Mamak-mamak Insekyur


Zaman kelam saat masih sendiri, saya sama sekali tidak punya bakat posesif apalagi insecure. Kecemasan dan kekhawatiran saya sama adik-adik saya paling hanya sebatas SMS atau telpon yang isinya tinggal copy-paste dari sebelumnya 'pulang dulu e saya mo pake motor'.

Setelah menikah, lagi-lagi saya tidak merasa saya itu orang yang posesif. Saya tidak melarang suami saya keluar ketemu teman-temannya, hanya jika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saya pasti nelpon minta dia pulang. Dan akan saya ulangi setiap sepuluh menit jika dia belum sampai di rumah juga. Iyap, tiap sepuluh menit persis alarm yang akan berbunyi tiap sepuluh menit kalau tidak dimatikan. Dimana letak posesif-nya? Tentu saja tidak ada sama sekali.

Kemudian semua berubah sejak negara api menyerang Ayyub hadir, saya mendadak jadi mamak-mamak yang super posesif dan insecure. Selalu saja ada hal yang saya cemaskan dan khawatirkan dari dia saking sayangnya sama anak. Di kantor benak saya dijejali hal-hal buruk yang kadang rasanya tidak masuk akal. Saya takut terjadi apa-apa dengan Ayyub, saya takut dia tersedak saat makan kentang goreng, saya takut dia digigit nyamuk Japanese encephalitis, saya takut dia terserang campak, saya bahkan takut dia digigit kucing karena dia selalu mau nangkap kucing yang lagi mangkal di dapur. Imajinasi saya meliar setiap kali saya berjauhan dari dia. Dan sampai sekarang saya bahkan belum rela dia diasuh orang lain (yang dibayar) atau menitipkannya di day care. Saya takut dengan banyaknya video penyiksaan anak yang beredar di internet dan pelakunya adalah pengasuhnya sendiri. Saya bahkan masih menggigil saat mengetikkan hal ini jika mengingat kejamnya pengasuh-pengasuh itu. Haw ken they du det?

Saya tidak menyangka bisa sebesar ini cinta seorang ibu pada anaknya. Bahkan bisa jadi dia lebih mencintai anaknya daripada dirinya sendiri. Sulit tapi sama sekali tidak berpikir untuk menyerah. Menjadi seorang ibu kita akan berada di level melakukan-apa-saja-demi-anak. Bahkan hal-hal abnormal sekalipun semacam ketagihan mencium aroma ketek-setelah-bangun-tidur punya dia.

Melelahkan? Tentu saja, tapi rasanya bahagia. Dan karena menjadi mamak-mamak offline itu sudah cukup melelahkan, saya tidak mau ikut arus jadi mamak-mamak online yang apa-apa diperdebatkan. Kecuali komunitas Ibu Menyusui dan Gerakan Sadar Imunisasi, saya tidak ingin lagi menambah-menambah kerumitan dengan ikut perang antar mamak-mamak lahiran normal versus SC atau mamak-mamak aliran BLW vs mamak-mamak anti BLW. Eh, saya ikut grup Homemade Healthy Baby Food yang sangat tidak menyarankan BLW tapi bukan berarti saya tidak setuju pada ibu-ibu yang memilih metode BLW untuk bayi mereka. Malah sekarang ditambah lagi dengan kontroversi PAUD yang konon katanya hanyalah bisnis pendidikan (di dunia ini apa sih yang tidak jadi bisnis. Wkwk). Sungguh berat menjadi mamak dewasa ini. Benar kata salah satu blogger yang menulis review film Dilan, kita lebih dekat ke tahun 2030 daripada tahun 1990. Apa hubungannya dengan Dilan? Yaa...saya membayangkan saja bagaimana kehidupan Ayyub sepuluh atau lima belas tahun kemudian. Akan se-millenial apa dia nanti? Eh, btw, akoh belum nonton Dilan :'(

Saya memikirkan seperti apa zaman yang akan dilaluinya nanti? Ketika semua hal gila dianggap normal, ketika bully jadi hal yang keren bahkan oleh anak-anak yang masih bau kencur. Bagaimana dia bertahan dengan dunia yang semakin terkoneksi dan informasi yang diterima makin sulit untuk disaring. Bagaimana jika nanti saya tidak bisa hadir menemaninya di masa-masa itu? Saya tidak bisa membelanya ketika dia di-bully, tidak bisa menyaringkan informasi yang benar untuknya, tidak sempat mengajarinya untuk menjadi orang yang baik? Membayangkannya saja saya jadi ingin menangis. Makanya saya sering bilang ke dia, semua orang sayang Ayyub, Ayyub juga harus sayang semua orang. Jika nanti mamak atau papa tidak ada lagi, masih tetap ada orang yang menyayangi Ayyub. Masih ada orang yang bisa menemani dia, mengajari dia segala hal, dan melindungi dia. Ah, sediiih :'(

Cara menguat-nguatkan hati mamak insekyur seperti saya ini ya hanya satu, yakin ada Allah yang jaga, ada Allah yang melindungi, ada Allah sebaik-baik tempat menitip.

Mamak sayang Ayyub *cium keteknya*

10.09 AM
Pelita

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Soe Hok Gie