Mari Kita Berbicara Tentang 'Mereka'

Okeh, mereka di sini bukan mereka yang mereka, tapi mereka yang saya anggap mereka *lah?

Mereka itu maksud saya adalah makhluk penghuni planet Mars, yang selalu digambarkan sebagai sosok tangguh, pemimpin, penuh percaya diri tapi kadang (lebih banyak) ceroboh.

Yap, mereka adalah para pria, para laki-laki, para cowok, para bapak, para mas-mas.

Kenapa harus dibahas? Kalau begitu saya akan kilas balik kejadian hampir sebulan yang lalu, di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Suatu sore di hari ahad pekan pertama bulan Ramadhan. Sebenarnya bukan cerita yang penting, err...jadi sebaiknya tidak saya ceritakan. *ditimpuk kue jagung*

Secara garis besar (menurut saya) para penghuni planet Mars ini hanya terdiri dari dua tipe. Tipe pria sejati dan tipe pria jadi-jadian (maksudnya kadang bisa jadi pria sejati kadang malah lebih sejati dari perempuan sejati. Tidak ada hubungannya dengan masalah transgender).

Katakanlah pria sejati itu orang yang konsisten, punya komitmen, tidak suka buang-buang pesona kesana kemari. Maka pria jadi-jadian itu yang suka bagi-bagi pesona, disedekahkan ke sana kemari meski tidak dibutuhkan (siapa juga yang mau sama pesona? Kalo sembako sih iya), omongannya sulit dipegang, tidak konsisten seperti kurva perekonomian Indonesia, dan tidak bisa jadi pemimpin karena lebih suka menurut pada perempuan. (Tolong jangan tersinggung jika ada yang merasa punya ciri-ciri pria jadi-jadian).

Dengan dikelompokkannya dua tipe pria secara garis besar, akan dengan mudah kita membedakan mana yang orisinil dan mana yang cuma orisinil penampilan luarnya saja.

Pria sejati tidaklah harus tampan memesona bak aktor Hollywood semacam Hugh Dancy maupun Orlando Bloom karena jarang menemukan karakter wajah seperti mereka, lagipula perawatannya mahal. Pun tidak perlu harus segagah Pierre Tendean dengan rambut cepak dan seragam tentaranya yang super keren itu (tapi jika Anda seorang Zeni TNI AD, berusia dua puluh enam atau dua puluh tujuh tahun, pemalu dan tenang, sederhana serta low profile maka Anda sembilan puluh sembilan persen telah memenuhi syarat menjadi foto kopian Pierre Tendean). Tapi yang jelas pria sejati harus seperti Soe Hok Gie. Tidak perlu saya jelaskan seperti apa, silahkan baca saja buku Catatan Seorang Demonstran miliknya.

Pria sejati juga tidak harus kaya raya (meski kekayaan adalah hal yang pasti dimiliki seorang pria sejati. Konsekuensi dari kesejatiannya sebagai pria *tsaahhh). Tidak perlu punya predikat orang terkaya di dunia, tidak perlu punya pekerjaan dengan seragam mengkilap, sungguh tidak perlu karena pria sejati adalah orang yang mau bersusah-susah demi keluarganya, tidak malu mengerjakan pekerjaan apa saja asal halal dan menghasilkan banyak uang (halah), tidak segan membanting tulang hingga tulang belulangnya patah berserakan hanya demi keluarganya. Jauh lebih baik seorang pedagang kecil yang setiap hari berjalan kaki menjajakan dagangannya daripada seorang pria berdasi yang naik mobil kesana kemari tapi tidak peduli pada keluarganya dan parahnya tidak peduli apa uang yang didapatkannya itu halal atau tidak.

Dan tentu saja dia harus setia. Dia harus seperti Rasulullah yang hanya mencintai Khadijah. Dia harus seperti Pierre Tendean yang hanya mencintai Rukmini (teteup). Pokoknya dia tidak bisa berpaling sedikit pun, sedetik pun ada perempuan lain. Karena cermin yang telah retak tidak akan bisa menyatu kembali seperti sedia kala. Hanya dapat direkatkan tapi tetap meninggalkan bekas retakan di sana sini.

Terakhir, pria sejati haruslah memiliki pendirian yang teguh seteguh menara Petronas ditumpuk bersama menara Eiffel. Dia bukan orang yang hanya menunggu perintah tapi penuh inisiatif. Dia bukan orang yang mau disetir tapi haruslah menjadi orang yang menyetir. Intinya dia haruslah menjadi pelindung dan pemimpin istrinya kelak. Harus punya bekal kepemimpinan yang mumpuni karena memang itulah amanahnya sebagai kepala keluarga. Tapi bukan berarti dia akan bersikap kasar dan keras ketika istrinya tidak mau menerima kepemimpinannya, melainkan dia akan merenunginya dan mengajak istrinya berdiskusi. Itulah pria sejati!

Dan yang pasti, pria sejati adalah pria yang takut pada Allah :) *pake caps lock, bold, dan underline*

Jadi jika kalian telah menemukannya - pria sejati menurut versi kalian masing-masing - jangan lagi mencari yang lebih baik. Jika kalian terus menunggu yang lebih baik, kalian bisa selamanya menunggu (dengar tuh, bu!).

Pesan moralnya adalah, kalian tidak akan selalu mendapatkan apa yang kalian inginkan. Seperti kalau kalian menginginkan seorang tentara Zeni sekeren Pierre Tendean, cerdas seperti Oom Isaac Newton dan pujangga hebat seperti Kahlil Gibran maka saya yakin kalian tidak akan mendapatkannya. Jadi terimalah orang yang sudah diberikannya kepada kalian dengan segala kekurangannya dan tentu saja dengan penuh lapang dada. Err...pesan moralnya tidak nyambung ya sama tulisan di atas? Tak apalah...

13.24
28 Agustus 2012
UPS Pelita

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Tahun 60-an

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor