Perjalanan Kilat Bromo - Malang
Saya sampai lupa menulis tentang Bromo saking senangnya hidup tersiksa selama delapan hari di Puslatdiksarmil berakhir -,-"
Malam itu juga, selesai malam akrab, tanpa berlama-lama kami langsung angkat kaki dari barak. Meski capek dan ngantuk sama sekali tak menyurutkan niat kami untuk cepat-cepat menyingkir dari sana. Saya juga harus mengubah rencana yang awalnya akan bepergian sendiri ke Bromo dari Bungurasih ke Probolinggo dan lanjut ke desa Cemoro Lawang kemudian mencari penginapan di sana karena teman-teman yang mendadak mau ke Bromo ingin pergi malam itu juga. Maka semuanya serba mendadak, membuat kami tak memiliki banyak pilihan.
Jujur saja, ini perjalanan paling berantakan yang pernah saya alami. Saya yang selalu serba teratur dan terjadwal menjadi sedikit kelimpungan menghadapi kenyataan yang berada di luar perkiraan. Okelah, semenyebalkan apapun perjalanan ke Bromo, kecantikannya mampu membuat saya melupakan rasa capek dan kesal itu sesaat. Salah satu rasa kesal saya karena tidak sempat mengejar sunrise di puncak Penanjakan karena kesiangan. Meski rasanya ingin nangis karena tidak sempat melihat sunrise dan bertekad akan datang kesini lagi nanti, kami akhirnya menyewa jeep untuk naik ke Bromo.
Subhanallah!
Saya kehilangan kata-kata saat melihat Bromo yang masih berkabut. Lautan pasirnya masih ditutupi kabut sehingga kami yang berada di ketinggian serasa sedang melihat awan yang melayang-layang di bawah kami. Tapi dinginnya itu loh...brrr....teman saya membeli syal, sarung tangan dan topi rajut karena tidak tahan dengan udara dingin di sana. Kebetulan di Bromo memang banyak yang menjualnya.
Jeep parkir di lautan pasir (yang katanya jadi tempat syuting Pasir Berbisik dan Tendangan Dari Langit) dan tidak bisa mengantar sampai ke dekat anak tangga menuju kawah Bromo. Tempatnya masih lumayan jauh jadi kami menyewa kuda sampai ke sana. Untuk pertama kalinya saya nyoba naik kuda dan rasanya... tidak enak -____-". Saya juga kasian sama kudanya harus mengangkut saya. Makanya dikit-dikit saya belai surai kudanya. Haha...
Awalnya sih kaku dan tegang juga naik kuda, masih pegangan erat di pelana kuda takut kudanya mendadak ngambek dan lari-lari tidak jelas. Tapi lama kelamaan rasanya jadi asyik meski masih kesulitan menyeimbangkan diri duduk di atas kuda sambil naik gunung.
Tangga menuju kawah lumayan banyak, malas saya ngitungnya. Pokoknya ngos-ngosan dan tiap sepuluh anak tangga saya berhenti mengatur nafas. Sampai di atas...err...kok sempit ya? Banyak orang berdiri berjejalan di sisi kawah, melihat ke dalam lubang besar yang mengeluarkan asap itu. Saya - meski agak takut-takut - juga ikut mendekat ke tepi pagar pembatas yang sudah rusak dan ikut menengok ke dalam lubang yang tidak keliatan sama sekali dasarnya (ya iyalah).
Tangganya kuning ngejreng |
Pas mau turun tangga saya nyaris tergelincir. Sudah tergelincir sih sebenarnya -,-" tapi Alhamdulillah hanya tergelincir dua anak tangga dan tidak sampai jatuh ke anak tangga paling bawah (anak tangganya ratusan masalahnya). Benar-benar kaget. Malah beberapa orang di belakang saya sampai menjerit ikut-ikutan kaget.
Sampai di bawah saya dan teman membeli edelweis yang kata penjualnya diambil di gunung Semeru. Setau saya bunga edelweis itu dilindungi dan tidak bisa dipetik untuk dibawa turun gunung. Tapi ya...edelweisnya keren ih, jadi saya ikutan beli juga -_______-"
Sampai di bawah saya dan teman membeli edelweis yang kata penjualnya diambil di gunung Semeru. Setau saya bunga edelweis itu dilindungi dan tidak bisa dipetik untuk dibawa turun gunung. Tapi ya...edelweisnya keren ih, jadi saya ikutan beli juga -_______-"
Pulang ke tempat parkiran jeep naik kuda lagi. Kali ini saya minta ke pemilik kudanya yang sedang jalan kaki di depan sambil pegang tali kekang biar saya yang pegang sendiri tali kekangnya. Sok-sok mau belajar mengendarai kuda gitu. Awalnya si kuda malah menggigit tali kekangnya dan tidak mau jalan. Pas jalan malah miring-miring jalannya. Tapi ujung-ujungnya mau jalan normal juga dia sambil mendengus kesal (kayanya. Haha..).
Yah, saya bertekad akan kembali kesini nanti. Banyak bagian dari Bromo yang belum saya jelajahi, terutama sunrise-nya! Siapa tau tahun ini saya bisa menjelajah Jogja-Borobudur-Bromo (mendadak amnesia dengan resolusi 2013)
Pulangnya saya singgah di Malang padahal awalnya saya tidak berencana menginap di Malang sebelumnya. Saya bertekad mencari tempat menginap yang nyaman sebagai kompensasi atas delapan hari tidur berkelambu di barak dan...lucky me, saya dapat tempat menginap yang keren di Bandoeng Guest House yang letaknya di Jl. Bandung (nama-nama jalan di Malang lucu-lucu loh. Ada jalan Gresik, jalan Jakarta, jalan Surabaya...pokoknya nama-nama jalannya diambil dari nama-nama kota. Hehe...). Dan karena tempatnya enak, bukannya jalan, saya malah hanya tidur dan leyeh-leyeh karena capek dan malas kemana-mana. Tempat-tempat yang direkomendasikan teman saya yang asli Malang tak ada satu pun yang saya kunjungi karena semua tempat yang dia rekomendasikan itu adanya di Batu (tadinya saya nyaris nginap di Batu) dan saya tidak punya banyak waktu di Malang karena habis dipakai untuk istirahat :(
Paling jauh saya cuma ke Malang Town Square dan ke jalan Sanan belanja oleh-oleh beberapa jam sebelum balik Surabaya untuk naik pesawat ke Makassar. Itu pun pake acara nyasar seperti yang sudah-sudah kalau saya lagi jalan sendirian. Di Malang saya benar-benar jadi single traveller, turun naik angkot sendirian sampai akhirnya salah naik angkot. Haha. Saya heran dengan bakat nyasar saya ini.
Sorenya saya dijemput mobil yang sudah saya pesan untuk balik ke Surabaya, turun di bandara. Satu mobil sama ibu-ibu dan dua anaknya yang juga mau ke Makassar. Si ibu-ibu itu nanya, apa saya kuliah di Universitas Brawijaya dan mau pulang liburan. Ah, tampang saya memang masih tampang anak kuliahan semester awal :') *dilempar troli*
Saya check-in jam setengah 7 tapi berangkat jam 10 malam, sampe Makassar jam 1 malam, sampe di kost-an adik jam 2 pagi dan harus balik ke bandara lagi jam 7 pagi *pingsan*
Eh, waktu lagi nunggu di depan gate 6 bandara Juanda, saya duduk dekat satu keluarga dari Papua yang punya anak kecil yang lucu. Namanya Joshua. Pas dia dikasih kerupuk sama cewek yang duduk di samping saya, dia bisik ke ibunya 'ma, bilang terima kasih sudah' sambil malu-malu. Ah, menggemaskan. Dia jadi hiburan saya selama menunggu penerbangan yang katanya ditunda karena cuaca buruk di Makassar (lagi-lagi).
Rumah
21.53 PM
4 Januari 2013
Mengutip kalimat dari teman saya, 'Borobudur dan Bromo hanya milik kamu!' :D
Rumah
21.53 PM
4 Januari 2013
Mengutip kalimat dari teman saya, 'Borobudur dan Bromo hanya milik kamu!' :D
Comments
Post a Comment