Di-Bully Netijen

Semalam saya membalas twit seorang komika yang saya sudah saya sukai sejak tahap seleksi sebuah acara Stand Up Comedy, berupa ketidaksetujuan saya dengan apa yang dia kicaukan. Tentang video dari Tretan Muslim dan Coki Pardede. Ternyata dia membalas twit saya dengan me-retweet-nya, dan kemudian jadilah saya di-bully netijen follower dia.

Awal baca-baca, jujur, saya kaget. They don't even know me tapi ada yang bilang saya g*bl*k. Omo omo... ternyata dunia maya itu memang kejam. Kayanya saya harus memikirkan kapan Ayyub siap punya akun media sosial sendiri. Saya mencoba berpikir positif, mungkin saja lisan mereka sebenarnya tidak akan sekejam itu jika berbicara langsung di dunia nyata.

Maka pada hari ini, saya sampaikan rasa salut saya pada Awkarin dan Yonglex, karena ternyata, di-bully itu, meski tidak se-intens mereka, tetap saja cakid walau sedikit. Akuh kan tidak seg*bl*k itu. Huhuhu.

Komika itu, menggiring pendapat kalau seisi video yang katanya lucu tapi tidak ada lucu-lucunya sama sekali itu hanya membahas soal kurma, bukan masalah agama, bukan pula keyakinan. Tapi, apanya yang tidak menyinggung kelompok tertentu dalam hal ini agama, jika setiap mengatakan kata 'haram', 'kafir', mereka tertawa seolah-olah itu adalah hal yang lucu. Itu bukan dark humor, tapi kelewatan. Saya bahkan tidak tertawa sepanjang video yang berdurasi dua puluh menit itu. Apa yang mau ditertawakan? Setiap kali salah seorang dari mereka mengatakan 'babi itu al haram', mereka kemudian tertawa. Apanya yang lucu kalau jelas-jelas babi itu haram bagi sebuah agama dan keyakinan? Tidakkah itu sama saja mereka menertawai orang yang percaya kalau sapi tidak bisa dikonsumsi? Be wise, mereka berdua sudah tergelincir dan masih saja ada yang membela lantas mengatai orang-orang yang tersinggung sebagai sumbu pendek. Siapa sebenarnya di sini yang sumbu pendek?

Sedih loh kalau apa-apa disikapi dengan cara seperti ini. Ada yang tidak sependapat, di-bully. Saya ingat beberapa balasan dari para pengguna Twitter, beberapa lagi tidak saya baca, hanya bikin sakit hati. Haha. Well, saya berusaha tidak peduli, hanya ingat beberapa balasan yang cukup lucu.

"Seragam amat hidup lu, mbak"
Duh, mas, ini bukan tentang keseragaman. Justru karena saya tau ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan, ada hal-hal yang pasti diperdebatkan, apa salahnya berbeda? Mungkin situ yang hidupnya terlalu seragam, makanya giliran ada yang beda malah jadi kepanasan.


"Jadi kurma yang tumbuh di Israel agamanya apa? Yahudi?"
Mbak say, tau Negara Palestina? Israel itu awalnya wilayah Negara Palestina loh, yang dicaplok secara paksa oleh bangsa Yahudi. Sila liat peta dulu sebelum berkomentar. Btw, kurma mau tumbuh di manapun, tidak ada hubungannya sama dimasak pake babi.


"Saya baru tau kalo ada orang yang keyakinannya kurma"
Mz, saya juga baru tau kalo ada yang punya pikiran hanya gara-gara kurma saya tersinggung. It's not about dates. Atau situ belum nonton video lengkapnya ya?


Dan masih ada banyak lagi yang kalo dibaca satu-satu bikin nangis. Haha. Serasa kaya ditinggal pas lagi baru mau menentukan pilihan. Wkwk

Sekarang saya paham kenapa ada beberapa foto di Instagram milik para pesohor yang komentarnya di-non aktifkan. Netijen, they come out from nowhere and suddenly they know everything about you and judge you. Etapi saya juga kan netijen 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Tahun 60-an

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor