Hijab


Ada satu masalah tentang hijab yang sangat ingin saya bahas. Karena blog saya ini adalah jurnal pribadi online saya, jadi saya akan membahasnya dari sudut pandang saya sendiri, dengan sangat subjektif. Maaf. Setuju dan tidak setuju, monggo…itu hal biasa. Tapi sekali lagi, karena ini jurnal pribadi saya jadi terserah saya dong mau berpendapat seperti apa :p

*kidding me

*mari menghargai perbedaan


Hijab.

Pengertian hijab menurut yang pernah saya pelajari adalah tameng/penghalang/sesuatu yang bisa melindungi perempuan pemakainya agar ‘tidak tampak’ (dalam artian tidak tampak auratnya, pesona lahiriahnya) di hadapan pria yang tidak berhak melihat semua itu. Pokoknya kalo diartikan dalam bahasa yang lebih sederhana, hijab itu adalah pelindung perempuan dari pandangan yang kotor dan niat yang jelek dari pria-pria di luar sana yang sedang terkontaminasi budaya jahiliyah. Jadi hijab itu meliputi segala hal yang dikenakan perempuan. Seperti jilbab dalaman, jilbab luar, jubah panjang (gamis/baju longgar dengan rok) dan kaus kaki. Hijab tidak hanya terpaku pada jilbab. Karena pakai jilbab tapi tidak pakai kaus kaki misalnya, atau pakai jilbab tapi pakaiannya ketat, itu juga belum bisa dibilang telah berhijab. Wallahu a’lam.
Belakangan ini muncul sebuah komunitas yang menamakan diri mereka ‘para pengguna hijab’. Begitu mungkin ya kalo diterjemahkan secara bebas dari nama komunitas mereka. Saya pertama mendengar kemunculan komunitas itu cukup senang karena anggotanya adalah para remaja putri pemegang masa depan bangsa dan negara sehingga mereka memang harus ditanamkan nilai-nilai moral beragama sejak dini. Aktivitas mereka juga sangat positif. Bakti sosial, ceramah agama, dzikir bersama… tapi…

Ada tapinya nih.

Hijab yang mereka kenakan sama sekali tidak bisa dikategorikan hijab menurut saya (sekali lagi, merujuk pada peraturan artikel ini di atas, it’s my journal. So, it’s up to me *maksa). Karena eh karena… berbagai macam warna-warni yang mencolok mata, jilbab nanggung (nanggung panjang sama lebarnya… bangunan kalee), baju-baju yang…waw… sangat fashionable tapi sayang tidak menurut Islam. Itu loh…bajunya (maaf) ketat-ketat, jeans melekat badan, baju kekecilan dan tidak pakai kaus kaki (padahal kaki masih termasuk aurat kan?)

Saya jadi merenung. Bukankah dua ayat dari firman Allah sudah lebih dari cukup untuk kita memahami bagaimana seharusnya hijab itu dikenakan?

Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya. (Q.S An-Nur : 31)

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Ahzab : 59)

Nah…anak SD saja yang baca ayat ini langsung paham gimana seharusnya jilbab/kudung itu dikenakan. Minimal. Paling minimal itu menutup dada, bukan menutup leher saja apalagi menjerat leher. Hehe.

Untuk saudari-saudariku yang baru belajar mengenakan jilbab, tidak sulit kok menerapkan perintah Allah yang satu ini. Niat untuk menutup aurat sudah sangat baik tapi alangkah lebih baik dalam mengikuti perintah Allah kita tidak setengah-setengah. Okelah kalau memang kita butuh proses (seperti saya), dari jilbab seadanya (benar-benar seadanya. Seada-adanya pokoknya), mulai meningkat ke jilbab yang menutup dada dan sekarang risih kalau harus pakai jilbab yang tidak menutup sampai pinggul. Tapi semua proses itu berasal dari keinginan dalam diri kita sendiri. Jadi kalau ada yang beralasan jilbabnya dipanjangin nanti kalau sudah ‘sadar sepenuhnya’ (hehe…ini dalih kebanyakan orang nih), jadinya kapan??? Sekarang aja belum mau menyadarkan diri gimana besok-besok.

Satu lagi yang sedang jadi tren saat ini. Tidak bermaksud suudzon loh. Tapi kok orang kafir ini pandai sekali mempermainkan syariat yah? Padahal dalam hadits Rasulullah sudah jelas-jelas disebut ‘para perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya seperti punuk unta. Perempuan seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya’.

See? Punuk unta!

Mau tau gimana larangan punuk unta diterapkan para kaum pendengki Islam terhadap perempuan-perempuan Islam?
Err..agak menakutkan sih

Lihat saja jilbab yang tidak ada angin tanpa hujan tau-tau tinggi menjulang di atas kepala mereka. Para perempuan sengaja menyanggul rambut mereka agar dapat menonjol saat mengenakan jilbab. Jadi keliatannya kaya gimanaa gitu. Keliatan lucu dan kaya lagi tidak pakai jilbab loh. Saya aja suka liatnya. Gimana cowok-cowok yah? Mau ditaruh dimana fungsi dari jilbab itu sendiri?

Sesungguhnya tipu daya kaum kafir itu amat berbahaya karena mereka tidak menyerang langsung umat Islam seperti yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Mereka tidak menembakkan rudal ke rumah-rumah kita, tapi mereka menyusup diam-diam ke dalam tubuh kaum muslim dan mulai mencemarinya sedikit demi sedikit sampai akhirnya kaum muslim itu sendiri yang mencemari diri mereka. Mereka (orang kafir) tidak akan senang sebelum kita mengikuti mereka meski masuk ke lubang di tanah sekalipun. Naudzubillah min dzalik

Inilah sedikit saja hal yang saya ketahui tentang hijab maupun jilbab. Beberapa hal mungkin terlalu menggurui (terserah saya dong. Tolong baca lagi aturan yang di atas :p), dan percayalah Islam membuat peraturan bukan untuk mengekang kita, tapi untuk memelihara potensi kita. Jangan mau termakan rayuan para feminis yang bahkan mereka sendiri masih sulit lepas dari stiletto dan peralatan make up mereka. Para perempuan yang sibuk berkoar-koar menyatakan kesetaraan di luar sana pastilah mencak-mencak kalau disuruh jadi pekerja bangunan, atau tukang servis genteng, atau pun sederet pekerjaan kasar lainnya. Kesetaraan adalah dalam ketakwaan, dalam keimanan, dan dalam ketaatan. Kalau mau setara dalam hal pekerjaan misalnya… ogah ah. Saya tidak mau disuruh manjat ke genteng soalnya :p

Wallahu a’lam bisshawab.

UPS Soho
Sabtu panas
8.47 AM

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an