Untuk Para Feminis (Liberal)


Saya lagi gemas! Gemassss sekali.

Kenapa? (ceritanya ada yang nanya)

Jadi begini… tau JIL? Tau kan? Tau kan? Tau antek-anteknya kan? Tau???

Kalau masih ada yang belum tau, JIL itu Jaringan Islam Liberal (eyyalahh…Cuma singkatan doang). Lebih khususnya, JIL itu kelompok orang yang menafsirkan syariat Allah seenak kepingan otak mereka sendiri. Pokoknya kalau ada syariat yang memberatkan, ditentang! Syariat yang menyenangkan, didukung abis-abisan itu pun masih dipreteli sana-sini.

Sudah ah, kalau bicara JIL bawaannya esmosi selalu. Padahal kata dokter saya, saya tidak bisa terlalu emosi karena berpengaruh pada daya saing dan daya tarik saya (ape inih???)


Saya tidak sedang gemas pada JIL (kalau mereka mah sudah berada pada taraf di atas menggemaskan) makanya saya sedang tidak ingin membahas mereka (mengingat kata dokter saya). Yang ingin saya bahas adalah tentang para feminis yang setali tiga uang dengan JIL. Mereka berdua itu seperti Batman and Robin, Upin dan Ipin, Poirot dan Hastings…halah.

Tau feminis? Mereka itu yang sibuk sana-sini menyuarakan persamaan hak, persamaan dalam segala hal tapi lupa sama anak-anak di rumah yang belum diurus. Eh, kenapa saya bahas ini ya?

Oke, kembali kepada feminis. Menurut om gugel yang dirujuk ke web tante wikipedia, Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.

Mereka itu adalah para perempuan yang kebanyakan berciri sebagai berikut : pakai blazer keren, rambut dipotong seleher, bawa-bawa berkas kesana kemari, dan kebanyakan pakai kaca mata. Pokoknya mereka itulah gambaran perempuan masa depan menurut mereka. Keren sih…tapi…

Lagi-lagi ada tapi

Saya hanya ingin membahas para feminis dari sisi negatif dalam syariat. Karena tidak semua aktivis kewanitaan yang sibuk mengubek-ubek hukum Islam. Sebagian dari mereka ada yang benar-benar memperjuangkan hak-hak perempuan (perempuan tetap punya hak. Lebih banyak dari hak pria malah) seperti menuntuk hak pendidikan, hak para korban pemerkosaan, korban KDRT di mana para perempuan-perempuan itu memang tak berdaya untuk menuntut hak-hak mereka. Tapi ada sebagian feminis yang menghabiskan waktunya dengan sia-sia berceramah panjang lebar agar para perempuan menentang hukum-hukum Allah yang Maha Sempurna itu.

Ambil contoh masalah dalam rumah tangga. Dalam UU pernikahan di Indonesia, telah ditetapkan kalau kepala keluarga adalah suami. Dan mereka ingin merevisinya. Please deh ibu-ibu yang cerdas-cerdas itu. wajarlah kalau kepala keluarga adalah suami. Wong dia yang menafkahi kita kok. Saya sih tidak mau disuruh menggantikan tugas suami untuk mencari nafkah atau berbagi peran sama banyak untuk mencari nafkah. Tugas saya (dan semua perempuan-perempuan Indonesia) adalah mendidik anak-anak saya dan mempersiapkan mereka untuk menjadi orang-orang hebat di kemudian hari. Bukannya sibuk kesana kemari mencari nafkah (yang bukan berarti tidak boleh juga). Tapi jika UU itu direvisi, peran suami dan istri dalam rumah tangga menjadi bias (ceelah kalimatnya..kaya yang sudah berumah tangga saja). Bias di sini, para suami tidak akan lagi memikirkan tanggung jawab keluarga karena sudah ada pula sang istri yang harus sama-sama bertanggung jawab. Lah, trus anak-anaknya gimana? Sang Ibu yang menjadi guru pertama dalam hidup mereka tidak bisa mencurahkan perhatian penuh kepada sang buah hati cuma gara-gara UU itu direvisi! Tidak keren kan alasannya?

