Posts

Showing posts from 2011

Autumn, Dia Tidak Kembali Untukku

Image
Aku tak percaya dengan pandangan mataku sendiri ketika melihat sosok itu disana, berdiri tak jauh dariku dan sedang menengadahkan pandangannya ke dedaunan rimbun pepohonan yang sedang berguguran. Musim gugur membuat daun-daun pohon maple berubah menjadi berwarna merah kecoklatan, seperti hujan yang jatuh sehelai demi sehelai ke permukaan tanah, menutupi jalanan dengan warna merah kecoklatannya. Dia yang aku kira tak akan pernah kulihat lagi benar-benar berdiri di sana. Nyata. Seseorang yang telah berbelas-belas tahun lalu pergi dari kehidupanku kini tiba-tiba kembali dan memaksaku menggali semua kenangan tentangnya yang telah aku kubur dalam-dalam. Kenangan yang enggan aku usik lagi sejak dia benar-benar telah berlalu begitu saja.

Maaf Aku Terlambat

Maaf aku terlambat Ketika kemuning itu telah menjadi gulita Aku tahu kau masih akan berdiri di sana Memunggungi masa lalu, Dan membiarkannya tersapu bersama debu di jalanan Jika memang aku punya kesempatan itu Hanya satu hal yg menggelayut di puncakku Adakah rasa itu masih sama? Adakah rasa itu masih kau simpan dgn baik? Adakah kau merawatnya? Karena aku pun begitu, selalu begitu

Sebuah Surat (Yang Terlambat) Untuknya

Image
Setiap orang berubah, aku berubah, dia berubah, kau berubah…semuanya butuh perubahan untuk menyesuaikan diri. Tapi bukan berarti perubahan itu membuat kita saling menjauh bukan? Perubahan tidak akan mengubah bagaimana rasanya tersenyum ketika kamu menceritakan hal lucu. Dan perubahan juga tidak akan membuat aku merubah caraku marah ketika dirimu lupa memberi kabar kalau hari itu kau harus pulang larut. Tidak akan ada yang dapat merubah itu semua sayang. Meski pada akhirnya kehidupan kita berubah, tapi yakinlah apa yang ada di dalam hati ini tidak berubah. Aku tetap akan selalu membuatkan masakan yang enak buatmu ketika kamu kembali ke rumah kita meski itu harus melalui berkali-kali percobaan dengan hasil masakan yang mengenaskan di percobaan awal, aku akan tetap menyiapkan baju kerjamu setiap pagi, menyetrikanya dan memberikan sedikit pewangi di bajumu agar kau selalu ingat kalau kau punya seorang istri di rumah yang selalu cemas menanti kepulanganmu. Aku juga akan tetap mengir

Curhatan Abad Ini

Allah, apa yang sedang dia lakukan disana? Pertanyaan seperti itu selalu terbersit di benak saya jika saya memikirkan seperti apa rupa suami saya kelak. Apa dia akan berdoa sama seperti yang saya minta kepadaMu? Apa dia juga sangat berharap agar segera dipertemukan dengan saya? Apa dia juga berdoa dengan penuh harap sama seperti ketika saya berdoa padaMu? Allah, kadang di hati ini timbul rindu yang teramat sangat pada sosok seseorang yang entah siapa Bisakah hamba memprediksi seperti apa dia? Apa dia akan sejalan dengan hamba nanti? Apa dia cerdas dan humoris? Mampu membuat hamba tertawa dan kagum dengan wawasannya? Apa dia punya visi dan misi yang jelas dalam hidupnya? Apa dia punya target-target yang jelas untuk hidupnya?

