Tanyakan Pada Hati
Ada kalanya kita ragu. Langkah kaki
menjadi berat, perasaan menjadi tidak tenang. Bahkan tidak sering ketakutan
melanda. Masihkah Allah menyertai?
Ijinkanlah saya mengutip sebuah
kalimat indah dari manusia paling mulia di dunia. Sebuah kalimat singkat yang
mampu menghapus keraguan, menenangkan hati dan memberikan semangat dalam
diri.
Dari Wabishah bin ma'bad radhiyallahu
‘anhu beliau berkata: Aku
datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian beliau
berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: benar.
Kemudian beliau bersabda(artinya):“Mintalah fatwa kepada
hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan
dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang
mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani
dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292))
Begitu indahnya isi hadits di atas. Rasulullah memerintahkan diri kita
untuk bertanya ke dalam hati kita. Padahal kita tidak tau apa hati kita mampu
menjawabnya atau tidak. Kita tidak tau apa hati kita cukup bersih untuk tetap
berpegang pada kebaikan.
Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia
buruk maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingatlah ia adalah hati (H.R Bukhari dan
Muslim)
Memang kita belum sempurna, kita
tidak benar-benar bersih dari dosa. Tapi kita punya fitrah. Fitrah dalam
kebaikan. Hati punya fitrah. Hati akan menjadi tentram karena kebaikan, dan
menjadi gelisah karena kesalahan dan dosa. Tapi bukan berarti memperturutkan
hawa nafsu yang melekat di hati. Hawa nafsu pun akan menggelisahkan jiwa kita
jika dia telah menguasai hati.
Allah masih menyertai, Allah selalu
menyertai. Bahkan ketika kita berbuat dosa, Allah masih menaungi kita dengan
rahmatnya. Allah masih memperingatkan kita dan mengampuni dosa kita melalui cobaan-cobaan yang diberikannya. Cinta Allah lebih luas daripada murkaNya.
Semoga kita diberi kelapangan
dada untuk mampu mendefinisikan bentuk cintaNya kepada kita. Semoga kita diberi
kesabaran seluas-luasnya untuk mampu memahami bentuk cobaan yang diberikan
Allah. Semoga kita selalu dapat membersihkan hati-hati kita karena disanalah
tempat kita bertanya. Masihkan kebaikan tetap melekat di hati? Semoga...semoga
dan semoga...
Wallahua'lam...
Hadits tersebut artinya, secara fitrah hati manusia lebih cendrung pada kebaikan dan tidak menyukai perbuatan dosa, sebab hati yang sehat akan tentram jika mendekati Allah, dan gelisah jika bermaksiat. Kecuali hati yang sakit atau mati, sebab hati yang seperti itu sudah dipengaruhi hawa nafsu dan subhat, ia lebih merasa nikmat jauh dari Allah, menuju ke kesenangan sementara. Hanya hati yang selamat / sehatlah yang bisa dimintai fatwa, dan para ulama merupakan orang-orang yang paling sehat hatinya diantara manusia. Karenanya tidak semua hati bisa dimintai fatwa.
ReplyDeleteKita harus banyak-banyak berdoa agar hati kita sehat dan menjauhi semua penyebab hati kita sakit atau mati. Hati itu sakit dan mati jika dibiarkan bermaksiat, sebagaimana akidah islam mengajarkan iman itu bertambah dengan ibadah dan berkurang dengan maksiat. Wallahu'alam.
Jazakillah khairan :)
Delete