Tentang Cinta Yang Diam & Menunggu
Sesungguhnya sekeras apapun kita
berusaha untuk menjaga hati kita, kadang kita tak menyangka ada celah yang
terbuka dan membiarkan rasa itu menyelinap ke dalam sana. Atau rasa itu sendiri
yang berusaha kerasa menggerus hati kita semili demi semili sampai akhirnya dia
berhasil membuat jalan untuk masuk ke dalam sana. Kita semua berada di luar
kuasa untuk mencegahnya.
Tak ada cinta sebelum pernikahan,
meskipun saya sendiri tak tahu bagaimana kita bisa memutuskan untuk menikah
jika cinta itu tidak ada di sana. Ah, baiklah. Mungkin cinta itu memang belum
ada, tapi keinginan untuk mencinta itu telah ada, paling tidak dia telah
menyapa saat nadzar terjadi atau saat ta’aruf dijalani. Keinginan untuk bersama
dengannya telah ada, meski kita masih belum tahu, apa bisa kita mencintainya?
Cinta yang diam tidak pernah akan
bisa membahagiakan pemilik cinta itu. Cinta yang diam hanya akan menyengsarakan
karena dia dibungkam dengan sengaja atau tidak. Mencintai dalam diam memang
adalah hak si pemilik cinta. Tapi cinta itu sendiri pun memiliki hak. Hak untuk
dibagi dan diungkapkan. Diungkapkan melalui jalan-Nya, dibawah naungan
syariat-Nya. Maka ketika kita tidak bisa menyanggupi untuk tetap berjalan di
jalan-Nya dan bernaung di bawah syariat-Nya, bunuhlah cinta itu. Karena dia
bukanlah cinta sejati. Dia hanyalah serigala berbulu domba yang dapat merusak
diri. Hanya cinta sejati yang dapat membuatmu bahagia, lain dari itu sama
sekali tidak akan menyisakan apapun selain goresan luka yang belum tentu akan
sembuh dalam bilangan tahun yang akan dilewati.
Jangan diamkan cintamu. Karena
cinta tidak datang dengan mudah, dia tidak datang dengan begitu saja. Jangan biarkan
cintamu menyesal telah menghinggapi dirimu. Barangkali saja cinta yang datang
saat ini adalah cinta yang tepat. Siapa yang bisa tahu? Maka kenapa tidak kau
upayakan untuknya? Jika memang ternyata kita salah, tidak ada yang perlu kita
sesalkan. Kesalahan adalah hal yang biasa dialami manusia. Jika dia adalah
cinta yang salah, cukup tinggalkan dia. Paling tidak dia tidak akan tumbuh beranak
pinak di dalam diri kita. Paling tidak kita tidak akan terlambat untuk
mengusirnya.
Cinta yang diam dan menunggu
adalah dua hal yang saling bertautan, memebelenggu kita dan mendesak kita untuk
hanya tetap berdiri diam di atas titik masa lalu. Sama sekali tidak
membahagiakan, monoton, sepi, merindu, entah perasaan apa lagi yang mereka
berikan. Diam dan menunggu. Antara kompromi dan kompensasi. Antara kerelaan dan
keterpaksaan.
Percayalah, sedikit saja.
pahamilah. Jika dia cintamu – cinta sejatimu – dia tak akan membuatmu diam dan
menunggu. Dia akan datang dengan segera untuk memilikimu. Dia tak akan
membiarkanmu tersiksa dengan kesendirian dan diammu. Dan seharusnya memang
seperti itu.
Tapi jika dia sama sekali tidak
datang karena berbagai pertimbangan? Memutuskan untuk tetap membiarkan kita
diam dan menunggu? Meskipun dia sendiri meyakinkan dirinya kalau dia akan tetap
datang entah kapan?
…………………………………………………………………
Ini adalah jawaban yang sulit. Sesungguhnya
saya tidak ingin memberi jawaban yang seperti ini.
Tinggalkanlah dia. Dia tidak
pantas untukmu. Seseorang yang merasa pantas untuk membuatmu menunggu adalah
orang yang paling tidak pantas untuk kau tunggu. Jangan sampai kau berharap
pada cintanya sementara ada orang lain yang berharap cintamu. Jangan sampai kau
melewatkan waktu dengan sia-sia, sementara ada orang lain yang tak ingin
melewatkan setiap detik waktunya tanpa bersamamu.
Yah, tinggalkanlah dia. Berat? Tentu
saja. manusia selalu merasa berat meninggalkan sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan meskipun itu buruk buat mereka. Meninggalkan orang yang telah membuat
kita terbiasa untuk menunggu adalah hal yang berat. Tapi maukah kau membiarkan ‘orang
yang lain’ itu berlalu begitu saja hanya karena kau terlalu enggan untuk
mencoba?
Pun jika pada akhirnya kalian
tetap akan bersama di ujung cerita, itu karena memang seharusnya terjadi. Jika pada
akhirnya nasib menggiringmu untuk kembali padanya, itu pasti di saat yang
tepat. Ketika jalan-Nya dibuka lebar dan syariat-Nya menaungi kalian. Dan setidaknya,
kau tak perlu lagi diam dan menunggu untuk yang kedua kalinya.
Kantor, UPS Soho
Ditinggal pegawai yang lagi donor darah dalam rangka Dirgahayu Pegadaian yang ke-111
11.06 AM
Comments
Post a Comment