Third Step : Kota Pahlawan, Kota Kembang, Ibu Kota

Image
Akhirnyaaa…. Setelah berjuang selama 18 hari di diklat Pengelolaan Gadai Syariah di Surabaya dan deg-degan menunggu ijin cuti yang belum keluar, saya dapat bernafas lega. Rencana perjalanan Suarayaba – Bandung – Jakarta terlaksana juga. Dan untuk pertama kalinya saya akan naik kereta api! Yay! *ndeso Selesai penutupan diklat, saya dan dua orang teman berangkat ke stasiun Gubeng dengan taksi. Kalau dilihat sih suasana stasiun KA itu standar saja. Banyak porter lalu lalang, petugas keamanan, calon penumpang…tapi setidaknya tidak ada desak-desakan seperti yang sering saya lihat di berita di TV-TV. Mungkin karena arus balik hari raya idul adha telah selesai. Dengan menyeret koper besar dan bawaan seabrek, plus dua buah dus yang dibantu dibawakan sama Mas Arif (terima kasih Mas Arif, udah mau jadi porter untuk saya dan Ibu Ida :p) kami bertiga menunggu kereta di ruang tunggu sambil melihat pengamen elit di dalam stasiun. Kenapa saya bilang pengamen elit? Karena para pengamen itu mengg

Flying Alone

Menepuh perjalanan jauh sendirian ternyata seru juga. Serunya itu kalau lagi bengong di bandara nunggu boarding. Atau pas dapat kabar bahagia kalau penerbangan delay sampai hampir 3 jam. Seru juga waktu harus ke kamar kecil sendirian dengan barang bawaan sekampung atau kalau mau sholat dan mau pergi makan. Seru…seru… saking serunya saya mau sewa pesawat jet pribadi buat kemana-mana biar tidak usah berjelaga di bandara sambil melihat orang lalu lalang di depan saya. Mulai dari mbak-mbak bule yang cantik, suami istri yang romantis, pasangan muda yang heboh… semuanya ada di bandara dan bisa dijadikan bahan observasi perilaku penumpang maksapai penerbangan di Indonesia yang terkenal dengan kekaretan jadwal penerbangannya. Jadi bisa saya simpulkan, bepergian sendiri itu tidak seru kalau harus transit dan delay berjam-jam.

Alidya dan Tegar

Jika ada satu nama yang dapat mengahancurkan semua rencana pernikahan yang sedang aku susun ini, kebahagiaan yang sedang aku upayakan ini, maka satu nama itu hanyalah namamu…Tegar. Aku terlalu mencintainya. Bahkan hingga pada akhirnya aku akan menikah dengan seorang pria sempurna yang berkali-kali lipat jauh lebih baik dari Tegar. Tapi meskipun aku sangat mencintai Tegar, ada bagian hatiku yang menolak untuk menikah dengannya. Aku tak mau menjadi seorang istri yang terlalu bergantung kepada suaminya atau menjadi seorang istri yang terlalu mencintai suaminya. Karena jika suatu saat suamiku harus pergi meninggalkan aku, maka aku tak punya pegangan hidup apapun lagi. Karena itulah aku menolak ketika Tegar datang ke rumahku dan menyatakan keinginannya untuk menikahiku. Empat tahun yang lalu.

Sepuluh Benda Yang Selalu Menarik Perhatian Saya

1. Flat shoe. Mau sepatu kantor, sepatu kasual, sepatu pesta, saya suka yang flat. Lebih nyaman dan tidak terkesan sok tua. Saya kan belum tua-tua amat :p 2. Jam tangan. Mungkin karena sekarang pakai jam hasil menculik punya mama makanya tiap liat jam tangan pasti singgah sebentar buat milih-milih dan ujung-ujungnya tidak dibeli karena masih merasa lebih nyaman pakai jam tangan punya mama *tidak modal amat 3. Tas. Apalagi kalau ukurannya besar tapi tetap girlie. Lebih senang lagi kalau liat-liat backpack atau ransel-ransel keren. Pengaruh dari alam bawah sadar yang selalu ingin travelling kemana-mana. 4. Aksesoris dan pernak pernik etnik. Gelang-gelang dari batok kelapa atau bros dari kayu, kalung dari kulit pohon, gantungan kunci dari bambu, hiasan dinding dari kerang… semuanya yang terbuat dari bahan alami selalu terlihat lebih menarik. 5. Stationery. Meski sudah tidak lagi berlabel pelajar, tapi alat-alat tulis selalu menarik perhatian saya. Paling banter beli pulpen yang modeln

THING SO CALLED ‘DRAMA AKHIR PEKAN’

Image
Pernah merasa sangat-sangat melodramatis sampai-sampai dirimu merasa menjadi pemeran utama di sinetron kejar tayang ‘Putri Yang Ditukar’? Atau merasa sangat-sangat galau entah kenapa dan membuat kamu lari ke pantai dan ingin menangis persis seperti di serial-serial Korea/Jepang dengan latar pantai indah nan luas, deburan ombak, camar, plus angin yang bertiup kencang dan membuat rambut panjang indahmu berkibar. Pernah? Well , saya tidak sampai segitunya juga sih. Tapi entah kenapa pekan kemarin saya merasa sangat-sangat galau dan menuliskan status #galau maupun #penggalauan di BBM saya dan secara otomatis merendahkan status BBM saya di titik nadir padahal sebelumnya saya menuliskan status yang cukup keren : ‘ngantuk tiada tara tapi mata dengan sekuat tenaga tak mau terpejam’.

Second Step : Togean

Image
Kecantikan tersembunyi Kepulauan Togean Awal saya tertarik pergi ke Togean karena pas lagi naik motor pulang kantor, di pinggir jalan ada spanduk promosi festival Togean. Saya sudah lama mendengar nama tempat wisata yang satu ini. Tapi niat untuk datang kesana baru ada akhir-akhir ini saja ketika saya tahu kalau kantor saya tumben-tumbennya libur lebaran selama seminggu :p Akhirnya dengan berbekal informasi dari internet, kami sekeluarga naik mobil menuju Ampana yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Luwuk dengan waktu tempuh 6-8 jam. Saya mengajak dua orang teman saya untuk ikut biar rame. Dewi dan kiki. Dua kakak beradik yang lucu dan saling mengasihi. Hehe.

Country Road

“Sudah tiga tahun, Tu. Sudah saatnya aku melepaskan dia” ucap Sarah sambil tertunduk, menyembunyikan sinar matanya dari pandangan Restu yang tengah berdiri di depannya. Dia tak ingin laki-laki itu melihat sesungguhnya berat bagi Sarah untuk mengatakan hal itu. “Sudah tiga tahun…” “Tiga tahun? Jadi waktu kau jadikan alasan untuk melupakannya dan membiarkan dia pergi begitu saja? Hanya karena sudah tiga tahun?” “Kau tak mengerti kekuatan waktu. Kau tak mengerti bahwa tak ada hal di dunia ini yang dapat membantuku untuk benar-benar melupakannya kecuali waktu. Kau pikir tiga tahun itu waktu yang singkat? Kau pikir mudah bagiku ketika pada akhirnya aku harus mengakui di dalam hatiku kalau aku jatuh cinta pada orang lain? Dan orang lain itu adalah kau?”

Saat Menjelang Adzan

“Jangan menurunkan standar. Pokoknya kita harus menikah dengan seseorang yang tarbiyah!” Begitu mungkin sekelumit percakapan saya dengan teman-teman akhwat saat sedang ngumpul di sekret. Paling tidak kira-kira begitulah redaksinya. Kebiasaan kalo lagi tidak ada kerjaan, biasanya sih pas lagi nunggu adzan sholat. Banyak hal yang kami bahas dan entah mengapa topiknya selalu saja menyentuh masalah yang satu ini : pernikahan. Ntahlah. Mungki bagi kami, pernikahan adalah sebuah sisi kehidupan yang masih sangat misterius, sering membuat kami penasaran, seolah-olah dia berada di dimensi lain dan tak terjangkau oleh kami. Mungkin kami sama penasarannya dengan para ilmuwan yang ingin tahu kemana semua benda dan bahkan cahaya yang dihisap oleh blackhole.

First Step : Bali

Image
Dari jaman masih SD dulu saya punya semacam obsesi tersendiri dengan Bali. Tidak tau kenapa. Mungkin karena waktu kecil suka dengan lagu Denpasarmoon-nya Maribeth atau sering nonton di TVRI tentang keindahan Bali, saya jadi punya semacam tekad harus liburan ke sana lebih dulu suatu saat baru kemudian saya akan berpetualang ke tempat-tempat indah lainnya. Dan bulan Mei kemarin saya benar-benar datang ke sana :p Setelah sempat tertunda berkali-kali, saya dan seorang teman saya akhirnya sepakat akan berangkat ke Bali tahun ini meski hanya berdua saja. Padahal awalnya kami merencanakannya berlima tapi karena kesibukan kami masing-masing, hanya kami berdua yang bisa pergi. Saya dan Ramla – teman saya itu berjanji ketemu di Manado dan berangkat sama-sama dengan Lion Air ke Denpasar.

An Answer

Aku tak suka dia memunggungiku dan bersikap seolah-olah aku ini tidak ada. “Naz, aku pergi” kataku pelan, sangat pelan malah, aku sengaja sehingga dia tak perlu mendengar kata perpisahan dari mulutku. Tapi nyatanya kulihat dia mengangkat punggungnya – mengiyakan – tanpa sedikitpun membalikkan pandangannya kepadaku. Aku tahu Inaz tak benar-benar sedang menonton siaran berita di TV yang ada di depannya. Aku tahu dia hanya memandang kosong para narasumber yang sibuk komat-kamit mengomentari keadaan negara tanpa sedikitpun mengerti apa yang mereka katakan. Setidaknya, dua tahun menjadi istrinya telah membuatku paling tidak mengenal kebiasaannya. Aku menelan ludah, mengusap sedikit mataku yang entah kenapa tiba-tiba berair. Ah, aku tak suka perpisahan sekalipun aku sendiri yang menginginkan perpisahan ini. Selalu ada air mata di sana, memaksaku mengangkat wajahku ke langit-langit rumah agar air mataku tak segera mengalir ke wajahku. Langit-langit rumah kami – dulunya. Inaz mengenc

Cangkir kopi dan Mangkuk Gula

Image
Kau tahu Arya? Seberapa kerasnya pun aku mencoba melupakanmu Semua cerita tentangmu tak pernah bisa habis... Bandara Soekarno Hatta, Pagi yang mendung di bulan Nopember, pukul 7 lewat 30 menit. Seperti biasa, bandara Seokarno Hatta selalu ramai entah di jam berapapun. Papan pengumuman digital tak henti-hentinya memberikan informasi penerbangan, manusia dari berbagai daerah dan negara bercampur baur, lalu lalang dengan barang bawaan masing-masing. Ada sekelompok turis wanita dengan tas ransel besar-besar lewat di depanku, salah satu dari mereka tersenyum yang kubalas dengan senyum juga. Mereka adalah backpacker , berjalan-jalan dari satu negara ke negara lain hanya dengan modal keberanian, melihat dunia hanya dengan modal mimpi-mimpi. Setelah para gadis-gadis pirang itu berlalu, aku melanjutkan jalanku menuju loket check-in.

Menikah, Pilihan Atau Keharusan?

Menikah, sebuah pilihan atau keharusan? Apa yang diharapkan setiap wanita selepas sekolah? Rata-rata jawaban mereka adalah bekerja. Kenapa bekerja? Agar bisa segera menikah. Ya,menikah! Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran setiap gadis mengapa mereka begitu berkeinginan untuk menikah. Seolah-olah menikah adalah satu-satunya tujuan hidup mereka. Tidak adakah seorang wanita yang berpikir bagaimana jika nantinya pernikahan mereka bermasalah? Bagaimana jika ternyata mereka tak sepaham dengan suami-suami mereka kelak? Bagaimana jika ternyata pernikahan itu membelenggu mereka? Apakah mereka harus bercerai? Atau diam saja dengan ketidak sepahaman yang mereka alami? Harus bagaimana? Mereka tak punya alasan yang cukup kuat untuk mengajukan cerai tanpa dikatakan sebagai wanita durhaka. Tidak ada orang ketiga, suami mereka berlaku baik pada mereka, tapi mereka terpenjara oleh pola pikir suami mereka yang mungkin terlalu monoton, membosankan, tidak ada inovasi dan lain sebaga

