Maaf Aku Terlambat

Maaf aku terlambat
Ketika kemuning itu telah menjadi gulita
Aku tahu kau masih akan berdiri di sana
Memunggungi masa lalu,
Dan membiarkannya tersapu bersama debu di jalanan

Jika memang aku punya kesempatan itu
Hanya satu hal yg menggelayut di puncakku
Adakah rasa itu masih sama?
Adakah rasa itu masih kau simpan dgn baik?
Adakah kau merawatnya?
Karena aku pun begitu, selalu begitu



Saat aku berlari mengejar semburat oranye cakrawala
Menebas angin yg menghempas
Berharap pasir mencengkram kakimu
Berharap Tuhan tetap membiarkanmu disana
Agar aku dapat meraihmu
Dan akan aku biarkan semua tanya di matamu terjawab
Lewat senyumku
Lewat ucapku
Lewat tawaku
Lewat diamku

Maaf aku terlambat
Ternyata Tuhan enggan membiarkanmu tetap disana
Dan membiarkanku mencabik langit malam kelam
Untuk apa semua peluhku?
Untuk apa semua lelahku?
Jika kau tak bisa menungguku,
Barang sedetik saja.

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an