Suku
Papa saya Banggai-Tionghoa sementara mama saya Jawa-Bugis. Hal ini yang terkadang membuat saya bingung ketika ada yang bertanya apa suku saya. Jika saya menjawab saya orang Banggai, saya sama sekali tidak bisa berbahasa daerah Banggai, bahkan saya ke Banggai pun sangat jarang. Jika saya bilang saya orang Tionghoa, lebih-lebih tidak cocok lagi. Hubungan saya dengan negeri tirai bambu itu hanya sebatas pernah memakai HP Xiaomi, dan, err beberapa produk keluaran negeri itu seperti VCD yang merk-nya Sonya. You know, God created the world, the rest was Made in China. Bahasa Mandarin? Jangan tanya lagi. Saya tidak bisa sama sekali. Paling-paling hanya kedua mata sipit ini yang menjadi penanda kalau saya diserempet sedikit darah Tionghoa. Sayangnya mata sipit saya jadi bahan bully jaman SD. Sering dipanggil cipit. Hiks. Akoh sedyiih :(