Matryoshka (Bag. 2)

Moskow, penghujung musim dingin Aku menangis. Seharusnya aku menangis. Tapi tidak di hadapan ‘wanita penting’ yang kini berdiri di depanku. Aku yang mengundangnya kemari, di depan Kathedral st. Basil. Sudah saatnya aku mengalah dan membuang sifat egoisku. Mrs. Petrovsky memang benar, jangan menghancurkan kebahagiaan wanita lain seperti sahabatnya sendiri yang menghancurkan kebahagiaannya. Tapi keputusanku ini bukan karena kisah Mrs. Petrovsky, bukan juga karena aku merasa bersalah atau karena aku tak ingin mengkhianati wanita yang belum sepenuhnya aku kenal ini. Juga bukan karena aku tak membutuhkan Pak Tegar lagi, karena ternyata saat aku mengambil keputusan ini justru rasa butuh itu semakin besar dan nyaris membuatku mengurungkan niatku untuk menyelesaikan semuanya sebelum aku kembali ke Indonesia. Semua itu lebih karena aku menyerah, aku putus asa. Aku tak punya energi lagi untuk mempertahankannya, aku lelah dan ingin berhenti saja.

Matryoshka

Image
Moskow, awal musim gugur. Rusia, orang menyebutnya negeri beruang merah. Sebuah negara terluas di dunia yang dulunya adalah bagian dari negara blok timur, negara komunis yang menjadi musuh bebuyutan Amerika Serikat, yaitu Uni Soviet. Siapa yang tidak kenal dengan Rusia dan KGB mereka? Atau pemimpin mereka yang terkenal diktator, Josef Stalin? Aku sendiri mengenal Rusia dari sebuah film kartun berjudul Anastasia, dan dalam benakku orang-orang Rusia itu identik dengan Rasputin – tokoh antagonis dalam film itu. Ini merupakan tahun keempatku di Moskow, ibu kota Rusia. Sebuah kota terluas di Eropa yang didaulat menjadi kota termahal di dunia dua tahun berturut-turut. Sudah tiga tahun aku kuliah di Universitas Negeri Moskow dengan bantuan beasiswa yang kudapat dari sebuah badan amal. Aku yang sebenarnya bercita-cita untuk kuliah di Inggris atau Prancis, atau minimal Belanda kini harus terdampar di sebuah kota tua yang penuh dengan bangunan-bangunan berarsitektur klasik nan indah ini.

MY 2010 : BACK TO 60'S

Image
2010 – rasanya baru sebentar saya melewati tahun 2009 dan kini tahun 2010 pun telah beranjak. Tidak terlalu banyak hal yang menarik yang terjadi di tahun ini sehingga saya tidak begitu ingat hal-hal istimewa apa yang telah saya lewati sepanjang tahun 2010 kemarin. Hmm.. tidak juga. Enam bulan terakhir di tahun 2010 saya banyak mengenal hal-hal baru yang cukup merubah total pandangan hidup saya selama ini. John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, Ringo Starr Sedikit membahas hal yang ringan, di tahun 2010 kemarin untuk pertama kalinya saya nonton film hitam putih. Biasanya sih saya paling malaaaasss nonton film-film jadul, apalagi masih hitam putih. Kebetulan film yang saya nonton itu adalah film pertama The Beatles, tahun 1964 yang judulnya A Hard Day’s Night. Karena saya memang sudah suka The Beatles sejak SMP, makanya saya sengaja begadang nonton film itu di Metro TV. Dari dulu saya sukanya Paul McCartney, tapi begitu melihat John Lennon di film itu – saya suka gayan