My First Indonesia Open :')
Foto di belakang DIO :') |
Terlalu banyak yang ingin saya
tulis tentang perjalanan kemarin!
Saya bingung harus mulai
darimana. Jadi saya mau nulis secara maraton saja.
Dari Luwuk ke Jakarta memutuskan
beli tiket connecting flight karena mau ketemuan dulu dengan teman saya, Tya di
Makassar. Jadi dari Makassar kami berdua bisa pergi sama-sama ke Jakarta. Alasannya
sih ya biar tidak seram saja kalau ketemuannya nanti di Jakarta. Terlalu banyak
nonton berita kriminal di TV bikin saya jadi ekstra hati-hati jika ingin
berkeliaran di Jakarta. Jadi, saya beli tiket Bata*ia Air jam 2 siang dan L*on
Air jam setengah 8 malam. Tadinya saya pikir semuanya akan lancar-lancar saja
sampai ternyata sudah jam 5 sore dan pesawat masih mangkal di landasan bandara
S.A Amir Luwuk.
Saya jadi tidak tenang,
dikit-dikit liat jam sambil bertekad dalam hati kalo sampai saya ketinggalan
pesawat ke Jakarta maka saya akan menuntut mereka. Pokoknya saya tidak terima
kalau sampai jadwal saya rusak gara-gara penerbangannya delay berjam-jam. Alhamdulillah,
bisa check-in juga di Makassar 45 menit sebelum jam keberangkatan pesawat yang
tertera di tiket tapi ternyata pesawat L*on Air-nya juga delay #eaa.
Karena terlalu bersemangat, saya
dan Tya datang ke Istora jam 8 pagi. Niatnya mau nukar tiket yang dibeli online
dan menurut info loket penukaran tiketnya buka jam 8 pagi. Berhubung kami
berdua tidak suka ngantri makanya kami datang pagi-pagi. Dan ternyata loketnya
buka jam 11 siang sodara-sodara!
Sambil menunggu loket buka, kami
berdua berkeliaran di dalam Istora. Ketemu sama si Mr. Bean versi Istora yang
benar-benar unik (haha…he’s so damn unique. Kind of the rare character I’ve never
seen) , foto-foto, liatin atlet-atlet yang masuk ke Istora, sampai kemudian
tanpa sengaja papasan sama Lee Yong Dae dan Jung Jae Sung. Saya langsung narik
tangan Tya dan nunjuk ke arah Lee Yong Dae yang sudah lewat di depan. Dia
tersenyum pas liat kami berdua yang cuma bengong. Sampai-sampai Jung Jae Sung
juga seperti menahan tawa melihat kami. Nanti setelah mereka berdua sudah
berlalu baru kami berdua sadar. KENAPA TADI TIDAK MENYAPA DIA COBA???
Clapper-nya, bukan orangnya |
Tya jadi seteres. Menyesal kenapa
tadi dia tidak minta foto bareng sama Yong Dae. Lagian kenapa juga tadi dia cuma
bengong pas Yong Dae lewat? Tsk…tsk..tsk…
Jam 1 sudah banyak penonton yang
masuk ke dalam arena. Saya dan Tya ikut ngantri masuk dan tak sengaja ketemu
lagi dengan si Mr. Bean yang lagi makan di tangga. Benar-benar seharian itu
hanya dia orang yang terus menerus kami temui. Di pintu masuk tiap orang
dikasih dua buah clapper. Gratis ternyata, Untung tidak sempat beli di luar
Istora tadi. Lumayan, 3 hari bisa bawa pulang 6 buah clapper. Haha…
Di dalam arena, mungkin untuk
melampiaskan penyesalannya yang tadi tidak sempat minta foto dengan Lee Yong
Dae, pas Lee Yong Dae bertanding Tya ikut-ikut teriak dengan para suporter
Korea. Aih, ternyata dia lebih ekstrim dari bayangan saya sebelumnya. Meski lawan
Lee Yong Dae di semi final adalah Kido/Hendra, dia tetap dukung si pria K-Pop
itu
Hari kedua, semi final. Si Mr.
