Letter To Myself


Dear kamu yang sedang berada di dalam cermin.

Apa yang kamu inginkan?
Saya tau kamu orang yang punya sejuta mimpi. Kamu sudah sering membayangkan sejak kecil menjadi ini dan itu. Ingin ini dan itu. Mau kesana dan kesitu. Banyak sekali.

Tapi kenapa saat ini kamu hanya diam?
Apa kamu terlalu takut untuk menggapai itu semua? Apa kamu terlalu takut untuk melangkah untuk hal yang paling kamu inginkan di dunia ini?

Saya tau kamu selalu berkilah dengan kalimat 'apa yang saya inginkan belum tentu sama dengan apa yang saya butuhkan'

Memang, kalimat itu benar. Tapi kamu tidak akan pernah tau apa yang kamu butuhkan sebelum kamu berusaha untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jika Allah mengatakan 'ya' untuk hal yang kamu inginkan setelah kamu berusaha untuk mendapatkannya, maka kamu memang membutuhkan hal itu.

Sederhana bukan? Jadi kenapa kamu masih takut?

Saya tau, kamu ingin sekali tinggal di sebuah daerah terpencil, menjadi tenaga pendidik di sana, menjadi relawan...saya tau kamu sangat menginginkan hal itu lebih dari apapun. Kamu bahkan tidak keberatan hidup tanpa listrik dan internet asal bisa hidup begitu dekat dengan orang-orang yang terpinggirkan.

Tapi kenapa kamu tidak melakukannya?

Saat dulu kamu mendapat kesempatan menjadi relawan tenaga pendidik di Wasior Papua, ketika ada email tawaran yang mampir ke inbox-mu dulu, kenapa kamu tidak pergi? Kamu takut bukan? Ya! Kamu memang penakut!

Dan kamu orang paling pemalas dan cuek yang pernah saya kenal. Saya heran kamu lebih memilih diam dengan segala hal yang terjadi di sekitarmu. Lebih memilih mengurung diri di dalam kamarmu, memandangi televisi, laptop, buku atau bahkan hanya memandangi langit-langit kamar yang penuh dengan bintang-bintang menyala itu. Katanya suka travelling, tapi membuka pintu kamar dan melangkah keluar dari kamar saja kamu malas luar biasa. Hanya karena perlu saja kamu mau beranjak keluar dari kamarmu.

Saya tau, meski mengurung diri di dalam sana, pikiranmu tidak sedang mengurung diri. Pikiranmu menjelajah banyak tempat dan banyak hal. Tapi jika hanya sebatas bergerak aktif di dalam kepalamu, tidak ada seorang pun yang bisa paham dengan ide-ide gilamu.

Saya hanya ingin kamu keluar dari kotak jasmanimu. Meski pikiranmu tidak terperangkap dalam kotak, tapi membiarkan fisikmu terperangkap dalam kotak persegi panjang berbentuk kamar juga tidak akan membawa perubahan apa-apa. Mimpimu hanya akan jadi mimpi hingga berjelaga di setiap sudut lekukan kepalamu.

Tak usah kamu menunggu orang yang akan menarikmu keluar dari kotak itu. Kita tidak tau kapan dia akan datang bukan?

Jadi, keluarlah. Kamu butuh sedikit udara segar, bukan udara segar buatan dari pendingin ruangan di kamarmu itu.

Sincerely yours
Love you
From yourself.


#30HariMenulisSuratCinta

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Soe Hok Gie

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor