertemukan kita di persimpangan jalan. Pada sehelai biodata, kamu menuliskan petani sebagai pekerjaanmu.

Saya mendadak gugup. Sempurna Allah menjawab doa dan keinginan saya. Dengan melunasinya sekaligus.

Sekarang giliran saya berusaha menjadi jawaban atas doa-doa kamu. Belajar menjadi yang terbaik di mata kamu. Menjadi sempurna tanpa perlu melupakan kalau manusia tetaplah manusia yang bisa salah. Menjadi sempurna dengan segala kekurangan yang ada.

Mungkin nanti saya akan menjadi penyeimbang langkah kamu
Atau bisa saja menjadi orang yang akan menahan langkahmu sejenak jika nanti langkah kita mulai tak selaras.


Atau menjadi secangkir kopi yang akan menemani pagimu, senjamu, malammu di teras rumah.
Atau menjadi orang yang akan selalu tertawa dengan candaanmu.
Atau menjadi orang yang akan selalu membuatmu merajuk.
Saya juga bisa menjadi orang yang akan membuatmu terkejut dengan sifat pelupa dan ceroboh saya.


Apa pun yang akan kita lewati nanti, berjanjilah untuk tetap sabar. Karena mungkin saya akan menjadi orang yang membuatmu kehilangan kesabaran.

Tak mengapa untuk berhenti sejenak jika salah satu dari kita tertinggal di belakang.
Menunggulah sebentar di sana, jangan berpaling, pergi dan berlari sendirian.


Dan terima kasih untuk telah datang tepat waktu. Mari selesaikan perjalanan ini bersama-sama :)


5.33 AM

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Tahun 60-an

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor