(Proyek #30HariMenulisSuratCinta) Ketika Dunia Maya Jauh Lebih Nyata
Itu ketika saya mengenal kalian
berdua. Membuat segala struktur maya itu menjadi nyata. Mengubah kalimat ‘bukan
siapa-siapa’ menjadi ‘saudara’.
Pertama-tama mungkin saya harus
berterima kasih kepada orang itu. Ah, tidak perlu saya sebutkan di sini siapa. Pokoknya
saya berterima kasih saja karena telah mengenalkan kalian berdua kepada saya
meski tanpa disengaja. Siapa sangka di antara sederetan nama-nama yang begitu
banyak di daftar kontak email yang dikirimkannya, Sari malah memilih kontak
email saya? Dan dia juga tiba-tiba ‘menyuruh’ saya berteman dengan Yani –
padahal sedang tidak berangin dan tidak hujan :D
Jadi, bagaimana kabar kalian
berdua di sana?
Yani yang sedang sibuk dengan
profesinya yang baru sebagai seorang ibu (saya benar-benar iri dengan profesimu
yang baru itu, ukh) dan Sari yang sibuk meneliti aspal di ITB sana (apa sih
yang harus diteliti dari cairan lengket berwarna hitam itu?)
Apapun kesibukan kalian berdua,
kalian masih selalu sempat menyapa saya si pemalas-menanyakan-kabar ini.
Padahal kita amat teramat sangat jarang bertemu. Berapa kali kita bertemu sejak
pertama kita berkenalan? Hanya dua kali bukan? Sekali di kota kecil saya dan
sekali nun di Bandung sana. Ajaib kita masih bisa seperti ini, seperti sahabat
yang setiap hari bertemu.
Ada satu pertanyaan yang hingga
saat ini mendekam di pikiran saya. Kenapa sih kalian berdua bisa begitu dewasa?
Kenapa coba sejak pertama kita kenalan sampai sekarang, selalu saya yang
bertingkah kekanakan? Apa sih resepnya? Saya yakin bukan karena usia kalian
berdua lebih tua setahun dua tahun dengan saya. Pasti bukan karena itu. Usia tidak
pernah bisa jadi ukuran kedewasaan seseorang kan? Bahkan dunia internasional
pun sepakat dengan hal itu.
Tapi justru itulah yang membuat
persahabatan kita bertahan hingga saat ini. Kita seperti keping puzzle yang
masing-masing punya sisi yang lebih dan sisi yang kurang. Kita masing-masing
punya kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi. Klise? Tentu saja. Tapi saya
tidak peduli. Kadang hidup butuh hal-hal klise. Bukankah cinta juga sebenarnya
selalu klise?
Lewat surat ini, saya hanya ingin
bilang. Saya bukan orang yang terbiasa dengan kata sayang. Saya tidak tumbuh
dengan kalimat-kalimat rayuan atau pujian. Saya tumbuh tanpa pernah belajar
bagaimana mengekspresikan rasa sayang saya pada orang lain. Secara nyata.
Kalau harus mengatakannya
langsung, mungkin saya lebih memilih kabur dan berlibur ke Belitong selama
sepekan daripada harus dihadapkan pada kalian. Tapi karena saya menyampaikannya
lewat surat, saya bebas mengatakan, kalian berdua adalah salah satu dari sekian
banyak keajaiban dalam hidup saya. Dan salah satu dari sedikit keajaiban yang
spesial. Terima kasih telah menjadi begitu spesial dalam hidup saya. Terima
kasih telah memberi begitu banyak hal yang kadang saya sendiri tidak sempat
memaknainya. Terima kasih. Pokoknya terima kasih!
Saya sayang kalian loh!
Pssttt....tapi ini rahasia ya! Jangan sampai ada yang tau kalau saya begitu
menyayangi kalian J
Untuk dua saudari saya @saripujilestari
yang sibuk mempelajari jalan raya di ITB dan @Yhani3 yang sibuk mengurusi Faqih
si bayi-sadar-kamera :D
Comments
Post a Comment