I (Don't) Love My Boss (Part II)
Pak Arya memang tidak berubah menjadi lebih manusiawi kepadaku sejak kejadian aku pingsan itu. Dia masih tetap menyebalkan dan selalu membuatku ingin melemparinya dengan keyboard di atas meja kerjaku. Tapi dia memang sedikit berbeda akhir-akhir ini. Aku rasa dia diserang sindrom pra nikah sehingga entah kenapa tanpa sengaja aku sering melihatnya sedang memperhatikan aku. Dan jika aku berhasil menangkap basah dirinya, dia langsung berjalan ke arahku dan sok menanyakan hasil kerjaku. Masalahnya dalam sehari bisa lebih dari 5 kali aku memergokinya tengah menatapku sehingga lebih dari 5 kali juga dia terus menerus mengecek pekerjaanku. “Bagaimana kondisimu? Masih sakit?” tanya Pak Arya tiba-tiba saat aku sedang duduk di kantin sambil melamun. Desember baru saja dua pertiga lewat dan hujan sedang rajin menghampiri sudut jendela kantin. Aku terkejut. Refleks aku melirik jam tanganku. Aman. Jam istirahat belum selesai sehingga dia tak punya alasan untuk memarahiku karena berlama-l