Pasangan Kuno

Saya lebih suka disebut pasangan kuno (setelah menikah nanti). Itu adalah sebuah pujian menurut saya. Melakukan banyak hal bersama pasangan saya nanti seperti yang dilakukan para pasangan kuno berpuluh-puluh tahun silam.

Sebut saja seperti berjalan kaki sambil berpegangan tangan entah di sore ataupun pagi hari. Berjalan pelan menyesapi kerindangan kota tanpa perlu peduli kalau-kalau kami akan diserempet pengendara yang ugal-ugalan di jalan. Hey, jaman dulu kan lebih banyak sepeda yang berkeliaran! Diserempet sepeda paling hanya sedikit lecet :D

Atau mungkin kami akan naik sepeda berdua, saya berpegangan pada ujung bajunya, menahan kaki setinggi mungkin agar tak terseret di atas tanah. Dia akan mengayuh sepedanya dengan tenang, sambil sesekali menghirup bau rumput yang baru saja dipotong di pinggir jalan. Ahya, kadang sepedanya oleng ketika tiba-tiba ada seekor kucing yang melintas sembarangan di depan kami, membuat kami nyaris jatuh. Tapi dengan sigap dia akan menahan setang sepeda agar tidak limbung dan kembali mengayuhnya dengan tenang dan pelan.

Dan favorit saya, duduk berdua di teras rumah memandangi tetes-tetes hujan yang jatuh, ditemani dua cangkir kopi yang asapnya masih mengepul. Kemudian kami akan banyak bercerita. Cerita tentang tanaman anggur kami yang tak kunjung berbuah, atau tentang rencana menyekolahkan si kecil dimana, bahkan tentang swasembada pangan yang baru saja dilakukan negara tetangga. Akan ada banyak hal yang bisa kami bicarakan. Tentang merpati-merpati di kota yang selalu berisik ketika dilempari makanan, tentang harga bumbu dapur di pasar yang semakin tidak masuk akal, juga tentang tidak-akan-berhenti-mencintai-satu-sama-lain-sampai-nanti.

Apa lagi yang sering dilakukan para pasangan kuno?

Hmm...

Ahya, pergi ke pasar malam! Haha...

Pasar malam, penjual permen kapas, karosel yang berputar pelan, lempar gelang, bianglala, dan sebuah warung kopi yang buka sampai larut malam. Naik karosel selalu menjadi ide paling bagus tapi tidak dengan bianglala dan permen kapas. Saya akrofobia dan tidak begitu suka dengan permen kapas yang rasanya terlalu manis. Jadi kami akan menghabiskan berlembar-lembar tiket naik karosel sampai beberapa putaran, sampai saya menjadi bosan dan mengajaknya pergi melihat pertunjukan di atas panggung di tengah pasar malam.

Dan pasangan kuno selalu suka saling mengirim surat. Ketika misalnya saya atau dia harus bepergian, kami wajib saling berkirim surat dan hmm...mungkin juga kartu pos. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain melihat Tukang Pos berhenti di depan rumah, membuka tasnya yang tersampir di atas sepeda motor kemudian menyerahkan sebuah amplop yang ditempeli prangko. Saya selalu suka momen yang satu ini, ketika menerima surat itu dan membaca nama pengirimnya. Dari McBright's Comet :)

Saya memang perempuan kuno dan menyukai banyak hal-hal kuno :)

16.11 PM
Kamar   

Comments

  1. Tidak kuat saya baca ini terlalu sederhana, terlalu indah :p, bahkan ortu saya te pernah lakukan hal2 diatas -_-

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Saya dan Tahun 60-an

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor