Posts

Showing posts from 2012

Cerita Milik Melati dan Ikrar (Bag. 3)

Bab Milik Melati “Melati, ada telepon buatmu” seorang gadis pirang dengan tubuhnya yang menjulang tinggi mengetuk pintu kamar Melati. Melati membuka pintu kamarnya dan mendapati Jane, temannya itu sedang tersenyum-senyum penuh arti ke arahnya. “Dari siapa?” dahi Melati berkerut “kenapa kau tersenyum aneh seperti itu?” Jane menunduk dan berbisik di telinga Melati “dari pangeranmu” Serta merta Melati berlari ke arah telepon di ruang depan. “Halo, Ikrar?” “Melati? Iya, ini aku. Maaf kalau aku mengganggumu. Aku tahu kau sedang sibuk dengan tugas pendataan itu tapi aku ingin berbicara denganmu” “Tidak apa-apa. pekerjaanku hampir selesai. Ada apa?” Dari seberang Ikrar nampak menarik nafas panjang. Nafasnya terdengar berat, sepertinya hal yang akan dia sampaikan ini terasa berat baginya. “Melati…aku…aku minta maaf” Tangan Melati yang memegang gagang telepon bergetar dan sesuatu terasa aneh di dadanya. Tiba-tiba rasa takut yang amat sangat menyelimuti gadis itu, membuatnya

Cerita Milik Melati dan Ikrar (Bag. 2)

Cinta yang Kembali Setelah cinta itu pergi, dia selalu butuh waktu untuk kembali mencari jalan pulangnya. Mencari tempat dimana dia merasa berada di rumah, merasa nyaman dan aman. Cinta selalu begitu, bepergian ke tempat yang salah, singgah untuk beberapa waktu sebelum akhirnya dia terbangun karena sebuah mimpi buruk. Dia telah salah menempatkan dirinya. Hati yang dihuninya saat ini bukanlah rumahnya dan cinta kembali bepergian untuk menemukan. Melati yakin sepatunya telah bersih, tidak ada debu sedikit pun di permukaannya. Ikrar akan melihat sepatunya itu, dia yakin. Orang-orang lalu lalang di hadapannya, ada yang santai tapi ada juga yang terburu-buru naik ke atas kereta. Melati berjanji akan menjemput Ikrar di stasiun pagi ini. Bahkan meski posisinya sangat jauh, Melati tahu Ikrar telah berdiri di sana dan melambai ke arahnya. Saling melempar senyum, untuk sebuah pertemuan mereka kembali. “Hai” sapa Ikrar setelah mereka berdua cukup dekat untuk mengobrol “terima kasih suda

Cerita Milik Melati dan Ikrar (Bag. 1)

Melati Di Kamp Pengungsian Melati memperhatikan sepatunya sekali lagi. Sempurna, tidak ada noda di sana. Dia tahu Ikrar tidak suka dengan noda di sepatu, merusak penampilan katanya. Karena itu sejak tadi dia berulang-ulang mengecek sepatu ketsnya, memastikan tidak ada debu yang singgah disana dan merusak semuanya. Tak lama lagi Ikrar akan datang menemuinya. Ikrar, tentara yang ditemuinya di kamp pengungsian di Pantai Gading beberapa tahun yang lalu. Seorang tentara keamanan PBB yang cerewet dan ramah, sangat asyik menjadi teman bicara. Melati yang pemalu dan jarang bicara berhasil dibuatnya berkisah panjang lebar tentang hidupnya setelah memutuskan menjadi relawan UNHCR PBB membantu pengungsi-pengungsi yang negaranya sedang mengalami konflik. Tentang pengalaman pertamanya bertugas di Sudan, kemudian pindah ke Kenya, sempat singgah sebentar di Turki dan Mesir – membantu pengungsi dari Gaza, kemudian ke Pantai Gading. Pertemuan pertamanya dengan Ikrar. “Kau tidak bosan terus mene

Dia Perempuan Bodoh!

Image
“Sudah berapa lama?” tanya perempuan yang duduk di depanku itu kepadaku. Aku memutar-mutar gelasku dan membuang pandangan ke sisi luar jendela restoran. Pemandangannya indah dan untuk sesaat aku hampir lupa untuk menjawab pertanyaan perempuan berwajah tegang itu. Aku tertawa dalam hati. Dia seharusnya bisa lebih santai karena aku tidak akan lari dari hadapannya. Tidak setelah apa yang telah aku lakukan kepadanya. “Setahun” jawabku singkat tanpa sekalipun memandanginya. Aku berusaha bersikap senyaman mungkin meskipun ada sedikit rasa gentar harus berhadapan dengannya dan duduk di kursi terdakwa.

#Resolusi2013

Image
Kalo taun lalu resolusi saya adalah 3P dan ternyata gagal total, inilah resolusi terbaru saya. Langsung saja tanpa basa-basi...

#DiklatLatsarmil Chapter 3

Hari - 6 (15 Desember 2012) Arrggghhh...hari ini jadwalnya outbond dan tentu saja 'wahana'nya menjulang tinggi. Bagi para akrofobier (tsahhhh...) tentu saja ini adalah cobaan terberat dalam hidup. Dengan sangat terpaksa saya hanya ikut meniti tali dan melewatkan  empat 'wahana' lainnya termasuk flying fox berdiri versi militer. Nyali saya langsung ciut begitu melihat tinggi tempat lepas landasnya. Tidak apa deh tidak dapat nilai. Kali ini saya rela dan ikhlas. Hari ini dapat satu quote dari teman : Letak pembalut di sepatu menentukan cara berjalan seseorang. Haha....

#DiklatLatsarmil Chapter 2

Hari - 3 (12 Desember 2012) Judulnya : mendadak gosong Yap! Hari ini kami seharian latihan PBB di lapangan yang menghadap langsung ke arah sawah (satu-satunya hal menyejukkan di sana) untuk pertunjukan di upacara penutupan nanti. Kami harus menghafal serangkaian gerakan PBB yang sebenarnya cukup melelahkan (cukup apanya, Jenderal??!! Sangat melelahkan!). Belum lagi saat latihan, karena bersamaan dengan gladi bersih upacara pelantikan Caba, kami kami dikagetkan dengan suara tembakan meriam yang berdentum-dentum. Pelatih meneriaki kami 'ndeso!' tiap kali kami berteriak kaget mendengar suara meriam yang serasa mau jatuh di atas kepala. Ya iyalah ndeso. Meriam gitu loh! Kami kan tidak setiap hari dengar suara meriam. Seorang teman tiba-tiba nyeletuk 'gimana sama orang yang tinggal di jalur Gaza ya?'. Kami saja yang yakin meriam itu tidak akan jatuh ke tempat kami tetap saja was-was. Apalagi mereka. Duh :(

#DiklatLatsarmil Chapter 1

Hari - 1 (10 Desember 2012) Jadi, setelah melewati perjalanan yang cukup menghentak dada saat berada di pesawat jurusan Luwuk - Makassar yang berasa seperti sedang naik mobil jurusan Luwuk - Toili dan menghabiskan waktu bengong di bandara Hasanuddin karena cuaca buruk (FYI, Makassar benar-benar gelap diselimuti oleh awan dan diterangi oleh kilat serta disambut oleh petir menggelegar. Oke, tidak penting. Saya seperti petugas BMKG saja), akhirnya menjejakkan kaki kembali di Balai Diklat Pegadaian Surabaya. Malam itu juga semua peserta latsarmil dibagikan peralatan 'tempur' untuk delapan hari ke depan yang terdiri dari :

Embun Tentang Tegar

Berikan sedikit waktu, dan biarkan jemari ini menari untuk menerjemahkannya Sanggupkah saya menerima semua resiko itu? Dengan mencintai seseorang sepertimu? Ataukah rasa cinta saya tidak cukup besar untuk membuat saya kuat menanggung segala resiko itu?  Bukankah seharusnya cinta memberi kita kekuatan untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan? Bukankah cinta punya ha-hal ajaib untuk membuat kita tetap bertahan dalam dunia yang tidak kita inginkan?

Tentang Foto-Foto Usang Itu

Image
Semalam entah kenapa saya tiba-tiba ingin melihat-lihat lagi foto-foto masa kecil saya dan – Alhamdulillah – mama masih menyimpan semua foto-foto sejak saya bayi sampai saya TK. Kalau sekarang saya sering main instagram, mengubah foto-foto agar terlihat seperti foto jadul, saat melihat berderet-deret foto lama itu, mendadak saya makin sayang dengan instagram (haha). Foto-foto yang kusam dan lusuh, berwarna kekuningan, mendadak memerangkap saya ke masa dua puluh empat tahun silam. Seolah gambar-gambar bayi lucu di foto itu bukan saya, seolah-olah dia adalah orang yang berbeda, terperangkap di tubuh bayinya dan berkata kepada dirinya dua puluh empat tahun kemudian – lihatlah, waktu mengubah segalanya!

Dia, Keajaiban

Image
“Apa yang kau pikirkan?” mataku mengerjap-ngerjap mencari tahu dari sudut-sudut matanya yang berusaha dia sembunyikan dariku. “Tidak ada” kilahnya, memandang ke arah lain. “Ada. Pasti ada” desakku “ayolah, cerita padaku.” Aku mengguncang-guncang bahunya. “Aku hanya sedang berpikir” dia akhirnya menyerah “tentang kamu” “Aku?” wajahku merona merah “apa yang kau pikirkan tentang aku?”

Bromo. Aku. Dia

Image
“Kau menyukainya?” tanyanya dari belakangku. Aku mengangguk. Kami bersama-sama mendaki puncak gunung penanjakan sejak tadi subuh demi untuk melihat keindahan matahari terbit di tempat ini. Indah, sangat indah. Beberapa turis bersorak ketika matahari perlahan-lahan menyembul dari awan putih yang melayang sebelum akhirnya cahaya keemasannya menimpa kami. Dadaku terasa sakit. Dia merapikan topi rajut yang aku pakai kemudian merapatkan jaket tebalku. “Kau seharusnya mengancingkan jaketmu” katanya pelan, menarik resleting jaketku hingga ke arah leher kemudian menepuk pundakku “begini akan membuatmu lebih hangat” dia tersenyum.

Officially 24 : A Bunch Of Thank You And Sorry

Image
nulisdanmimpi.wordpress.com Hari ini usia saya tepat 24 tahun. Ah, sudahlah. Tak ada gunanya menyembunyikan usia. Toh dia hanya sebuah angka yang tak akan berpengaruh apa-apa pada tingkat kedewasaan kita. 24. Dulu, waktu SMA, mendengar sepupu saya telah berusia 24, saya bergidik. Tua amat . Begitu ucap saya dalam hati. Dan sekarang? Saya 24 dan saya merasa masih muda sekaligus merasa tua. Sekali lagi, bukankah usia hanya deretan angka?

Buah 7 Macam

Image
Diajak pergi ke acara seserahan harta sama Oom saya di sebuah desa yang berjarak cukup jauh dari Luwuk, apa yang saya pikirkan? Yap! Travelling gratis Hari ahad kemarin, jam 9 pagi saya sudah siap sedia di rumah Oom saya yang satunya lagi di kilongan dan err...ternyata kami baru berangkat jam 12 siang

Biru

Image
"Biru, adalah sebuah keinginan dan mimpi." Serupa cita-cita yang sering aku gantungkan di langit-langit kamar, memandanginya sebelum aku terlelap dan berharap esoknya segala yang menggantung itu telah menjadi nyata. Dia, Biru, adalah selalu yang aku cintai. Sejak pandangannya selalu dia lemparkan ke langit luas, sejak rambutnya yang menjuntai di dahi menari dipermainkan angin, sejak bibirnya selalu terkatup rapat di tengah-tengah riuhnya kami, dan sejak aku mengenal namanya. Biru. Pahatan wajahnya itu, aku tidak pernah melihat mata semenawan itu. Aku suka pandangan matanya yang kosong ketika dia sedang melangkah. Aku juga menyukai bahunya yang simetris, membuat pakaian apapun yang dikenakannnya tampak indah. Biru, adalah yang selalu aku cintai.

Yes, I'm Chinese. So What?

Image
Saya asli Indonesia kok. Seratus persen. Jadi tidak tepat kalau ada yang menjuluki saya Cina atau Si Mata Sipit. Saya adalah keturunan yang kesekian dari keluarga Papa yang Cina itu. Malah saya tidak tau siapa nenek moyang keluarga saya yang benar-benar berasal dari dataran cina dan bisa-bisanya merantau sampai ke Sulawesi. Saya juga sudah tidak pernah lagi menjumpai keluarga Papa yang pakai bahasa Mandarin. Satu-satunya anggota keluarga yang sering sekali pakai bahasa mandarin ya cuma tante dari papa. Cerewetnya minta ampun, berceloteh pakai bahasa mandarin yang bikin saya bengong (waktu itu saya masih kecil, jadi masih takjub liat orang yang berbicara pake bahasa asing dengan sangat lancar. Terlalu lancar malah).

Sekarang... Cinta

Image
Apa kau pernah berpikir sekeras apa aku berusaha untuk menghindar darimu? Dari senyummu itu, dari tawamu itu? Aku benar-benar berharap kita tak ditakdirkan bersama. Aku benar-benar berharap kita memiliki jalan hidup masing-masing yang tidak harus saling bersinggungan. Aku dan dia, kau dan entah siapapun yang kau inginkan. Aku memang mencintaimu dan aku tidak pernah bilang aku telah kehilangan cinta itu. sama sekali tidak. Tidak ada yang benar-benar pergi, tidak ada yang benar-benar habis. Cinta itu masih selalu ada di sana, di tempat muasalnya hadir dan aku tidak pernah berusaha untuk mengusirnya pergi. Saat ini aku hanya lebih paham, ada seseorang yang benar-benar telah mewarnai hidupku dan aku bahagia karenanya. Aku hanya ingin hidup bahagia dari sisi sederhananya. Itu saja...

SUNNY

Image
Sebenarnya saya bukan orang yang suka nonton film, kadang-kadang saja kalo lagi tidak ada kerjaan dan dapat rekomendasi film bagus dari teman. Tapi karena film yang satu ini memang sangat keren, makanya saya bela-belain menulis review-nya. Ada banyak film bagus yang pernah saya nonton, tapi hanya sedikit dari film bagus itu yang benar-benar wajib untuk saya rekomendasikan. Salah satunya adalah film berjudul SUNNY ini. Sebagai orang yang tidak begitu menyukai film Korea (saya lebih suka film-film Thailand), saat menontonnya saya tidak begitu berharap lebih dengan film ini. Temanya sederhana saja : persahabatan. Sebuah tema yang mungkin tidak akan dilirik oleh produser sinetron-sinetron di Indonesia yang lebih suka dengan tema-tema spektakuler semacam rebutan harta, pembunuhan, lupa ingatan dan balas dendam. Tapi justru karena tema yang sederhana itulah film ini menjadi sangat mengena buat saya. Bukankah Leonardo Da Vinci pernah bilang, simplicity is the ultimate sophistication.

Tempat Nginap 'Horor'

Setiap kali bepergian tentu kita tidak bisa menyepelekan tempat kita menginap entah itu hostel atau hotel. Mengingat urusan tidur pun membutuhkan biaya yang lumayan (biasanya hampir 30% dari total budget jalan-jalan hanya untuk membayar hotel) makanya saya selalu berlama-lama menentukan pilihan hotel dimulai dari mengeceknya via Agoda atau Hostelworld, mengecek langsung ke web hotel yang bersangkutan, membaca review di TripAdvisor, membandingkan harga, fasilitas, barulah saya menentukan pilihan. Biasanya sih saya lebih suka dengan hotel yang review kebersihannya tinggi, masalah fasilitas dan yang lain-lain bisa nyusul. Yang penting bersih dulu. Siapa juga yang mau kalau sudah capek seharian jalan-jalan dan harus tersiksa batinnya menginap di tempat yang ‘nggak banget’.

Kado Terbaik

Image
Dua puluh sekian Bulan depan usia saya akan bertambah satu garis lagi di dunia, dan berkurang satu garis lagi di akhirat. Mungkin untuk ukuran dunia saya tetap saja masih terlalu muda, tapi saya tau tidak ada usia yang terlalu muda untuk ukuran akhirat. Kita bisa mati kapan saja bukan? Dua puluh sekian Masih banyak hal yang ingin saya tambahkan ke dalam buku catatan amal kehidupan saya dan masih banyak catatan amal keburukan saya yang ingin saya hapus. Tentang kebaikan yang tidak pernah saya lakukan dan tentang keburukan yang sering saya amalkan. Semoga masih ada waktu...semoga. Saya tidak ingin pergi melaut tanpa kapal.

Low Cost Carrier Part II

Image
Yak! Setelah satu setengah hari terbaring sakit, akhirnya saya berkesempatan melanjutken tulisan ini. Singapura Melaka – Singapura sebenarnya cuma butuh waktu tempuh tiga jam tapi molor jadi empat jam gara-gara ada kecelakaan parah di jalan tol. Sampai di perbatasan Malaysia – Singapura di Woodlands, kami disuruh turun dari bus menuju imigrasi (lagi). Nah, saat di imigrasi Singapura dua orang teman saya ditahan. Satunya karena nama di paspornya beda satu huruf dengan nama di KTP (lagian juga kenapa sik KTP diselip-selip di paspor? Ria...Ria...) satunya lagi – mungkin – gara-gara jawab ‘sudah’ untuk pertanyaan apakah tiket bus ke Thailand sudah dibeli atau belum. Kenyataannya kami belum beli tiket. Bus yang mengangkut kami dari Melaka menunggu semua penumpangnya selesai diperiksa di bagian imigrasi. Supir busnya itu agak menyebalkan waktu kami bilang dua orang teman kami masih ditahan di imigrasi dan meminta dia menunggu sebentar lagi. Entah dia marah-marah atau nada bicarany

Low Cost Carrier Part I

Image
Awalnya mau saya tunda, tapi saya memutuskan untuk menuliskannya sebelum saya lupa detil perjalanannya. Maklum, saya punya ingatan jangka pendek soal hal-hal yang tidak begitu penting untuk diingat *sarkas* Ini perjalanan pertama saya ke luar negeri jadi mau tak mau saya agak tegang juga. Sumpah, saya merasa sangat norak padahal cuma mau ke KL saja, cuma ke atas Sumatera sana. Banyak orang yang menjadikan perjalanan pertama mereka ke luar negeri ketika berhaji ke Makkah dan seharusnya saya juga begitu. Tapi tak ada yang bisa menahan godaan tiket promo Air Asia 79 ribu perak Makassar – KL. Jadi Malaysia mendapat kehormatan sebagai negara luar pertama yang saya kunjungi. Tanggal 24 September sore saya dan lima orang teman telah berdiri manis di depan petugas imigrasi bandara Sultan Hasanuddin yang memeriksa dan memberi cap paspor kami. Kebetulan kami berangkat bersama-sama dengan mahasiswa Arsitek UNM (kalo tidak salah) dan saya kebagian jatah diperiksa paling akhir. Sampai di

Akan

Image
Aku menyukaimu sebanyak aku menyukai kampung halamanku. Sebanyak aku menyukai butir hujan yang jatuh ke atas tanah Sebanyak aku menyukai bintang yang bertaburan bagai pasir di langit Akan... Aku tak berani membayangkan seperti apa sosokmu kelak ketika bertemu denganku Tapi sedikit banyak aku berharap, Kau pria hebat yang pendiam dengan senyum yang tersembunyi di balik wajah dingin dan kaku Aku menyukai kecerdasan dan aku akan menyukai kehidupanmu bahkan meski itu berarti aku harus menyukai hidupmu yang serba teratur penuh protokol

Rencana Itinerary

Sengaja saya nulis itinerary saya di sini buat jadi perbandingan setelah travelling kami terlaksana. Apa kami orang yang patuh pada aturan atau suka berimprovisasi dengan jadwal yang telah dibuat? :p We'll see.... Itinerary versi saya

Army's Spouse Part II (Separated By Duty, United In Love)

Image
Kalo dibilang niat ya memang niat bener sampai saya bela-belain buat bagian keduanya. Lantas kenapa? Apa manfaatnya? Apa pentingnya mengeksplorasi kehidupan para istri-istri prajurit ini? Because their husbands serve our country! #eaaa Jawaban khas garis besar haluan negara ini mah Begini, kadang kalau lagi nonton berita terus ada berita luar negeri, di negara-negara konflik yang ada peace keeping force- nya, saya selalu mikir. Apa sih yang membuat mereka begitu ringan saja meninggalkan istri dan keluarga mereka di tanah air hanya untuk menjaga keselamatan bangsa lain? Manusiawi tentu saja kalau kita akan lebih mengkhawatirkan keadaan keluarga kita sendiri bukan? Tapi mereka berjalan dengan kepala tegak menuju belahan dunia lain dan mungkin tidak akan kembali lagi *backsound Dear John-nya Taylof Swift*

Jilbab Itu Tempatnya Di Fisik, Bukan Di Hati

Image
Awalnya saya belum ngeh apa itu #WorldHijabDay meskipun banyak yang menggunakan hastag itu di timeline twitter saya. Buka Facebook juga semua pada rame dengan World Hijab Day, buka recent update di BBM juga ada seorang teman yang menulis status kalo hari ini hari WHD (disingkat saja deh, capek nulisnya). Berangkat dari grasak-grusuk di sosial media itulah saya langsung googling tentang WHD dan menemukan info kenapa WHD diperingati pada 4 September dari tweet @gadisberjilb. Pada 4 September 2004 diselenggarakan konferensi London yang dihadiri oleh Syaikh Yusuf Al Qardhawi dan lahirlah  International Hijab Solidarity Day (IHSD). Hal ini dilatarbelakangi oleh peraturan pemerintah London yang melarang mahasiswa menggunakan simbol keagamaan termasuk jilbab. Mengerikan yah! Negara-negara Eropa yang menjunjung tinggi HAM malah melarang warganya memperoleh hak mereka untuk menjalankan kewajiban agama. Saya merasa sangat bersyukur saat ini tak ada apapun yang dapat menghalangi saya un

Kesabaran Dua Kali Pemilihan Umum

Image
“Dia tampan nek!” seruku tertahan, menunjuk ke sebuah foto hitam putih yang telah memudar di album foto besar yang sedang dipegang nenek “siapa namanya nek? Kerennyaaa...” mataku berbinar-binar, mengguncang-guncang tangan nenek. Nenek tertawa – menertawai aku, cucunya yang sedang datang berlibur di rumah peristirahatannya di sebuah desa kecil berpuluh-puluh kilometer dari Yogyakarta. Kami berdua sedang melihat-lihat album foto lama milik nenek, ketika dia masih berusia awal dua puluhan. Kali ini nenek sedang berbaik hati menceritakan segala hal yang ada di dalam album foto itu. Hingga akhirnya aku menemukan foto seorang pemuda berwajah tampan, mengenakan seragam tentara yang gagah, menatap lurus ke depan dengan wajah berseri-seri. Aku tidak ingat kalau aku punya keluarga setampan itu. Nenek menjawil rambutku, membuka halaman album selanjutnya dan memperlihatkan gambar pemuda itu lagi. Tapi kali ini dia tak sendiri, berfoto bersama nenek, kakek – aku masih ingat wajah kakek

Mari Kita Berbicara Tentang 'Mereka'

Image
Okeh, mereka di sini bukan mereka yang mereka, tapi mereka yang saya anggap mereka *lah? Mereka itu maksud saya adalah makhluk penghuni planet Mars, yang selalu digambarkan sebagai sosok tangguh, pemimpin, penuh percaya diri tapi kadang (lebih banyak) ceroboh. Yap, mereka adalah para pria, para laki-laki, para cowok, para bapak, para mas-mas. Kenapa harus dibahas? Kalau begitu saya akan kilas balik kejadian hampir sebulan yang lalu, di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Suatu sore di hari ahad pekan pertama bulan Ramadhan. Sebenarnya bukan cerita yang penting, err...jadi sebaiknya tidak saya ceritakan. *ditimpuk kue jagung*

Useless

Karena terkadang kau terlalu marah sampai tak tahu harus mengatakan apa lagi dan memilih diam... Kau bahkan terlalu marah untuk menangis dan memilih diam... Terlalu banyak serpihan-serpihan beling yang bertebaran, lupa dibersihkan atau memang sengaja ditebar entahlah ada satu dua yang melukai, tidak berdarah tapi cukup perih menusuk Dan karena kau bukan anak kecil lagi yang harus menangis karena sebuah luka kecil kau memilih diam

Kak Nadia

Melihat sosok Kak Nadia kalian pasti tidak akan menyangka apa yang sesungguhnya ada di benaknya itu, termasuk aku. Kak Nadia adalah seorang perempuan yang luar biasa cerdas, karirnya cemerlang sebagai seorang konsultan, dia cantik tentu saja dan pandai membawa diri. Bagiku Kak Nadia adalah sosok perempuan yang sempurna. Dan seharusnya dia mendapatkan seorang pria yang sempurna juga, bukan? Tetapi sepertinya definisi kesempurnaan bagi Kak Nadia sedikit berbeda dengan orang kebanyakan. “Kenapa sih Kak, nolak yang itu?” tanyaku suatu hari pada Kak Nadia. Kami berdua sedang mengobrol di kamarnya, aku menginap karena Kak Nadia janji mau mengajarkan cara mendesain baju sendiri. Lihat! Kak Nadia itu serba bisa, tidak ada hal yang tidak bisa dikerjakannya. Aku hanya penasaran saja, kenapa Kak Nadia menolak seorang pria yang ditawarkan murobbiyah Kak Nadia kepadanya. Aku memang selalu menjadi tempat curhat Kak Nadia karena menurut Kak Nadia aku orang yang paling berkompeten untuk menj

Motherhood

Image
Semalam, sekitar pukul 12 teman saya nelpon. Memang dasar emak-emak yang satu ini. Masa nelpon saya jam 12 malam di saat saya telah terlelap dan enggan untuk bangun lagi? Jadinya saya hanya melirik sebentar ke layar telepon untuk melihat nama siapa yg muncul - sekedar memastikan apa telepon tadi malam harus saya angkat atau tidak. Dan saya memutuskan kembali tidur lagi. Bangun sahur saya melihat ada 5 panggilan tak terjawab, semuanya dari teman saya itu. Sebenarnya kami adalah teman akrab dari SD sampe SMA. Tapi setelah dia menikah dan pindah ke Gorontalo, plus memiliki seorang anak laki-laki yang lincahnya minta ampun, kami semakin jarang berkomunikasi dan bahkan tidak sama sekali sejak setahun yang lalu. Jadi saya pikir dia nelpon, sampe 5 kali, pasti karena ada hal yg penting. Makanya sampe di kantor sy nelpon balik ke dia. Daann...

15 Places To Visit Before I Die

Image
Maladewa *Subhanallah* 1. Makkah 2. Madinah Sebagai umat Islam, tentu saja saya ingin kesana. Selain merupakan kewajiban, selalu ada rasa bahagia dan rindu setiap kali melihat para saudara-saudara seiman berbondong-bondong menuju kesana :') 3. Papua Papua adalah obsesi bagi saya sama seperti halnya obsesi saya pada Bali. Indonesia memang punya banyak tempat indah yang harus dikunjungi dan saya menempatkan Papua di daftar saya yang paling atas karena alamnya yang masih belum banyak tersentuh dunia luar.

While My Eyes Gently Weep

Image
Aku memandangi gadis itu lekat-lekat. Gesture tubuhnya yang seperti sedang membentengi dirinya sendiri, jilbab panjangnya (yang terlalu panjang menurutku) berwarna coklat kopi manis yang membuatku tiba-tiba merasa haus, gamis coklat gelapnya yang mengingatkanku pada brownies di meja kantorku yang belum sempat aku sentuh gara-gara gadis ini, dan wajah pualamnya yang bulat – sulit buatku untuk tidak mengakui kalau dia memang gadis yang manis. Oh, jadi ini ya gadis ‘itu’? Calon istri Rul? Suara di dalam hatiku benar-benar terdengar sengit, sinis dan…putus asa. Bagaimana mungkin aku mengalahkan gadis manis yang ada di depanku ini? Usianya baru juga dua puluh empat tahun, selisih sembilan tahun dengan usiaku dan Rul. Bukankah dia terlalu muda untuk Rul jika tidak bisa kukatakan terlalu kekanakan? Dan kenapa aku menjadi begitu tidak suka pada gadis ini padahal dia belum berkata sepatah kata pun kepadaku? Apa karena aku cemburu? Oh...tentu saja tidak.

Suatu Sore Di Belakang Rumah Pantai Kami

Image
Rumah Impian Di Tepi Pantai :P Aku memandanginya yang berdiri tak jauh dariku, rambutnya yang memang sudah seperti cemara jarum itu semakin tajam dan berkibar diterpa angin pantai. Kaos oblong warna merah, celana gantung, dan sebuah tas selempang kecil tersampir di bahunya. Begitulah kostumnya sore ini, santai saja seperti yang hendak kami lakukan. Bersantai. Aku memanggilnya si cemara jarum, dan dia memanggilku Doraemon. Astaga, hanya karena wajahku bulat sempurna persis Doraemon, dia memanggilku seperti itu. Padahal panggilanku padanya tidaklah terlalu buruk. Cemara jarum tidak buruk bukan? Aku suka rambut cemara jarumnya. Kadang aku mengacak-acaknya ketika dia sedang berbaring atau saat dia sedang lengah. Kalau dia berhasil menangkapku maka dia akan menjawil pipi dorayaki milikku dan diakhiri dengan berkejaran sepanjang koridor rumah – rumah baru milik kami. Sebuah rumah mungil yang menjadi impianku selama ini. Rumah mungil di tepi pantai, dengan balkon yang menghadap l

Army's Spouse

Image
Semalam saya baca-baca artikel suka duka jadi istri tentara (jangan tanya kenapa saya baca artikel-artikel itu) dan menemukan lebih banyak dukanya daripada sukanya. Duh... Ternyata jadi istri tentara itu harus ikut aturan dari kantor sang suami. Hii...menakutken. Potongan rambut diatur, tidak boleh menginap di luar asrama lama-lama – di rumah orang tua sendiri sekalipun, di absen tiap pagi, belum lagi dengan kegiatan ibu-ibu Persit yang tentu saja memerlukan perhatian. Apalagi kalau ditinggal suami yang pergi bertugas atau sekolah lagi. Sengsaranyo... Dan dengar-dengar Ibu-ibu Persit harus bisa main volli #eaaa Ada Ibu Persit yang curhat, selama 16 tahun pernikahan mereka, hanya 6 tahun dia merasakan kebersamaan dengan suaminya. Duh…ternyata kalau mau jadi istri tentara memang harus kuat mental persis suaminya yah? Apa tidak bisa gitu si istri ikut kemanapun suaminya bertugas? Malah ada yang cerita baru 4 bulan menikah suaminya sudah harus bertugas ke daerah lain. Pa

Baca

Image
Mungkin kalau seandainya kualitas seseorang bisa dilihat dari buku yang dibacanya, maka saya sedang berada di titik ketika tidak ada satu pun manfaat yang saya dapatkan dari buku karena nyaris hampir sebulan ini tidak ada buku yang saya baca #eaaa.

