Love At The First Sight
I absolutely disagree with this statement. There isn’t love at first sight because love needs process. You can’t say that you’re in love already without knowing who is he, what’s his job or is he still single?
Dulu… jaman sinetron Tersanjung 1
(Tersanjung pertama loh ya. Bukan Tersanjung 6) saya masih percaya dengan
ungkapan itu dan masih sering menjadikannya tema sentral cerpen-cerpen
abal-abal saya. Tapi seiring berputarnya roda waktu (ce elah bahasanya) dengan
kata lain semakin bertambahnya usia saya di muka bumi ini, ungkapan ‘cinta pada
pandangan pertama’ itu malah terdengar…err… tidak masuk akal.
Setiap orang memang punya
pendapat masing-masing. Dan menurut saya tidak ada cinta yang bisa langsung
jatuh begitu saja hanya dengan memandang. Love needs process. Itu yang saya
yakini sampai saat ini. Dikarenakan saya bukan orang yang mudah jatuh cinta karena
fisik. Biasanya karakter tertentu dari seseorang yang bisa membuat saya
menyukainya. Misalnya jaman SMP – SMA saya suka orang yang lucu dan pintar. Tipe-tipe
pelawak gitu deh. Tapi beruntunglah mereka tidak menyukai saya sehingga being
single bertahun-tahun sampai sekarang masih tetap saya lakoni. Eh…kenapa saya
malah bahas masalah ini?
Baiklah, kembali ke pembahasan
awal. Bagi saya jatuh cinta itu butuh beberapa tahap karena jaman sekarang saya
makin tidak percaya dengan keajaiban. Saya lebih percaya kalau apa yang saya
raih saat ini memang adalah proses yang telah saya jalani selama
bertahun-tahun, sadar atau tidak. Hidup itu bukanlah meteor yang tiba-tiba
jatuh ke permukaan bumi. Tapi hidup adalah pohon yang berasal dari benih dan
berjuang untuk tumbuh hingga akhirnya menjadi besar dan lebat. Sama halnya
jatuh cinta, ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti pengenalan
karakter, pendalaman pribadi, being friend, barulah kemudian memutuskan untuk jatuh
cinta atau tidak jatuh cinta.
Bukan berarti ini sama halnya
dengan melegalkan patjaran yaw.
Maksud saya, saya setuju dengan
ungkapan ‘menikahlah dengan sahabatmu’ (sayang saya tidak punya sahabat sekeren
Pierre Tendean). Karena seperti yang diungkapkan sebuah penelitian, rasa cinta
itu hanya bertahan selama 4 tahun. Dan yang membuat pasangan suami istri tetap
dapat bersama setelah tahun ke 4 pernikahan mereka bukanlah rasa cinta, tapi
persahabatan. See? Jadi ungkapan friends forever itu benar sekali. Jangan
percaya deh kalau ada yang merayu kalian sambil bilang ‘aku akan mencintaimu
selamanya, kini dan nanti’. Siapa sih yang bisa menjamin bagaimana perasaan
kita bertahun-tahun kemudian? Bukankah Allah maha membolak-balikkan hati?
Jadi ya, kesimpulan dari tulisan
tidak jelas ini adalah… cinta pada pandangan pertama itu tidak ada. Itu – kalau
bisa dikatakan – hanyalah nafsu karena lebih berpihak pada keindahan fisik. Dan
cinta tidak pernah hanya terbatas pada keindahan fisik saja. Sementara rasa
persahabatan jauh lebih kekal daripada cinta, jadi menikahlah dengan orang yang
menurut kalian akan bisa menjadi sahabat kalian.
Kantor, UPS Soho
9.48 AM
Sedang ingin menulis tentang
cinta saja dan saya tidak sedang galau *kalem
Keren!
ReplyDeleteSalah baca mungkin :D
ReplyDelete