Mendadak Liburan

Bermula dari email ini
Cerita berawal dari sebuah sms yang masuk ke HP saya. Sms dari Tya yang mengabarkan kalau flight Air Asia rute Makassar - Singapura akan dihentikan per 1 Desember 2013 padahal tiket promo yang kami beli adalah untuk flight bulan April tahun 2014. Jreng!

Air Asia menawarkan beberapa pilihan dan kami mempertimbangkan dua opsi. Re-route fligth via Surabaya atau reschedule ke penerbangan sebelum 1 Desember 2013. Setelah dilihat, diraba dan diterawang, kami memutuskan me-reschedule jadwal ke flight bulan ini. Iya, BULAN INI. Kapan lagi coba dengan harga tiket promo kita tidak perlu menunggu jauh-jauh hari untuk berangkat. Hihi. Bisa dibilang kami berdua cukup beruntung (yeah, we deserve it! Setelah begadang sampe jam setengah dua pagi karena memburu tiket promo ini) atau malah buntung karena saya yang mendapat tugas menyiapkan itinerary sama sekali belum melakukan apa-apa. Saya masih leyeh-leyeh karena berpikir keberangkatannya masih 6 bulan lagi. Ngapain coba saya harus buat itinerary-nya sekarang. Kan? Kan? Kan? Akibatnya, setelah me-reschedule jadwal saya langsung cakar-cakaran dengan keyboard laptop. Googling tiket pesawat, hotel, tempat wisata wajib kunjung, dan lain lain... dan lain lain sampai kepala pening liat huruf Thailand yang mirip cacing ngesot itu.

Karena waktu itu kami cuma beli tiket pergi Makassar - Singapura, belum sempat mikir pulangnya mau gimana lewat apa *nekad* jadilah jadwal yang mepet-mepet tembok ini membuat harga tiket pulangnya selangit dan air mata saya nyaris meleleh melihat harga yang ditampilkan Air Asia ditambah lagi kurs yang semakin menggila. Dollar Singapura saja sudah menyentuh 9000 lebih. Baht nyaris 400 dan Ringgit nyaris menyentuh 3500. Dih! Nggilani! Jadi mau tidak mau, meski gaya dan tampang sudah backpacker, tetap saja pengeluarannya hampir sekelas dengan anggota DPR yang mau liburan pake biaya sendiri terus beli tiket pesawat kelas ekonomi. Istilah kerennya sih flashpacker - bacpacker yang tidak selalu harus ngegembel. Do'oh... biaya avtur ini menyakiti hatiku. Kalau saja cutinya bisa panjang-panjang, mending naik kapal sama bus kemana-mana deh.

Akhirnya setelah 3 hari 3 malam googling dengan kata kunci yang selalu nyaris sama dan memenuhi berlembar-lembar notes saya dengan berbagai catatan, inilah itinerary kami. Agak random memang (bagi yang pernah ke Bangkok pasti paham), tapi yasudahlahyah, saya kan bukan travel agent. Yang penting pergi wes. Paman, finally yah. Setelah cuma bisa liat Bangkok dari film-film Thailand yang saya tonton... sawadee ka! Akhirnya paspor saya bisa dipakai lagi *dih, udik!*

Hari 1
Berangkat dari Makassar ke Singapura jam 7.40 pagi. Sampai di Changi, nitip backpack di loker bandara dan jalan ke Universal Studio dan Merlion Park. Jam 7 malam balik bandara, penerbangan selanjutnya ke Bangkok jam 10 malam.

Hari 2
Singapura - Bangkok jauh ternyata yah (yaiyalah). Berangkat jam 10 malam sampenya jam 1 pagi. Padahal Makassar - Jakarta tidak gitu-gitu amat deh. Seperti biasa, bandara untuk penerbangan low cost carrier selalu dianaktirikan. Di Bangkok kami akan turun di bandara Don Mueang, bukan Suvarnabhumi. Dari Don Mueang ke Sukhumvit tempat kami menginap memutuskan naik taksi. Sebenarnya naik bus lebih murah. Tapi ini jam 2 pagi, mana ada kopaja mondar-mandir.
Setelah istirahat sebentar, tujuan pertama adalah Museum Madame Tussaud yang ada di dalam Siam Discovery Mall. Kemudian ke Ocean World. Tiket masuk Madame Tussaud sudah dibeli online. Lebih murah ternyata, diskon nyaris 50% kalau datang sebelum jam 12 siang. Beh! *siap-siap poto bareng Brangelina*
Sorenya ke Chao Phraya river, naik boat sekalian keliling tempat wisata di sepanjang sungai Chao Phraya. Konon kabarnya kalau malam tempat ini lebih keren. Makanya sengaja ambil jadwal sore buat keliling berbagai wat (kuil) yang ada di sepanjang sungai.

Hari 3
Check out hotel, titip tas di loker hotel kemudian menuju Terminal 21 Mall. Sebenarnya saya tidak suka jalan-jalan ke Mall (di Indonesia banyak soalnya!). Tapi yang saya baca, konsep mall-nya keren. Tiap lantai didesain dengan gaya Negara yang berbeda-beda. Bahkan toiletnya pun unik. Jadi saya punya misi mengunjungi toilet di setiap lantai mall ini untuk difoto. Haha. Kemudian ke Khaosan Road (kalau sempat). Daerah ini adalah rumahnya para backpacker di Bangkok. Setelah itu keliling di kuil-kuil daerah chinatown. Jam 4 balik hotel, ambil tas, menuju terminal Bus untuk melanjutkan perjalanan ke Phuket. Kenapa bus? Selain karena harga tiket pesawat Bangkok - Phuket yang nggilani itu, perjalanan 12 jam Bangkok - Phuket bisa menghemat biaya hotel semalam karena kami akan menginap di atas bus :D

Hari 4
Check in di Abbey Road Hotel, daerah Patong. Kenapa harus hotel itu? Karena saya penasaran se-The Beatles apakah hotel itu? Sebagai Beatle Mania saya merasa terpanggil untuk menginap disana. Halah. Istirahat sebentar, mandi, jalan keliling Patong, ke Patong Beach yang katanya Kuta-nya Thailand.
Malamnya kalau punya sedikit 'keberanian' mau jalan ke Bangla street, pusat keramaian malam di Patong dan mungkin bisa dibilang red district-nya Patong juga ya. Ntahlah. We'll see. Katanya sih kalo mau liat ladyboy ya disini. Atau nonton Simon Cabaret show.

Hari 5
Phi Phi Island! Yang pernah nonton The Beach-nya Leonardo DiCaprio pasti tau tempat ini. Yap! Pulau yang jadi tempat syuting film The Beach. Yang namanya ke Phuket ya wajib ke tempat ini. Beli paket tour seharian naik speedboat keliling Phi Phi.

Hari 6
Pulang. Beli tiket pesawat Phuket - KL dan KL - Makassar. Jadi resminya akan ada cap 3 Negara di paspor saya nanti. Haha. Lumayanlah, meski baru seputaran Asia Tenggara. Insyaallah akan lebih banyak lagi tempelan cap di paspor saya. Eropa belum dihitung loh :p :p

Yap, masih ada waktu 2 pekan lagi untuk leyeh-leyeh menyiapkan daftar barang bawaan. Akhir-akhir ini, semenjak sering traveling, saya sudah jago last-minute packing, meski sensasi menyenangkan packing sejak beberapa hari sebelum hari-H masih menjadi favorit.

Dan akhir kata... Pamannn... saya datanggg...

10.46 PM
Kamar

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an