Mungkin Nanti...

kemalsh7.blospot.com


Mungkin nanti, ketika kaki-kaki ini melangkah di atas jalanan sepi yang dikelilingi cemara jarum. Akan ada masa senyuman itu terasa begitu dekat...dan nyata.

Mungkin nanti, ketika rasa lelah terbayar lunas oleh sebuah ungkapan sederhana namun mampu disejajarkan dengan janji yang kuat. Nanti...masa dimana senyuman itu menjadi nyata...dan dekat.

Mungkin nanti, ketika musim dingin tengah menghampiri Russia sementara hujan jatuh satu persatu berdenting beradu dengan genteng di rumahku. Ketika musim panas menghampiri Eropa dan angin musim kemarau mulai berhembus. Nanti...ada masanya dimana sentuhan lembut di dahi mampu menghangatkan Russia dan menyejukkan Eropa.

Mungkin nanti, ketika sawah-sawah telah menguning. Berjalan perlahan di atas pematang, merentangkan tangan menyambut senja. Saat petani berbondong-bondong memanen, berjalan beriringan memanggul rejeki. Nanti...masa dimana sebuah rumah mungil di tengah sawah menjadi nyata. Nyata oleh tawa, nyata oleh tangis. Dan nyata oleh kebahagiaan sederhana.

Mungkin nanti, ketika ombak tak lagi bergulung terlalu kuat. Ketika perahu-perahu nelayan kembali berlayar. Ketika ikan-ikan berlimpah memenuhi dermaga. Nanti...ada masanya dimana pantai menjadi teduh, birunya menyilaukan mata, dan pasirnya membasuh lembut jemari-jemari yang menari di atasnya.

Mungkin nanti, ketika kesabaran bukan lagi ungkapan. Ketika diam menjadi doa. Ketika bicara menjadi ikhtiar. Nanti...masa dimana keteguhan dan keyakinan dipertahankan. Masa untuk bersabar dalam pilihan. Masa untuk bersabar dalam keputusan.

Mungkin nanti...di sebuah sudut kota, diselingi suara kendaraan yang lalu lalang, orang-orang yang berjalan tak peduli, dipisahkan hanya oleh sepuluh langkah kaki, akan nyatalah semua itu. ketika lambaian tangan adalah keinginan, dan pandangan mata adalah kebutuhan. Ya, di sebuah sudut kota. Entah kota yang mana, entah masa yang mana.

- Di ujung ruang mimpi-
10.09 am

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Soe Hok Gie