Seratus Dibagi Empat
Selamat datang!
Terima kasih sudah mau mampir.
Silahkan duduk! Buat dirimu nyaman karena saya akan menceritakan hal yang
sedikit membosankan.
Baiklah, silahkan diminum
kopinya, tidak perlu buru-buru. Cerita membosankan ini akan sedikit panjang.
Hari ini usia saya menyentuh
angka 100... dibagi 4 :D
Saya akan bercerita sedikit hal
yang terjadi dalam waktu setahun ini. Saya sama sekali tidak menyangka begitu
banyak hal yang terjadi hanya dalam jangka waktu setahun dibanding dengan apa
yang terjadi selama jangka waktu 24 tahun sebelumnya. Dengan tiba-tiba saya
menjadi orang yang lebih berbeda.
Well, we’ve never grown up
without any problems. There are two things can change me, problem and
travelling. But at this time I want to tell you about problems. Mulai dari
masalah pekerjaan, keluarga, teman, rencana-rancana yang tidak terwujud,
semuanya terjadi di usia 24 saya kemarin. Masalah-masalah yang tak pernah saya
bayangkan akan saya alami, orang-orang yang tak pernah saya bayangkan akan saya
kenal, kesempatan-kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan akan saya
dapatkan, dan kegagalan-kegagalan yang tidak pernah saya bayangkan akan saya
lalui. Saya berubah begitu banyak, tapi tidak begitu cepat. Saya bertahan untuk
tidak berubah, saya berusaha untuk tetap menjadi saya yang melankolis total.
Tapi kini tampaknya kadar koleris saya meningkat.
Tentu saja, selain hal baik yang
saya alami, ada juga hal-hal yang tidak saya inginkan tapi saya bahagia
mendapatkannya. Saya tidak ingin masalah, tapi ketika masalah itu datang, saya
bahagia. Masalah selalu membuat saya menjadi orang yang lebih baik. Hmm...jadi
sebenarnya tidak ada hal-hal buruk yang saya alami dalam hidup. Hanya dengan
sedikit mengubah sudut pandang tentang definisi masalah tentu saja.
Baiklah, sekarang mari kita mulai
dengan ‘terima kasih’.
Terima kasih. Allah menjaga saya
dengan penjagaanNya yang sempurna. Menyayangi saya dan selalu memberi yang
terbaik untuk saya. Ketika ada hal yang sangat saya inginkan, ternyata Dia
tidak memberikannya karena hal itu memang tidak baik untuk saya. Akan ada yang
lebih baik, janjiNya. Bagi saya ini adalah proses pendewasaan dan belum tentu
semua orang yang memiliki masalah dapat mengambil hikmahnya. Maka nikmat
Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?
Terima kasih, masalah. Terima
kasih air mata. Terima kasih sakit. Terima kasih sepi. Terima kasih luka.
Terima kasih senyum. Terima kasih
bahagia. Terima kasih tawa.
Terima kasih untuk semua ‘healing
words’ yang pernah saya baca dan saya dengar. Seluruh surah cinta dariNya,
Hadits, nasihat murobbiyah dan sahabat, kutipan novel, kalimat dari orang-orang
terkenal, artikel-artikel, dan meski hanya celetukan sambil lalu dari
orang-orang yang saya temui. Bagi saya semua itu adalah ‘healing words’ yang
membantu saya melewati bilangan hari-hari kemarin.
Terima kasih. Atas kesempatan-kesempatan
luar biasa itu. Atas kegagalan-kegagalan yang menguatkan itu.
Kali ini tanpa ‘maaf’. Bukan karena
saya merasa tidak bersalah pada siapapun, tapi karena terlalu banyak yang harus
saya mintai maaf. Takut malu-maluin tidak cukup tempat disini :D
Akhir kata, saya akan mengutip 2
kalimat inspiratif dari 2 wanita hebat yang menjadi sumber kekaguman saya
selama ini.
“Tidak perlu khawatir, Allah tidak akan
pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga silaturrahim,
senantiasa mengemban amanah, selalu
menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.” –
kalimat Khadijah kepada Rasulullah untuk menenangkan beliau yang ketakutan
setelah bertemu malaikat Jibril
“…Sekali
dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak, dia takkan menjadi
apa-apa.” – Nyai Ontosoroh
20.11
Rumah
Terakhir, 'healing words' favorit dari Haruki Murakami :
Comments
Post a Comment