Dear McBright's Comet

Image
Kenapa aku ingin menikah denganmu? Tentu saja karena aku ingin kau menggenggam tanganku kemanapun kita pergi. Aku takut berjalan sendiri. Aku juga ingin melihat wajahmu yang sedang terlelap kelelahan karena beratnya pekerjaanmu. Aku ingin kau jadi orang pertama yang mencicipi masakanku, jadi kritikus pertama untuk makanan yang aku buat.

Don't take so serious *yawn*

Image
Mengamati fenomena yang terjadi akhir-akhir ini saja Banyak akun-akun di facebook (lagi-lagi situs jejaring sosial yang satu ini bikin saya gemas) yang namanya Islami, status-statusnya Islami tapi paling rajin kasih komen, tulis di dinding, men-tag-lah pada akun lawan jenisnya. Terlebih lagi kalau lawan jenisnya itu punya akun dengan nama yang Islami juga. Makin bersemangatlah mereka.

Paris, Je T'Aime

Image
Itulah kenapa di antara semua tokoh cerpen saya, Jean (cerpen Simponi Terakhir Di Paris) adalah yang paling favorit dan membuat saya jatuh cinta kepadanya :') Saya suka orang yang mengetahui hal-hal kecil yang kadang tidak dipedulikan oleh orang lain, persis seperti Jean. Saya juga menyukai orang yang berpikiran terbuka, yang tidak terpaku hanya pada satu hal yang dia yakini saja. Bukan, bukan liberalisme. Tapi penerimaan terhadap sesuatu yang tidak biasa, tidak umum, daripada yang telah kita terima atau kita miliki. Mungkin Jean menjadi semacam antitesis bagi saya yang tidak suka dikritik dan kaku. Jean mau menerima hal-hal yang mungkin menurut sebagian orang tidak umum. Dia spesial dan memang dia adalah tokoh cerpen saya yang paling spesial.

Istana Pasir

Image
Tadinya saya pikir saya telah mengalah dengan masa lalu saya. Tadinya saya pikir saya sudah berdamai dengan masa lalu saya. Tadinya…sebelum Tegar mengatakan dia akan menikah dengan perempuan itu. “Kenapa begitu sulit buatku untuk berdamai dengan masa yang telah lampau?” tanyaku terisak pada diriku sendiri. Dengan langkah gontai aku menarik koperku masuk ke dalam ruang check-in bandara. Aku telah memilih untuk tidak memilih. Aku menyerah. Kenapa aku harus ikut terseret dengan arus masa lalu yang telah Tegar alirkan lagi ke dalam rongga dadaku? Bukankah dia tak perlu mengusik lagi rasa yang dulu kami bagi bersama? Bukankah aku pun telah yakin, meski rasa itu tetap ada dan tidak akan hilang begitu saja, aku akan menggeleng, memberi jawaban tidak untuk setiap pertanyaan yang sama. Aku memang tidak pernah berhenti mencintaimu, Tegar. Tapi aku kini jauh lebih paham, jenis cinta yang aku miliki untukmu adalah cinta logika. Aku tidak lagi terbuai dengan rasaku sendiri, tapi den

My First Indonesia Open :')

Image
Foto di belakang DIO :') Terlalu banyak yang ingin saya tulis tentang perjalanan kemarin! Saya bingung harus mulai darimana. Jadi saya mau nulis secara maraton saja. Dari Luwuk ke Jakarta memutuskan beli tiket connecting flight karena mau ketemuan dulu dengan teman saya, Tya di Makassar. Jadi dari Makassar kami berdua bisa pergi sama-sama ke Jakarta. Alasannya sih ya biar tidak seram saja kalau ketemuannya nanti di Jakarta. Terlalu banyak nonton berita kriminal di TV bikin saya jadi ekstra hati-hati jika ingin berkeliaran di Jakarta. Jadi, saya beli tiket Bata*ia Air jam 2 siang dan L*on Air jam setengah 8 malam. Tadinya saya pikir semuanya akan lancar-lancar saja sampai ternyata sudah jam 5 sore dan pesawat masih mangkal di landasan bandara S.A Amir Luwuk. Saya jadi tidak tenang, dikit-dikit liat jam sambil bertekad dalam hati kalo sampai saya ketinggalan pesawat ke Jakarta maka saya akan menuntut mereka. Pokoknya saya tidak terima kalau sampai jadwal saya rusak g

Leaving On A Jet Plane

Image
All my bags are packed I'm ready to go I'm standin' here outside your door I hate to wake you up to say goodbye But the dawn is breaking It's early morn The taxi's waiting, He's blowin' his horn Already I'm so lonesome I could die So kiss me and smile for me Tell me that you'll wait for me Hold me like you'll never let me go Cause I’m leaving on a jet plane Don't know when I'll be back again Oh babe, I hate to go There's so many times I’ve let you down So many times I’ve played around I tell you now, they don't mean a thing Every place I go, I’ll think of you Every song I sing, I’ll sing for you When I come back, I’ll bring your wedding ring

Kereta Terakhir

Image
Adinda merapikan kebaya yang dikenakannya, menarik-narik ujung renda kebaya hingga terlihat licin lagi. Tangan kecilnya bergetar terasa resah, meski kebaya lusuh itu sudah rapi dia masih saja terus menerus menarik-nariknya hingga tangannya pun berpindah pada sanggul rambutnya. Adinda, 15 tahun, baru menikah dengan Saijah suaminya, baru dua bulan dan kini dia harus mengantar kepergian suaminya untuk bertaruh nyawa. Saijah tersenyum memandangi gadis kecilnya. Tubuh kurus dan sedikit bungkuk itu, tangan kasar yang setiap hari bergelut dengan sawah, bola mata yang mengerjap-ngerjap cemas, kuku-kuku jari yang kotor (Saijah sudah meminta Adinda memotongnya sejak beberapa hari lalu. Tapi Adinda selalu saja lupa melakukannya), dan kebaya terbaik yang dimiliki istrinya, hadiah pernikahannya untuk Adinda – lungsuran dari ibu Saijah. Dia meraih tangan Adinda, menautkan jari jemarinya dengan jari Adinda agar gadis itu tenang. Raut wajah Adinda seperti orang yang hampir menangis ketika Saij

