E-R-O-P-A

Saya membuka peta dunia di laptop saya, menatap warna-warni di peta yang menjadi penanda batas teritori setiap Negara. Turki. Saya akan memulainya dari sana. Kemudian berturut-turut menyusuri Yunani, Hungaria, Austria, Republik Ceko, Polandia, Jerman, Belanda, Belgia, Perancis, Spanyol dan terakhir saya akan menjejakkan kaki di benua hitam, Afrika dengan singgah ke Maroko.

Tapi keinginan saya terbentur sesuatu. Ah...lagi-lagi masalah biaya dan waktu. Untuk menjelalah semua Negara itu paling tidak saya harus cuti minimal sebulan. Dua bulan akan lebih baik. Dan untuk membuat visa Schengen, minimal saya harus punya saldo rekening sebesar 30 jutaan. Dua hal yang tidak saya miliki saat ini. saya memutar otak. Masalah cuti memang tidak bisa ditawar-tawar. Tapi saya bisa mengambil dua bulan cuti enam tahun lagi. Oke, masalah pertama selesai sekaligus menyelesaikan masalah kedua. Saya masih punya waktu enam tahun lagi untuk menabung. Enam tahun bukan waktu yang lama kok. Saya hanya perlu bersabar sebentar. Insyaallah masih disempatkanNya melihat benua biru itu. Dan jika dalam waktu enam tahun saya masih tetap belum bisa mengumpulkan dana sebanyak itu, saya masih bisa meminta pertolongan Oom saya yang sekarang bekerja di Swedia untuk membuatkan Invitation Letter. Masalah selesai.

Ah, Eropa. Memandangi petanya serasa sedang memandangi mimpi saya sendiri. Athena, Praha, Budapest, Paris, Cordoba, semua kota-kota itu adalah kota-kota yang hanya mampu saya hadirkan dalam mimpi-mimpi saya. Semoga enam tahun lagi saya benar-benar akan menjejakkan kaki saya disana. Harus.

11.13

Well, sebelum ke Eropa ada satu Negara yang harus saya kunjungi. Sebelum menyaksikan banyak keajaiban yang lain, ada satu keajaiban yang harus saya saksikan dahulu. Semoga dimudahkanNya.

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Tahun 60-an

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor