Army's Spouse Part II (Separated By Duty, United In Love)
Kalo dibilang niat ya memang niat
bener sampai saya bela-belain buat bagian keduanya. Lantas kenapa? Apa manfaatnya?
Apa pentingnya mengeksplorasi kehidupan para istri-istri prajurit ini? Because their
husbands serve our country! #eaaa
Jawaban khas garis besar haluan
negara ini mah
Begini, kadang kalau lagi nonton
berita terus ada berita luar negeri, di negara-negara konflik yang ada peace keeping force-nya, saya selalu
mikir. Apa sih yang membuat mereka begitu ringan saja meninggalkan istri dan
keluarga mereka di tanah air hanya untuk menjaga keselamatan bangsa lain? Manusiawi
tentu saja kalau kita akan lebih mengkhawatirkan keadaan keluarga kita sendiri
bukan? Tapi mereka berjalan dengan kepala tegak menuju belahan dunia lain dan
mungkin tidak akan kembali lagi *backsound Dear John-nya Taylof Swift*
Pernah nonton film The Messenger?
Kisah tentang pembawa pesan untuk anggota keluarga dari tentara yang meninggal
dalam misinya di luar negeri. Mereka harus menyampaikan kabar buruk itu dengan
redaksi kalimat yang sudah dihafalkan lebih dulu, mengucapkannya berulang-ulang
pada orang yang berbeda-beda dengan reaksi berbeda-beda pula. Kepada seorang
ayah yang anaknya meninggal kemudian meludahinya, kepada seorang istri yang
suaminya meninggal, dan ternyata tugas itu jauh lebih berat daripada menghadapi
pertempuran.
Terasa berat karena kita tau dia
punya pilihan hidup yang lain, mencari profesi lain yang tidak perlu mengancam
nyawanya tapi ternyata dia tetap memilih profesi tentara itu.
See? Menjadi tentara mungkin bagi
sebagian orang adalah pilihan terakhir. Tapi ada juga sebagian orang yang
menjadikan profesi tentara sebagai cita-citanya. Bukan karena seragamnya keren
(apalagi Pakaian Dinas Upacaranya *plakk), tapi karena menjadi pembela negara
adalah tugas mulia. (Saya terinspirasi kalimat terakhir itu dari pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila).
Sebagai seorang perempuan kita
juga bisa memilih untuk tidak menikah dengan pria yang merisikokan dirinya
untuk negara. Tapi yah seperti ungkapan yang sering kita dengar, kita tidak tau
dengan siapa kita akan jatuh cinta dan menikah. Apalagi kalau para tentara itu
orang yang sangat santun dan baik hati, rajin ibadah dan tidak kecentilan. Siapa
yang tidak akan tertarik coba? Okeh, semua itu terlepas dari faktor Pierre
Tendean. Beliau tidak akan menjadi tajuk tulisan ini karena dia sudah
memutuskan menjadi bagian hidup dari Rukmini Chaimin *putar lagu The Call-nya
Regina Spector*
Tapi ini nih bagian kerennya. Pengabdian
seorang tentara itu memang milik Negaranya, tapi hatinya tetap milik istrinya
*ahaeemmm. Jadi wahai para istri, janganlah kalian berkecil hati selalu dinomor
duakan oleh mereka. Karena saingan kalian adalah Negara! Hebat bukan? Dan dengan
waktu mereka yang sangat sedikit untuk bersosialisasi itu mereka gunakan hanya
untuk mengenal kalian, menikahi dan mencintai kalian. Tidakkah itu
membanggakan? Mungkin kalianlah satu-satunya perempuan yang mereka cintai
selain ibu dan saudari mereka tentu saja.
Tulisan ini dibuat oleh seseorang
yang terobsesi dengan daerah perbatasan dan bertualang ke tempat-tempat indah di
Papua.
11.16 PM
15 September 2009
To be an army wife you have to be crazy, but in love
Fearful, but strong
Able and willing
Your husband serves proudly
Comments
Post a Comment