John dan Julia

Image
John meneguk sari apel yang dihidangkan seorang pelayan kepadanya beberapa menit yang lalu setelah dia pada akhirnya kehabisan kata-kata untuk disampaikan kepadaku. Dia menyesap minumannya perlahan-lahan hingga tandas. Aku tidak mengerti mengapa kami berdua pada akhirnya mau untuk saling bicara di tempat ini pada minggu pagi yang cerah di mana seharusnya aku sedang bersepeda berkeliling pedesaan setelah lama tak mengunjungi desa kecilku ini. Aku tidak percaya aku setuju mengurung diriku di sebuah restoran kecil di tepi hutan dan duduk di atas kursi kayunya yang berderit sejak tujuh tahun yang lalu sambil memandangi deretan gelas-gelas kaca besar yang berderet penuh debu di sisi kanan bar. Dengan pelayan yang masih sama – sepasang suami istri gemuk yang luar biasa ramah, desain interior restoran yang tak pernah diubah sejak mereka mendirikannya lima belas tahun yang lalu, menu yang itu-itu saja dan pelanggan yang itu-itu saja membuat restoran ini semakin membosankan di mataku. J

I (Don't) Love My Boss (Part II)

Image
Pak Arya memang tidak berubah menjadi lebih manusiawi kepadaku sejak kejadian aku pingsan itu. Dia masih tetap menyebalkan dan selalu membuatku ingin melemparinya dengan keyboard di atas meja kerjaku. Tapi dia memang sedikit berbeda akhir-akhir ini. Aku rasa dia diserang sindrom pra nikah sehingga entah kenapa tanpa sengaja aku sering melihatnya sedang memperhatikan aku. Dan jika aku berhasil menangkap basah dirinya, dia langsung berjalan ke arahku dan sok menanyakan hasil kerjaku. Masalahnya dalam sehari bisa lebih dari 5 kali aku memergokinya tengah menatapku sehingga lebih dari 5 kali juga dia terus menerus mengecek pekerjaanku. “Bagaimana kondisimu? Masih sakit?” tanya Pak Arya tiba-tiba saat aku sedang duduk di kantin sambil melamun. Desember baru saja dua pertiga lewat dan hujan sedang rajin menghampiri sudut jendela kantin. Aku terkejut. Refleks aku melirik jam tanganku. Aman. Jam istirahat belum selesai sehingga dia tak punya alasan untuk memarahiku karena berlama-l

I (Don't) Love My Boss (Part I)

Image
Aku tidak pernah suka dengan udara di bulan Desember seperti sekarang ini. Lihat saja, aku diserang flu, hidungku tersumbat, kepalaku pening, badan pun rasanya tak nyaman. Padahal di akhir tahun seperti ini selalu banyak pekerjaan kantor yang menumpuk. Entah itu laporan bulanan lah, laporan akhir tahun lah, belum lagi kalau masing-masing divisi meminta laporan khusus di akhir tahun. Telepon kantor tak pernah berhenti berdering dengan bunyinya yang monoton menyebalkan itu. Kalau saja itu bukan telepon dari kantor pusat yang kadang memberi instruksi khusus atau mengirim faks, sudah sejak pagi aku cabut kabel telepon yang melingkar pasrah di bawah meja. Saat sedang asyik mengetikkan laporan untuk divisi keuangan kantor pusat, seseorang mengetuk-ngetuk kubikelku dengan agak keras sehingga bergetar. Aku menoleh malas-malasan. Pasti Dia lagi. Dan benar saja dugaanku, dia sudah berdiri di depan kubikelku sehingga hanya nampak kepala dan lehernya saja, tersenyum menyeringai sambil men

The Princess' Man

Image
Baiklah, saya akui saya bukan penggemar serial Korea seperti hampir lebih dari separuh teman-teman saya. Sepanjang drama-drama Korea mulai booming di Indonesia, hanya satu yang sempat saya sukai, Hotelier waktu masih kelas 3 SMP. Dan Princess' Man adalah drama Korea ke dua yang saya sukai setelah 10 tahun *mwuahaha... Sebenarnya sih tidak sengaja nonton episode pertamanya di kantor dan tiba-tiba jadi suka! Saya memang tak tertebak. Bisa saja tiba-tiba sangat menyukai sesuatu atau seseorang atau apapun itu. Jadilah setiap setengah tiga siang remote TV di kantor sudah berada di bawah penguasaan saya. Berani ganti, saya manyun! Karena tidak sabar menunggu tiap episodenya setiap hari, jadi saya donwload saja semua episodenya yang ada 24. Dua hari dua malam nonstop sampe-sampe internet di rumah ngos-ngosan dan terseok-seok. Tapi tidak rugi deh, ceritanya memang keren! Jadi garis besar ceritanya itu mirip Romeo dan Juliet versi Korea jaman kerajaan Joseon (sebenarnya saya

Kopi

Image
Meskipun saat ini kopi sudah disajikan dalam berbagai jenis, dicampur susu lah, dicampur krim lah, disajikan panas-panas dengan uap mengepul-ngepul, bahkan disajikan dengan es krim dan belakangan camilan pun memiliki rasa kopi – betapa manusia begitu kreatif mengutak-atik minuman suci oleh para sultan itu – bagiku hanya ada satu kopi di dunia ini. Biji-biji kopi yang berasal dari Sumatra yang kemudian akan dihancurkan dengan mesin di depan mataku, kemudian diseduh dengan gula secukupnya, bagiku itulah kopi yang sejati. Wanginya memesonaku, juga kepulan kecil uap di atasnya. Warnanya hitam, sedikit kental tapi manisnya pas. Cukup secangkir setiap sore di sebuah kafe dekat kantor. Maka soreku pun selalu sempurna. Kalau saja dari dulu aku tau betapa nyamannya setiap sore duduk di tempat ini, dengan cangkir berisi kopi tradisional ini, mungkin sudah sejak dulu aku melakukannya. Keberadaanku di tempat ini adalah sebuah ketidak sengajaan ketika sebulan lalu desakan itu terus datang d

Di Sisi Jendela

Image
Perpisahan itu tidak harus bersinonim dengan sakit, bukan? Katamu saat itu, sambil menggenggam erat kedua tanganku. Genggaman tanganmu yang paling erat yang pernah aku rasakan selama dua tahun kebersamaan kita. Aku tidak melihat ada hal lain yang lebih baik selain perpisahan. Aku rasa perpisahan adalah kesempatan terbaik yang kita punya. Tambahmu lagi. Aku mengangguk. Aku tau kau benar dan kau memang selalu benar. Anggukan kepalaku semakin kencang, bahuku terguncang. Kau memang selalu benar, kita hanya punya perpisahan sebagai hal terbaik yang kita punya. Dan kita memang selalu punya alasan bukan? Alasan kenapa kita saling jatuh cinta ketika banyak orang lain di luar sana yang tidak tau mengapa mereka harus saling jatuh cinta. Kita juga punya alasan mengapa kita harus selalu bersama. Dan kini kita juga punya alasan mengapa kita harus berpisah. Tapi aku tak punya alasan untuk berhenti mencintaimu. Aku tak pernah menemukan alasan untuk membuat hatiku berhenti mencintaimu. Ki

Saya Suka...

Saya suka Bau tanah saat hujan rapat-rapat menyentuhnya Dan tangan-tangan mungil yang menadah rahmah dari Tuhan itu Saya suka Mengintip butiran pasir bintang yang berserakan Sambil sok membaca rasi Mengeja peta langit Dan menggambarkan kita disana Saya suka Pasir pantai yang berserakan di kaki Duduk di ujung buih memandang matari Di depan hamparan kaca biru berkilauan Kita saja – sebuah manifestasi seluruh sisa hidup kita

Tentang Inuyasha

Image
Inuyasha adalah anime favorit saya dari jaman Esempe (iyalah. Secara dia muncul ke permukaan tipi pas saya masih Esempe) padahal awalnya saya tidak doyan anime kelahi-kelahi seperti itu. Dulunya cuma suka anime sebangsa Sailor Moon (dengan kekuatan bulan, aku akan menghukum mu! *pakai gaya Ami, sailor Merkurius), Card captor Sakura...pokoknya anime yang tokoh utamanya itu imut-imut cantik seperti saya *kabur duluan sebelum dilempar. Tumben tidak bertengkar :p Eh, tidak tau kesamber ape, saya tiba-tiba suka mantengin Inuyasha di Indosiar. Mungkin karena ada Miroku dan Sesshomaru (maksudnya karena gambar mereka berdua bagus :p), atau karena ceritanya seru (pingin cekek Inuyasha yang masing ngarep sama Kikyo di depan-depan Kagome. Dan pingin cubit-cubit Miroku dan Sango yang gengsian minta ampun), atau mungkin juga karena soundtrack-nya keren-keren. Ada lagunya BoA, Ayumi Hamasaki, Do As Infinity, de el el.

A Thousand Years

Image
Tadi tidak sengaja nonton Inbox di TV. Serius, tidak sengaja! Saya tidak bisa melawan kehendak teman-teman kantor lain yang lebih senang nonton Inbox atau Dahsyat dibanding nonton acara berita. Kalau saya yang menguasai remote TV sih pasti langsung saya ganti ke channel berita. Tapi begitu mata saya tidak mengawasi, maka bisa dipastikan channel-nya akan berganti tanpa sepengetahuan saya. Dan tadi pagi tidak sengaja saya nonton Inbox pas Gading nembak Gisella (bah, bahasa apa ini? Nembak? Memangnya Inbox itu lapangan tembak apa?).

Tentu Saja Tidak

Image
Dia tertawa – maksudku betul-betul tertawa. Aku tersenyum kecut di sampingnya. Agak jauh, tidak begitu tepat jika dikatakan sedang duduk di sampingnya. Tapi biarlah, aku suka terdengar dekat dengannya. Duduk di sampingnya. Hmm…merdu sekali terdengar di telingaku. “Jadi ternyata aku menyukaimu dan kau juga menyukai aku?” dia mengulang pertanyaan yang sama. Seharusnya tidak perlu. Keberadaan kami berdua saat ini adalah seluruh kesimpulan dari semua hal itu. Dan sekarang dia yang selalu pendiam tiba-tiba berubah menjadi sangat cerewet. Aku menelan ludah. Pahit rasanya. “Aneh ya” katanya lagi “kita tidak pernah benar-benar tau selama….hmm…10 bulan mungkin kalau ternyata kita punya rasa yang sama. Aneh saja karena setiap hari kita bertemu dan kita hanya bersikap biasa-biasa saja. Tidak ada rona merah di wajahmu atau aku yang salah tingkah di depanmu. Aku bahkan tak akan percaya jika kita tidak berada di sini saat ini. Tuhan memang selalu punya cara tak tertebak untuk menunjukka

Seperti SpongeBob dan Patrick

Image
Persahabatan tidak dimulai seperti hujan yang membutuhkan awan Atau seperti Isaac Newton yang membutuhkan sebutir apel Pun tidak seperti Adam Smith dengan teori ekonomi klasiknya dan Keynes dengan teori ekonomi moneternya Persahabatan itu lebih seperti SpongeBob dan Patrick Yang sesungguhnya mereka berdua bahkan tidak paham mengapa ingin selalu bersama Persahabatan itu bukan simbiosis mutualisme, apalagi simbiosis parasitisme Persahabatan itu seperti Rasulullah dan Abu Bakar Atau seperti Salman Al Farisi dan Abu Darda bersahabat karena iman kepada Allah

Ini Hanya Masalah Selera Kok

Image
Tiap orang punya selera masing-masing (hal yang telah saya ulang-ulang di setiap tulisan dalam blog saya), termasuk selera dalam memilih pasangan. Standarnya sih sudah ada, dari hadits Nabi yang memerintahkan kita untuk mencari pasangan karena agama dan akhlaknya. Tapi aplikasinya kan bisa saja beda-beda. Termasuk…ya…masalah menentukan kriteria pasangan itu. Saya termasuk orang yang tidak terlalu kaku dalam menentukan kriteria. Maksudnya tidak harus pintar lah, tidak harus keren lah, pokoknya tidak ada standar tertentu. Mau dia pendiam, serius, pelawak, pemarah, jutek, terserah dah. Yang penting dia itu memang jodoh saya. Selera saya termasuk relatif dan bisa saja bertolak belakang dengan orang lain. Meskipun begitu, ada nih sedikit tipe-tipe saya. Standar lah...Tapi sekali lagi, ini tidak mutlak.