Kalau soal pembagian peran di atas mungkin masih bisa dimengerti. Tapi ini ada feminis yang menolak jilbab dan cadar. Aih, siapa sih Anda berani menentang Allah?

Begini, kata mereka, jilbab dan cadar itu membatasi ruang gerak perempuan. Membuat mereka terbelakang dan tidak mendapat tempat yang semestinya dalam strata masyarakat sosial. Sederhananya, perempuan yang berjilbab dan bercadar akan disepelekan di masyarakat. Kata siape? Orang yang tidak ngerti agama aja segan sama perempuan-perempuan bercadar. Mereka saja paham, perempuan yang memutuskan untuk berjilbab panjang kali lebar atau bercadar itu adalah mereka-mereka yang benar-benar taat pada perintah Allah. Tuhan mereka, Tuhan Anda juga.

Mereka seperti pahlawan kesiangan mencoba mengubah hukum-hukum Islam yang mungkin mereka sendiri tidak memahaminya. Misalnya hukum waris. Saya sih tidak ngerti masalah bagi-bagi warisan begitu. Tapi yang saya tahu, hak perempuan seperdua dari hak pria. Iyalah. Wajar dong. Lah wong pria itu punya tanggung jawab sama istri, anak, ibu dan saudara perempuannya. Sedangkan jika perempuan memperoleh warisan ya warisannya untuk dia sendiri. Dimana letak keadilannya kalau pria dikasih bagian yang sama dengan bagian perempuan?

Atau masalah persaksian. Persaksian dua orang perempuan setara dengan persaksian seorang pria. Para feminis bilang itu sama saja meremehkan perempuan. Saya sebagai perempuan, tersinggung dong. Itu bukan meremehkan namanya, tapi membantu! Sangat membantu karena para peneliti dunia pun sudah pernah bilang perempuan itu lebih banyak menggunakan perasaan ketimbang akal. Fitrahnya perempuan itu lemah lembut dan lebih berpihak pada sesuatu yang meski baik tapi tidak benar (bingung kan? Sama!). Jadi, dua saksi perempuan itu sangat membantu menetralisasi perasaan mereka.

Sekali lagi, yang paling dahsyat adalah penentangan mereka terhadap hukum-hukum hijab. Katanya kecantikan itu jangan disembunyikan, tapi harusnya dipamerkan karena begitulah cara mensyukuri karunia yang Allah berikan. Begitu ya? Coba kita buat perumpamaan. Misalnya kita dikasih perhiasan yang cantiiiikkkkkkkk sekali. Harganya juga mahalllllllllllllll sekali. Apa mau kita pamerkan kesana kemari di jalan-jalan dan setiap orang dapat melihatnya sehingga membuka kemungkinan untuk setiap orang dapat mencurinya? Tidak kan? Tentunya kita akan menjaganya dengan penjagaan super ketat dan hanya boleh dipamerkan pada orang-orang tertentu saja. itulah fungsi hijab. Sebagai penjaga. Kita tidak perlu menyewa bodyguard sekeren Kevin Costner atau sekuat The Rock untuk menjaga kita. Cukup dengan mengenakan hijab dan mematuhi aturan-aturanNya, InsyaaLlah kita akan terjaga.

Jadi saran saya untuk semua feminis (liberal) di seluruh dunia, jangan coba-coba deh menentang Allah. Pelajarilah dulu hal-hal yang kalian tentang itu dengan benar. Ambil hikmahnya. Kalian tidak rugi kan kalau disuruh belajar?

Dan ahya, Islam itu bukan Arab. Jadi kalau ada desas desus di Arab sana perempuan diperlakukan dengan sangat rendah, bukan berarti Islam pun seperti itu. Dan jangan lupa cek dulu siapa pelakunya. Islamnya Islam betulan apa Islam tempelan :p

Wallahu a’lam bisshawab

Sekian dan tidak terima disepelekan.

UPS SOHO
Sabtu panas
9.47 AM

Comments

Popular posts from this blog

Pierre Tendean (Lagi-lagi)

Antara Pierre Tendean dan Hiruk Pikuk Jalanan Di Depan Kantor

Saya dan Tahun 60-an