Second Step : Togean


Kecantikan tersembunyi Kepulauan Togean

Awal saya tertarik pergi ke Togean karena pas lagi naik motor pulang kantor, di pinggir jalan ada spanduk promosi festival Togean. Saya sudah lama mendengar nama tempat wisata yang satu ini. Tapi niat untuk datang kesana baru ada akhir-akhir ini saja ketika saya tahu kalau kantor saya tumben-tumbennya libur lebaran selama seminggu :p

Akhirnya dengan berbekal informasi dari internet, kami sekeluarga naik mobil menuju Ampana yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Luwuk dengan waktu tempuh 6-8 jam. Saya mengajak dua orang teman saya untuk ikut biar rame. Dewi dan kiki. Dua kakak beradik yang lucu dan saling mengasihi. Hehe.


Sampai di Ampana, karena minimnya informasi yang saya peroleh dari internet, kami sempat muter-muter selama dua jam Cuma untuk cari info dimana tempat menyewa boat yang akan mengangkut kami menuju Poyalisa, sebuah pulau di dekat desa Bomba yang merupakan salah satu dari sekian banyak pulau-pulau kecil yang ada di Kepulauan Togean. Setelah sempat singgah ke Balai Taman Nasional Kep. Togean dan orang disana tidak bisa memberi info yang memuaskan, dan setelah sempat hampir ikut saran dari orang yang ada di pelabuhan untuk menyewa boat dengan biaya 250 ribu/orang (harga yang ditawarkan sangat tinggi, padahal menurut orang-orang yang pernah kesana sewa boat cukup satu juta rupiah sekali pergi), kami akhirnya ketemu tempat informasi untuk turis yang mau ke Togean. Alhamdulillah. Informasinya cukup lengkap dan memuaskan. Ibu Ulfa, petugas di Tourist Information Service itu membantu mencarikan boat yang bisa disewa untuk pulang pergi Ampana – Poyalisa.
Pelabuhan Laut Ampana
TIS (Tourist Information Service) di dalam pelabuhan

Kami berangka menuju Poyalisa pukul 1.30 siang. Cuaca sedikit mendung dan sangat berombak. Di atas boat kami harus menelan banyak air garam karena air laut yang cukup berombak menampar-nampar badan boat hingga menyirami kami. Perjalan selama satu setengah jam itu membuat baju kami basah kuyup. Untunglah pemandangan ikan terbang sepanjang perjalanan cukup menghibur kami yang sempat bĂȘte kena air laut terus.
Di atas boat menuju Poyalisa

Memasuki Kepulauan Togean, air laut tiba-tiba berubah menjadi sangat tenang dan sangaaaaaatt jernih. Dari atas boat saya bisa melihat dengan jelas karang-karang yang ada di dasar laut. Pemandangan indah yang disajikan oleh pulau mungil ini membuat saya speechless. Pasirnya putih, airnya seperti cermin, lautnya tenang, ikan-ikan berenang kesana kemari… rasanya ingin langsung meloncat ke laut buat berenang. Ternyata selain kami, turis domestik, sudah ada beberapa orang turis bule yang berasal dari Jerman, Maroko, dan Prancis. Kami sempat berkenalan dengan seorang teman mereka yang ternyata orang Indonesia berasal dari papua bernama Mei. Dan turis yang berasal dari Maroko bernama Murad (yang ini ingin belajar bahasa Indonesia dan Kiki bersedia membantu. Hihi….)
Dermaga Poyalisa. Terumbu karangnya nampak dari atas dermaga.
Berada disana serasa berada di dunia lain, sepertinya waktu terhenti di pulau kecil ini. Suasananya tenaaaaaang sekali. Angin berhembus sepoi-sepoi. Ditambah dengan ketiadaan sinyal telepon membuat liburan kali ini benar-benar terasa nyata. Rasanya seperti terdampar di pulau terpencil tapi dengan fasilitas cottage dan makanan yang super enak ;p
Sekelumit Pemandangan dari depan cottage
Esoknya pagi-pagi sekali saya, Dewi dan Kiki jalan keliling pulau dan menemukan spot mancing yang pas. Langsung saja kami memancing di situ persis seperti acara Mancing Mania yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Gayanya teriak "strike!" kalau berhasil menangkap ikan yang besarnya seukuran....telapak tangan doang.

Ikan Hasil Tangkapan
Gua Kelelawar
Setelah sarapan kami pergi ke Pulau Bomba yang berada di seberang pulau Poyalisa dengan perahu menuju Bat cave atau gua kelelawar. Setelah berjalan melewati hutan selama kurang lebih setengah jam, kami sampai di gua yang baunya….waaaww… baunya sampai bikin pusing kepala. Bau kotoran kelelawar yang sudah bisa anda bayangkan sendiri. Ditambah lagi dengan kelelawar yang kadang-kadang seenaknya terbang di atas kepala bikin kami cepat-cepat ingin menyingkir dari gua itu.
Pulang dari gua kelelawar, tanpa menunggu lama, setelah perahunya menepi di dermaga, kami langsung masuk ke air dan snorkeling. Meski Cuma berani di pinggiran pulau tapi pemandangannya tak kalah indah dengan pemandangan di tengah laut. Dua adik saya langsung menurunkan kail mereka dan kembali memancing. Di sana banyak sekali Patrick berwarna biru tergeletak di dasar laut. Tapi kita juga harus hati-hati karena di antara karang-karang nan indah itu kadang bersembunyi bulu babi dengan durinya yang panjang-panjang dan tajam.
Snorkelling, hal wajib di Kep. Togean
Pukul 2 siang, tiba waktunya untuk kembali ke Ampana, kembali ke kehidupan nyata, kembali ke kenyataan. Beraat sekali rasanya waktu saya harus melangkahkan kaki ke dermaga meninggalkan pulau ini. Hiks…hiks… padahal saya masih ingin ada disana sedikit lebih lama. Suasanya damai sekali. Sampai di Ampana kami langsung kembali melanjutkan perjalanan menuju Luwuk.
Selamat datang kembali ke kehidupan nyata :)
Bersiap Pulang Ke Ampana

Rasanya Masih Belum Rela Sudah Harus Pulang :'(

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Soe Hok Gie

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor