Dikara
"Jika aku meninggalkan orang lain untuk dirimu, apa tidak mungkin suatu saat aku akan melakukan hal yang sama pada dirimu untuk seseorang yang lain?" Tanyaku pelan. Aku menghela nafas, melegakan bisa mengatakan hal yang sudah ada di benakku sejak pertama kami bertemu. Dia menerawang, menyapukan pandangannya sejauh mungkin ke tengah lautan yang berbuih. Dalam banyak hal, setiap melihatnya aku selalu merasa nyaman, seperti melihat sebuah rumah mungil sederhana bercat putih di tengah padang ilalang. Dia seperti manifestasi dari rumah yang selalu ingin aku tinggali, untuk selamanya. "Kamu tau" dia bersuara pelan "bagaimana rasanya bertemu dengan orang yang sejiwa, setelah bertahun-tahun bersama dengan orang yang sama sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam dirimu?" Sebuah perpisahan. Sebelum kami bertemu, dia memutuskan untuk memintal jarak dengan seorang perempuan yang selama ini berjalan di sisinya. Dia hanya berharap, perempuan itu bisa me