(Proyek #30HariMenulisSuratCinta) Untuk Kota Mungil Saya Nun Di Ujung Timur



Saya pernah bilang, berkali-kali malah, kalau kamu selalu membuat saya jatuh cinta. Berkali-kali, berulang kali. Cinta yang berbeda setiap harinya. Kamu selalu punya banyak wajah baru yang membuat saya selalu betah untuk tinggal, berlama-lama menyesap udara senja di tepi dermaga atau melamun memandangi matahari terbit di sebuah teluk. Apalagi yang bisa lebih indah dari dua waktu istimewa itu bila disandingkan dengan kecantikanmu?

Saya begitu mengenalmu, sebaik saya mengenal setiap lekuk pikiran saya. Bahkan jika saya menutup mata dan berjalan menyusurimu, saya yakin saya tidak akan tersesat sedikit pun. Kamu telah menjadi bagian hidup saya di awal dan semoga hingga akhir.

Jika nanti saya harus pergi meninggalkanmu, maka saya akan sangat merindukan pemandangan yang kamu suguhkan setiap kali saya berangkat kerja. Pemandangan beningnya air laut dan putihnya pasir pantai. Saya akan merindukan kontur jalanmu yang bergunung-gunung, rumah-rumah bersusun di bukit bak cendawan yang melekat di batang kayu. Saya juga akan merindukan jalur satu arah depan kantor yang membuat saya harus mutar-mutar tidak jelas, udara menjelang subuh yang dinginnya minta ampun, rembulan yang bulat sempurna dari loteng rumah saya, penjual tahu sumedang, pisang molen dan nasi padang langganan. Ah, terlalu banyak hal yang akan saya rindukan jika nanti saya harus meninggalkanmu.

Tapi bukankah bagi saya, rumah adalah tentang seseorang?

Bukan tentang tempat atau tentang kampung halaman.

Hanya saja, kampung halaman selalu spesial. Kerinduan itu justru semakin membuncah setiap kali saya singgah di tempat yang baru. Tiba-tiba saya tau, meski kamu bukan rumah bagi saya, kamu akan selalu menjadi tempat yang membuat saya ingin pulang. Karena segala cinta saya ada padamu. Kamulah yang membuat saya berpikir, tak ada tempat di dunia ini yang lebih indah selain dirimu. Tidak Maladewa, tidak Moskow, tidak juga Budapest. Hanya kamu. Kamu.

Semoga saat saya bertambah tua di ‘rumah’ saya, ada kamu juga di sana.

Dari Pagi dan Senja untuk kota mungil saya. Luwuk.

#30HariMenulisSuratCinta Hari #16

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an