Bean itu tidak keliatan lagi (loh). Mulai hari itu semua kursi VIP sudah pakai
nomor, jadi tidak perlu khawatir tempat duduknya akan diambil orang lain. Tapi
kita tidak bisa lagi memilih tempat duduk favorit karena begitu tiket ditukar
langsung dikasih juga nomor kursi dan tidak bisa dipilih. Istora juga sudah
mulai penuh dan lagi-lagi Lee Yong Dae tetap merajai Istora. Saya curiga
cewek-cewek yang nonton ke Istora lebih senang liat Lee Yong Dae daripada liat
pertandingannya. Buktinya pas saya tanya ke Tya sudah berapa skornya dia malah
tidak tau padahal papan skor jelas-jelas ada di depan matanya *tabok Tya*
Tya's DaeDae |
Selesai pertandingan semi final,
pas keluar gedung ada meet and greet Bona dan Ahsan. Eh, ternyata kalau diliat
langsung Ahsan itu keren. Lebih keren dari Hendra Setiawan malah. Tapi saya
tetap pendukung Fu Haifeng kok. (diserbu penonton Istora)
Bona/Ahsan |
Pulang naik taksi, supir taksinya
mewawancarai kami bertanya siapa-siapa yang bertanding dan siapa yang menang. Bapak
supir itu curhat kalau dia hanya sempat nonton sedikit pertandingan di TV pas
lagi mangkal di hotel makanya bapak itu penasaran siapa yang menang. Sekalian dia
cerita kalau dia sempat mengantar pemain bulu tangkis Belgia ke hotel. Juga cerita
kalau komentator pertandingan bulu tangkis di TV sempat membahas kenapa banyak
sekali cewek-cewek yang mendukung Lee Yong Dae (haih…lagi-lagi) dan bikin Tya
tersipu-sipu shy shy cat di dalam taksi.
Kami turun di Grand Indonesia.
Entah apa yang merasuki kami
berdua untuk masuk ke mall itu. Dengan wajah kusam karena seharian di Istora,
bawa-bawa clapper, kami benar-benar salah kostum. Semua pengunjung mall
terlihat rapi dan segar. Mana toko-toko di dalamnya bikin kehilangan semangat
lagi. Gucci, Versace, Dolce and Gabbana….jahhh…mending belanja di Tanah Abang
saja. Murah meriah, bisa nawar lagi *diuber satpam Grand Indonesia*
Di final ternyata kami tetap
dapat nomor kursi yang sama seperti di semi final. Tempat strategis buat nonton
dan diliatin atlet yang lagi tanding (modus Tya untuk Yong Dae. Dia benar-benar
yakin kalo Yong Dae sempat menatapnya tadi). Mungkin karena beli tiket terusan
3 hari makanya panitia sudah menyiapkan tiket dengan nomor kursi yang cantik
untuk kami sejak awal sehingga kami yang sempat datang telat ke Istora
gara-gara jalanan ditutup dimana-mana (hari ahad car free day di HI dan
kejurnas balap sepeda di Senayan) dan harus mutar jauh sampai-sampai ketiduran
di dalam taksi tapi tetap dapat nomor kursi tepat di depan lapangan padahal
sebelumnya sudah kehilangan harapan bisa nonton dari dekat. Apalagi Tya yang
memang sudah berniat mau mendekati Lee Yong Dae pas dia masuk lapangan.
Istora benar-benar penuh
sampai-sampai saya jadi sedikit fobia melihat begitu banyak orang ada di dalam
satu ruangan dan ingin waktu sholat segera tiba biar bisa keluar sebentar dari
dalam arena. Pertandingan pertama partai ganda putri dan tidak begitu seru
karena dua-duanya berasal dari China (lagi). Nah, giliran partai kedua ganda
putra. Korea vs Denmark. Tya langsung turun dari kursi dan ikut berkerumun di
pinggir lapangan Cuma buat bisa salaman dengan Yong Dae . Katanya dia
tidak mau cuci tangan #eaa. Jadi kaya abege saja. Tapi tidak terbukti tuh. Selesai
pertandingan, di hotel dia langsung cuci tangan lebih dulu. Haha.
Penonton terbagi dalam dua kubu. Kubu
laki-laki mendukung penuh Denmark (karena mungkin mereka merasa terancam dengan
kehadiran Yong Dae) dan kubu cewek-cewek mendukung Korsel. Jadi berasa nonton
konser gegara semua cewek-cewek teriak nama Lee Yong Dae dan tidak ada seorang
pun yang memanggil nama Jung Jae Sung maupun duo Denmark lawan Lee Yong Dae
itu. Kesian. Mana Lee Yong Dae sempat ganti baju di pinggir lapangan lagi. Lengkaplah
sudah histeria cewek-cewek melihat Lee Yong Dae yang shirtless. Mungkin gara-gara
itu pemain Denmark, Mathias Boe tidak mau kalah. Dia ganti celana di pinggir
lapangan. Aish…ini pertandingan bulu tangkis apa kompetisi bintang iklan susu
L-M*n? -_____-“
Yong Dae itu benar-benar
sadar dia punya pesona di lapangan. Makanya dia yang paling gaya dan paling
ekspresif. Sok-sok menatap penonton, melambai, menjabat tangan penonton… dan
saya cuma bisa membayangkan kalau yang berdiri di sana itu bukan Lee Yong Dae,
melainkan Fu Haifeng. Jadi tambah cedih cekali deh. Hwuaaa….
Partai selanjutnya tunggal putri.
Tunggal putri India, Saina Nehwal yang main lawan tunggal putri China, Li Xerui. Satu keluarga India yang duduk di belakang saya mulai beraksi. Dua orang
putrinya berteriak-teriak mendukung Saina dengan suara mereka yang lucu itu
sambil mengangkat tinggi-tinggi foto dirinya yang berpose bersama Saina. Bapaknya
lebih ekstrim lagi. Dia berdiri di atas kursi berteriak-teriak sambil
mengangkat bendera India yang ditanda tangani Saina. “C’mon Saina! You can do
it! Indonesia supporting you!”. Suaranya menggelegar menakutkan tapi lucu dan
seru juga. Semua penonton juga mendukung Saina (tipe penonton dukung siapa saja
yang menang asal bukan China. Dalam kasus saya, dukung siapa saja yang menang
asal bukan China selain Fu Haifeng) dan membuat bapak-bapak itu tambah
bersemangat. Untunglah Saina menang sehingga perjuangan bapak-bapak itu
teriak-teriak sejak awal pertandingan tidak sia-sia.
Dua partai terakhir yang main
Indonesia. Stadion yang sudah penuh semakin penuh ditambah undangan dari
artis-artis yang ikut nonton langsung dan mereka juga ikut-ikutan jadi pusat
perhatian (makin bias saja Indonesia Open kali ini -,-“). Simon Santoso
berhasil jadi juara tunggal putra. Begitu menang dia langsung lari dan bergelantungan
di pelukan pelatihnya kaya anak kecil yang digendong sama bapaknya. Masalahnya kan
Simon itu tidak kecil. Kasian pelatihnya #SalahFokus.
Giliran ganda campuran
Lilyana/Tontowi yang diharapkan menang, malah kalah. Penonton sudah banyak yang
pulang ketika di set ketiga pasangan Indonesia itu semakin tertinggal jauh. Yang
tersisa hanyalah teriakan ‘bisa Tet bisa’ dan teriakan ‘bisa Wi bisa’ dari Tya.
Haha. Saya benar-benar tak akan melupakan teriakan itu. satu-satunya hal yang
menghibur kami saat pemain Indonesia kalah di depan mata kami.
Setelah pertandingan berakhir,
tiba-tiba jadi rindu balik ke Istora lagi. Seperti ada yang hilang (halah). Tahun
depan kesana lagi deh InsyaaLlah…
10.20 AM
20 Juni 2012
Kantor, agak demam, tenggorokan
sakit, suara belum kembali normal.
Comments
Post a Comment