Untuk Pengawal-Pengawal Keren Saya


Saya pasti perempuan paling beruntung di dunia.
Bagaimana tidak? Saya punya kalian, empat orang laki-laki yang kini saya jadikan pengawal-pengawal saya. Sukarela, tanpa digaji :D

Kalian itu pengawal-pengawal keren saya meski kalian lebih banyak membuat saya sebal dan kesal.


Contohnya seperti kamu, si pengawal nomor dua. Bertahun-tahun yang lalu kerjaan kita itu bertengkar. Rebutan inilah, rebutan itulah. Kejar-kejaran pake sisir sampe sapu ijuk. Kamu masih ingat bagaimana kamu menggedor-gedor pintu kamar saya dengan memegang sisir yang siap dipukulkan ke saya? Haha...


Dan kamu, si pengawal nomor tiga lain lagi tingkahnya. Kalo dilarang ini itu selalu tidak mau dengar. Jagonya cuma merayu pake rayuan yang sudah tidak laku di jaman ini. Gimana bisa marah kalo sudah dikasih pandangan Puss in Boots dari kamu? Don Juan yang entah nyasar darimana.

Kamu, nomor empat, saya tidak tau kamu bisa dapat banyak kalimat-kalimat cerdas untuk membantah saya darimana. Kalo tidak punya amunisi, saya pasti kalah debat denganmu. Wajahmu selalu terlihat serius persis bapak-bapak anggota dewan sana. Menyebalkan bukan?

Dan nomor lima, kerjaanmu cuma mengerenkan diri. Ikut futsal lah, main band lah, kursus gitar lah. Kamu itu selalu ngaku-ngaku ganteng. Giliran dimintai tolong beli mie di warung malah kabur. Jahhh....


Tapi, meski begitu, kalian adalah pengawal-pengawal terbaik saya. Percaya tidak kalo si nomor dua dan si nomor empat itu selalu menawari jasa untuk memasakkan saya makanan (kalo saya lagi malas tapi lapar #ngeles). Atau si nomor lima yang mau mencucikan motor saya meski dengan iming-iming uang. Si nomor tiga tidak pernah keberatan dimintai tolong ini itu.


Pengawal-pengawal saya, adik-adik keren saya. Ya, kalian adalah empat orang adik laki-laki yang luar biasa. Saya beruntung menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga dan sulung yang jadi jadi puteri di antara 4 orang pengawal. Padahal dulu saya pernah berharap punya adik perempuan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, mending punya adik laki-laki saja deh. Saya tidak perlu meminjami kalian baju-baju dan mainan saya. Saya tidak perlu rebutan bedak atau parfum, juga tidak perlu khawatir kerudung saya digunakan dengan semena-mena oleh salah satu dari kalian :D


Dulu saya selalu merasa rumah menjadi terlalu berisik dan sesak karena kehadiran kalian. Tapi sekarang, setelah kalian dewasa dan sibuk dengan urusan masing-masing, rumah menjadi sangat sepi. Tidak ada lagi teman rebut-rebutan PS atau saingan menghabiskan pisang goreng. Atau rame-rame nonton film kartun di hari minggu. Nomor dua dan tiga sudah kuliah di Makassar, nomor empat yang kadang masih setia nonton TV di rumah, dan si bungsu yang sibuk dengan upaya mengerenkan dirinya.


Waktu telah merebut banyak hal dari kita. Ada sedikit rasa menyesal kenapa saat kecil saya berharap bisa tumbuh dewasa dengan cepat dan berharap kalian juga cepat dewasa agar saya tidak perlu menjaga kalian lagi. Tidak perlu menggendong kalian kemana-mana lagi atau memandikan atau menyuapi kalian.

Tapi sekarang saya rindu sosok-sosok mungil dan imut yang dulu sering saya cubiti pipinya atau saya dandani wajahnya. Haha...


Meski saya pernah dilempari botol minyak tawon di wajah sampai sebelah mata saya biru, dikejar pakai sepatu atau sisir, saya bahagia pernah melewati masa-masa saat saya begitu dekat dengan kalian.



Tumbuh menjadi lebih tua telah mengubah banyak hal, mencuri banyak kebahagiaan sederhana dan mengambil banyak waktu bersama kita.


Tapi lepas dari apapun, saya selalu mendoakan kesuksesan dunia akhirat kalian. Atau jika hanya boleh memilih salah satu, saya selalu mendoakan kesuksesan akhirat kalian :)



Semoga Allah menjaga kalian. Untuk sekarang dan seterusnya.

Dari kakak di senja hari yang merindukan pagi bersama adik-adiknya.




#30HariMenulisSuratCinta Hari #17

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an